DREAM 8 ~ The Fears are Back
****
Setelah membasuh diri dari keringat lari pagi memutar taman dan berpakaian rapih, akhirnya aku siap berangkat pergi menuju butik. Sambil berjalan ke restoran yang ada di lantai bawah gedung untuk sarapan aku membuka-buka ponsel, mengecek pesan singkat yang masuk, Email-email masuk dan daftar panggilan yang ternyata kosong. Dari semalaman ponselku yang mati hanya ada pesan panjang dari Nae Young yang menceritakan perasaannya pertama kali menghirup udara Singapura, menceritakan sedetail-detailnya apapun yang ia lihat lalu aku hanya membalasnya dengan kata-kata singkat... dan pesan singkat dari Seung-Seung yang mengatakan jika rencana kemarin berhasil membuat wanita itu pergi menjauh darinya.
Mataku menyisir dalam restoran untuk mencari tempat duduk kosong. Belum sampai menemukan apa yang kucari, telingaku mendengar sayup-sayup namaku diteriakkan.
"Stylist Han!"
Masih ragu jika panggilan itu ditujukan untukku.
"Stylist Han!"
Terdengar lagi, kali ini membuatku berpikir siapa pemilik suara yang pernah kudengar itu dan membuatku menoleh kesana-kemari mencari si pemilik suara yang tidak lama kemudian akhirnya kutemukan.
Lelaki itu melambaikan tangannya padaku. Sebenarnya aku malas menghampirinya, namun lebih tidak enak menolak menghampirinya hanya karena rasa malas itu.
Tersenyum sebisaku. "Hai, tuan... Lee." Mengingat-ingat nama laki-laki di depanku yang biasanya hanya kulihat di televisi.
"Ingin sarapan?"
"Ya." Aku mengangguk pelan dan disaat itu aku melihat laki-laki lain memakai topi yang duduk di samping kursi Tuan Lee. Sangat serius menikmati sup di mangkuknya. Tanpa melihat mukanya yang tertutup topi pun aku sudah bisa menebak siapa dia.
"Kalau begitu duduklah bersama kami saja. Jangan sungkan." Lee menarik kursi di depanku yang kosong.
"Oh, tidak, tidak usah. Aku takut mengganggu sarapan kalian." Aku menolak secara halus.
"Ah, jangan begitu stylist Han. Jangan canggung. Anggap saja kami temanmu, dan bukankah sarapan lebih indah jika ada wajah baru yang mengelilingi meja kami daripada bosan melihat wajah yang sama seperti melihat lelaki di sampingku ini. Rasanya aku bisa mual, hahaha...."
"Ck," lelaki di sampingnya berdecak. "Kau tidak dengar jika dia tadi menolak duduk disini. Jadi biarkan dia mencari mejanya sendiri," ucapnya ketus.
Lee menoleh ke arahku sambil tersenyum lebar. "Sudah, jangan pedulikan temanku yang satu ini. Dia memang selalu ketus pada orang baru apalagi orang asing. Duduklah, Stylist Han. Duduklah."
Sekarang aku tahu pandangan lelaki itu terhadapku, menganggapku orang lain atau orang asing. Entah kenapa aku jadi tidak menolak kembali tawaran tuan Lee untuk duduk bersamanya setelah percakapan itu. Aku duduk di kursi yang tadi ditarik oleh tuan Lee kemudian memesan makanan saat tuan Lee menyerahkan buku menu.
"Jadi, apakah stylist Kim sudah pergi ke Singapura? Apakah dia sampai dengan selamat?"
Aku sudah punya firasat kalau pembicaraan kami pasti tidak akan jauh-jauh dari Nae Young.
"Ya, dia sudah sampai dengan selamat disana dan sempat mengabariku tadi pagi. Kenapa kau tidak menanyakannya sendiri pada stylist Kim, tuan Lee?"
"Ah, aku..." Lee menggaruk-garuk tengkuknya seperti salah tingkah. "Aku tidak enak jika menanyakannya sendiri. Aku takut mengganggu. Lagipula aku tidak tahu bagaimana cara menghubunginya."
"Dengan senang hati aku akan memberikan nomor teleponnya, tuan Lee."
Pelayan datang membawa pesananku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Cho Kyu-Hyun Fanfiction] Chasing a Dream
Teen FictionSekarang, kau sangat berbeda. Sekarang, kau jauh lebih tampan. Sekarang, kau tampak lebih dewasa. Sekarang, aku bisa melihat kau bangga pada dirimu sendiri. Tapi kini kau lebih diam di depanku. Kau lebih dingin kepadaku. Setelah berlalu sepuluh tahu...