Sehari sebelumnya...
Bright menghela nafas berat ketika Gawang mereka berhasil di bobol oleh tendangan krist sahabatnya. Bukan hanya itu, tendangan itu juga berarti menandakan kalau tim mereka sudah kalah di pertandingan ini.
"Aku menunggu hadiah ku" Krist tersenyum dengan puas melihat Bright yang sedang menyiram rambutnya dengan air mineral kemasan. Bright menatap krist tajam.
"Kau tidak perlu menatapku begitu, Kau hanya harus memilih, kehilangan mobil sport mu yang baru atau menerima tantangan ku" Krist menepuk pundak sahabatnya.
Bright mendengus kesal, memberikan mobil sport terbarunya pada Krist sama saja menyerahkan nyawanya pada Daddynya. Dia sudah janji berbagai macam hal pada Daddy nya ketika ingin di belikan mobil sport yang sangat di inginkan nya itu.
Menerima tantangan Krist juga pasti sangat menjengkelkan. Bright hanya menarik rambutnya kesal, seharusnya dia tidak ikut taruhan ini ketika off anggota tim andalan mereka sedang cidera.
"Aku akan menerima tantangan darimu" Bright menghela napas pelan. Krist tertawa bahagia.
"Kau tidak akan menyesal" Krist tersenyum bangga.
.
.
.
.Singto menatap Win yang masih sibuk dengan laptopnya. Kemudian matanya beralih ke meja yang di penuhi kertas-kertas tugas yang berserakan. Mereka sedang berada di cafe kampus sekarang, dimana Win harus memulai shift nya setelah jam makan siang.
"Kau serius bisa mengerjakan semua tugas ini sebelum jam makan siang?" Singto menatap Win tidak percaya.
"Aku harus, adik ku akan ikut studi banding, memerlukan banyak biaya" Win berkata sambil tetap sibuk dengan laptopnya.
Singto menatap khawatir ke arah Win, Singto tau perjalanan hidup win itu sudah terlalu berat. Win harus bekerja keras demi kebutuhannya dan sang adik, walaupun sekolah mereka sudah di tanggung oleh beasiswa dari mantan Daddy tiri mereka.
Win terkenal dengan sebutan boneka di kampus mereka, Win akan rela melakukan apapun untuk mu asal kau membayarnya dengan imbalan yang sesuai. Apapun kecuali yang berhubungan dengan pelecehan tentu saja. Dan itu lah yang di lakukan Singto sekarang, dia lupa kalau tugas anatominya harus di serahkan sebelum makan siang, jadilah dia membayar Win adik kelasnya dengan harga yang lumayan itu.
Singto terkaget dengan lamunannya ketika merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Singto kemudian tersenyum ketika melihat kekasihnya memeluknya.
"Bagaimana pertandingan kalian?" Singto bertanya pada Krist yang sudah duduk di sebelahnya.
"Tentu saja menang, sepupu mu itu tidak ada apa-apanya tanpa off" Krist tertawa. Singto menyikut perut kekasihnya itu. Singto merupakan adik sepupu Bright, anak dari Tay dan New.
"Kau akan mendapatkan mobil sport nya?" Singto terkejut, Singto tau taruhan antara sepupu dan kekasihnya.
"Tidak, dia lebih memilih ikut tantangan" Krist tertawa, Win hanya menatap bingung kedua orang ini. Begitu mudahnya mereka mempertaruhkan mobil dalam pertandingan sepak bola?
"Aku akan menyuruhnya berkencan dengan Green" Krist tertawa. Akan sangat lucu membayangkan Bright akan di hantui Green setelah kencan mereka.
"Tidak, ku bunuh kau kalau melakukan itu" Singto menatap tajam kekasihnya itu.
"Itu akan menarik sayang" Krist memelas agar kekasihnya mau menyetujui idenya.
"Tidak akan, kau ingin melihat dia membakar kampus ini?" Singto menghela napas. Bright itu anak kesayangan Daddy dan papanya, semua keinginan Bright selalu di penuhi sang Daddy dan papanya jadi kalau Bright membakar kampus ini rasanya tidak terlalu berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Come Back, Papa END
Fanfiction"jika aku memberimu satu permintaan, apa yang akan kau lakukan Bright?" wanita tua itu bertanya pada bocah 12 tahun yang telah menolongnya "aku ingin papa kembali" Bright tertunduk. setiap kali ditanya keinginannya Bright akan selalu menjawab kalau...