papa 10

2.5K 225 9
                                    

"anak kalian begitu menggemaskan"

Win dan Bright langsung memerah mendengar ucapan penjual eskrim itu. Ohm benar-benar ceria hari ini karena di ajak sang kakak ke taman bermain, tidak peduli wajahnya yang sudah belepotan karena eskrim pertamanya dan sekarang dia ingin menghabiskan es krim cone keduanya.

"Dia adik ku" bright tersenyum kikuk meluruskan salah paham sang penjual eskrim. Wajah Win sudah sangat memerah sekarang.

Penjual eskrim itu tersenyum, siapa pun pasti menganggap mereka adalah pasangan suami istri, lihat lah betapa telatennya Win membersihkan wajah ohm dengan tissue basah.

"Sangat jarang aku melihat pasangan kekasih membawa adik mereka dalam kencan" penjual itu tertawa. Setelah membayar pesanan mereka, Bright membawa Win dan sang adik ke kursi yang kosong yang berada dekat dengan penjual es krim.

"Ohm, ingat yang phi bilang tadi?" Bright menatap adiknya yang sedang asik menjilati eskrimnya.

"Iya, Phi Bai hanya membelikan 1 cone eskrim" pandangan ohm tidak beralih dari eskrim.

"Kau mengajarinya berbohong?" Win menatap tidak percaya pada Bright

"Demi keselamatan nyawaku, papa ku akan membunuhku jika dia tau" Bright bergidik ngeri. Dia ingat ketika sebulan yang lalu membawa ohm bermain air hujan sehingga adik bungsunya itu demam, sang papa dengan tega mengikatnya di tengah tiang di rumah mereka selama tiga jam. Bright tidak ingin mengingatnya lagi. Belum lagi keisengan adik kembarnya ketika dia di ikat di tiang di tengah rumah.

win tertawa mendengar ucapan Bright. dari ucapannya Win tau Bright sangat menyanyangi keluarganya. Win kemudian membungkuk untuk membersihkan bibir Ohm yang berlepotan es krim.

"ohm, ini eskrim terakhir ya, phi yakin papa melarang Ohm memakan eskrim banyak-banyak karena tidak ingin ohm sakit" Win berkata lembut kepada Ohm,

Bright tertegun melihat itu, Bright adalah sesorang yang begitu mencintai keluarganya, Bright bukan tidak pernah berpacaran, tapi sebagian besar pacarnya hanya menginginkan uangnya, bahkan terlalu tidak peduli dengan adiknya jika Bright mengajak adiknya.

"jangan mengajarinya berbohong, nanti bisa jadi kebiasaan buruk untuknya" Win menasehati Bright, dan Bright tersenyum mendengarnya. Bright yakin Win adalah pilihan tepat untuknya.

"sekarang kita naik wahana apa?" Bright bertanya pada Win kemudian mengangkat Ohm ke atas bahunya.
.
.
.
.

Hari sudah sore, tidak terasa Bright dan Win sudah menghabiskan waktu kencan mereka di taman bermain. Sekarang Ohm sudah terlelap di gendongan Win. Sedangkan tangan Bright penuh dengan mainan yang di beli Ohm untuk kakak-kakaknya, bahkan Ohm tidak lupa membelikan boneka beruang untuk Tania.

"Maaf kalau kami sangat merepotkan mu hari ini" Bright menatap Win dengan pandangan bersalah. Win tersenyum mendengarnya.

"Aku tidak apa-apa, aku sangat senang hari ini, aku hanya berharap aku bisa ke sini lagi dengan adikku" Win mengelus rambut Ohm.

"Aku berjanji, kita akan kesini lagi dengan adikmu" Bright tersenyum kepada Win.
.
.
.
.

"Terimakasih sudah mengantar ku" Win tersenyum kepada Bright. Bright kemudian menyerahkan sebuah peperbag Kepada Win yang menatapnya kebingungan.

"Ini untuk adik mu, permintaan maaf ku karena kali ini kita pergi tanpanya" Bright menjawab tatapan kebingungan Win.

"Kau tidak perlu melakukannya" Win merasa tidak enak. Tapi Bright memaksanya.

"Tapi aku ingin melakukannya, Win boleh kah aku meminta nomor telpon mu?" Bright bertanya penuh harap. Win menatap Bright lekat-lekat, sampai akhirnya Win menganggukan kepalanya, Bright dengan segera menyerahkan ponselnya kepada Win.
.
.
.
.

Please Come Back, Papa ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang