"Eun Ra." Suara Seung-Seung kembali terdengar lebih dekat di telingaku. Hal itu membuat cengkeraman tanganku di jaket Kyu-Hyun lepas, begitupun juga dengan Kyu-Hyun yang melepaskan tangannya yang masih memegang erat lenganku dan satu tangannya lagi yang ada di pinggangku.
"Seung... Seung....?"
Pandangan Seung-Seung beralih ke arah Kyu-Hyun.
"Eh... Maaf Tuan. Wanita ini memang suka ceroboh. Maafkan dia dan aku sangat-sangat berterima kasih atas pertolonganmu yang sangat tepat waktu." Seung-Seung kembali melihatku dengan tatapan seorang ibu yang sedang memarahi anaknya yang nakal.
Aku tidak tahu harus berterima kasih pada Tuhan untuk kehadiran Seung-Seung atau malah menyesalinya. Mungkin aku harus berterima kasih, walaupun Seung-Seung tidak terlalu gesit untuk menolongku, tetapi dia sudah berteriak memperingatiku. Dan setelah ini aku yakin sangat membutuhkan bantuannya, kita lihat saja nanti. Namun aku sedikit menyesal, karena kedatangannya menginterupsi saat dimana aku bisa merasakan Kyu-Hyun lebih dekat.
"Tidak apa-apa. Kebetulan saja aku sedang lewat di sampingnya. Sampaikan saja pada temanmu ini untuk lebih berhati-hati." Kyu-Hyun membetulkan letak jaketnya tanpa menatapku kembali.
"Namun tetap saja aku harus berterima kasih padamu, Tuan. Terima kasih."
Kyu-Hyun segera pergi setelah menerima ucapan terima kasih dari Seung-Seung dan menganggukkan kepalanya sebagai ganti ucapan 'permisi' dan Seung-Seung pun membalas anggukkan kepala itu.
Seung-Seung kembali memutar kepalanya dan menusukkan tatapannya padaku.
O-ow... Aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi, perasaanku mengatakan kalau aku akan membutuhkan penutup kuping kualitas terbaik -yang terbuat dari baja kalau perlu- untuk melindungi keamanan pendengaranku dari semburan omelan yang akan terjadi sesaat lagi.
"Kenapa kau tidak berterima kasih juga padanya? Dia kan menyelamatkanmu.” Berada dekat dengannya cukup membuat otakku macet, walaupun hanya berpikir untuk mengucapkan terima kasih. Haruskah aku mengatakan itu pada Seung-Seung? Tentu saja tidak.
Seung-Seung memperhatikanku lekat-lekat. “Eun Ra... Kau mabuk?" Walaupun Seung-Seung bicara seperti biasa, tapi kurasakan ada tekanan dalam nada suaranya.
"Ssstt! Seung-Seung, aku sudah cukup tahu kalau aku sangat ceroboh dan sekarang belum waktunya untukku mendengarkan semua nasihat yang akan keluar dari mulutmu tentang itu. Yang kubutuhkan sekarang adalah tempat tidur dan... Kamar mandi, sebelum aku mengeluarkan semua isi perutku di sini atau yang lebih parah di dalam mobilmu." Aku menarik tangan Seung-Seung. "Cepat antarkan aku pulang."
Aku tidak bisa mendengar gerutuan yang keluar dari mulut Seung-Seung. Aku menganggapnya sebagai angin lalu selama dia terus berjalan mengikuti tarikanku.
****
Harum mentega yang dipanaskan dan gemerisik telur yang beradu dengan teflon panas mampu mengusik ketenangan tidurku pagi ini. Aku tahu ulah siapa itu. Dengan malas aku beranjak dari tempat tidur dan menenggelamkan kaki di atas karpet coklat yang melapisi seluruh bagian lantai.
Bersyukur aku mempunyai tidur yang berkualitas hingga aku tidak merasakan pusing lagi, atau apapun itu bekas mabuk semalam. Ini semua berkat ramuan tradisional penghilang mabuk buatan Seung-Seung yang ia jejalkan padaku tadi malam. Walaupun mengesalkan, tetapi sekarang aku merasa harus berterima kasih padanya untuk itu.
Dengan kaki telanjang dan tubuh yang masih terbalut piyama, aku berjalan menuju dapur. Menjumpai Seung-Seung yang sedang menikmati kopi paginya sambil menunggu roti dari panggangan. Jika lebih diperhatikan dia masih memakai bajunya yang tadi malam. Apa dia belum pulang ke rumah?
KAMU SEDANG MEMBACA
[Cho Kyu-Hyun Fanfiction] Chasing a Dream
Teen FictionSekarang, kau sangat berbeda. Sekarang, kau jauh lebih tampan. Sekarang, kau tampak lebih dewasa. Sekarang, aku bisa melihat kau bangga pada dirimu sendiri. Tapi kini kau lebih diam di depanku. Kau lebih dingin kepadaku. Setelah berlalu sepuluh tahu...