***
Han Eun-Ra POV
“Oh, jadi wanita itu?”
“Lihat, apa dia tidak malu masih datang ke sekolah?”
“Dari dulu dia memang menyeramkan dan tertutup, tidak kusangka ayahnya....”
Aku menutup telinga dari bisik-bisik yang ada di sekitarku, menganggap mereka semua tidak ada, berpura-pura tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Padahal aku dengan jelas mendengar mereka, tetapi jika aku mendengarkan semua omongan mereka dan memasukkannya ke dalam hati, bisa-bisa kepalaku pecah dan aku sudah masuk ke rumah sakit jiwa karena stress.
Semenjak hari mengerikan itu, semua ini mulai terjadi dan mengisi hari-hariku. Bisik-bisik para murid yang membicarakanku dan gosip jelek tentang diriku, terjadi dan menyebar begitu saja. Biarkanlah, itu hak mereka ingin membicarakanku, mengolok-olokku atau mem-bully-ku sekalipun.
Kenapa aku tidak melawan? Bukannya aku lemah, selain mereka yang biasa mengerjaiku dengan teman satu gengnya, satu lawan sepuluh, bisa-bisa aku mati dikeroyok mereka.
Karena aku takut? Mungkin saja, karena aku tidak tahu apa yang akan terjadi denganku dan apa yang mereka rencanakan untukku. Lagipula mereka senang jika aku kesal, jadi aku berpura-pura tidak mendengarkan mereka yang ingin membuatku kesal dan berpura-pura menikmati hidupku yang indah ini.
Seperti sekarang, aku lebih memilih untuk mengerjakan soal kimia di buku tulisku daripada mendengarkan seisi kelas yang membicarakanku atau tidak sengaja menangkap mereka yang sedang menatapku dengan tatapan benci dan jijik. Menghitung detik demi detik yang kulewati sambil menunggu bel masuk sekolah berbunyi.
Teeeet!
Akhirnya, bel yang kutunggu-tunggu terdengar. Lebih cepat bel masuk terdengar, berarti lebih cepat juga bel pulang terdengar. Beberapa murid yang masih diluar kelas terlihat berdesak-desakkan masuk ke dalam, dan semua murid langsung mengisi bangku mereka masing-masing. Seketika, ruang kelas yang tadinya berisik sekarang menjadi hening dengan murid yang tertib.
Aku yang masih tertunduk dan sibuk dengan buku tulis, hanya mendengar suara pintu kelas terbuka dan ketukan sepatu pantofel dan sepatu lainnya yang beradu dengan lantai sampai suara seorang pria terdengar menyapa kami semua. Pria itu berbasa-basi dengan mengucapkan selamat pagi yang segera dibalas dengan semua siswa secara serempak.
“Selamat pagi anak-anak.”
“Selamat pagi pak,” aku menyahut salam bersama yang lainnya dengan kepala yang masih tertunduk, sampai terdengar pria itu yang kuketahui sebagai wali kelasku mengumumkan sesuatu.
“Kita kedatangan murid baru hari ini. Silahkan perkenalkan dirimu.”
Aku mengangkat wajah, dan mendapati seorang anak laki-laki berdiri di samping wali kelas. Anak laki-laki yang tampan. Seketika ruang kelas dipenuhi bisik-bisik para murid wanita yang terpesona akan ketampanan lelaki itu, dan murid lelaki hanya bisa diam berpura-pura tidak peduli.
“Namaku Cho Kyu-Hyun. Senang bertemu kalian semua,” ucapnya singkat dengan senyuman ramah.
“Sudah?” tanya wali kelas dengan heran. Lelaki itu mengangguk, “Dibelakang ada dua bangku kosong, kau bisa duduk disana,” ucap wali kelas dan menunjuk dua bangku kosong di belakang, tepat di samping mejaku.
Dari semua murid di kelas ini yang selalu duduk berdua berdampingan di setiap baris, hanya aku saja yang dibiarkan duduk sendiri. Selain tidak ada murid yang mau duduk denganku, wali kelas juga sepertinya tidak peduli padaku dan membiarkan diriku duduk sendiri tanpa pernah mencoba memberiku teman sebangku. Padahal, beliau bisa saja kan memasangkanku dengan murid baru yang satu itu, tapi beliau malah mengambil dua pasang kursi kosong lagi dari gudang. Oh, atau jangan-jangan si wali kelas itu mengerti perasaan murid-muridnya yang tidak ingin satu bangku denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Cho Kyu-Hyun Fanfiction] Chasing a Dream
Fiksi RemajaSekarang, kau sangat berbeda. Sekarang, kau jauh lebih tampan. Sekarang, kau tampak lebih dewasa. Sekarang, aku bisa melihat kau bangga pada dirimu sendiri. Tapi kini kau lebih diam di depanku. Kau lebih dingin kepadaku. Setelah berlalu sepuluh tahu...