BAB 17: Membuat kesepakatan

28 5 0
                                    

Aarline bersama dua orang temannya, Sissy dan Ceria, sedang duduk di kantin menikmati makan siang. Mereka memesan berbagai menu sesuai dengan selera masing-masing. Seperti biasa untuk makan siang Aarline memesan nasi goreng. Sejak tinggal di Indonesia, dia menobatkan diri menjadi fried rice lover.

"Eh, udah tanya sama Cleve? Mau nggak hangout?" Ceria bertanya setelah menyeruput jus manga kesukaannya.

Gadis berambut pirang itu menggeleng.

"Yah, kamu gitu. Tanya dong sama Oppa Cleve, kali aja mau. Masa nggak pengin dongsaeng-nya haengbok gitu sama chingu-deul," timpal Sissy kecewa.

"Takut ... nggak ... mau," tanggap Aarline.

Ceria menunjukkan wajah malas sambil memutar bola mata. "Kalau belum dicoba mana tahu, Aar. Who knows dia mau. Lo gimana sih?"

Sissy mengedarkan pandangan mencari keberadaan Cleve di lantai 4, tempat kantin yang hampir sama dengan food court berada. Biasanya pemuda itu makan di sana sambil mengawasi Aarline. Tilikan mata sipit gadis berambut papan itu berhenti ketika melihat seorang siswi memandang ke arah Aarline. Dia mematut lama siswi tersebut sebelum kembali berbicara dengan kedua temannya.

"Aku mau ngomong, tapi jangan lihat dulu ke orangnya. Hajima (jangan dilakukan). Arasseo (mengerti)?"

Aarline dan Ceria manggut-manggut paham.

"Dari tadi nih aku perhatikan ada yang lihatin kamu, Aar," bisik Sissy memelankan suara.

"Look look how sih (Lihat-lihat gimana sih)?" Ceria jadi penasaran.

"Ya molla. Perasaanku nggak enak. Dia siswi paling populer di sini soalnya."

"Maksud lo Lestin?" tebak Ceria berusaha menahan kepalanya agar tidak menoleh ke tempat Lestin duduk.

Kepala Sissy mengangguk.

"Kenapa ... sih?" Aarline kebingungan sendiri, karena kedua temannya malah mengobrol berdua.

Ceria mengatakan kepada Aarline melalui bahasa Isyarat sebisanya, meski sedikit ngawur. Meski begitu Aarline berusaha memahami maksud perkataan temannya itu melalui perpaduan gerak mulut dan sign.

"Takut kesaing sama kamu kali, Aar," duga Sissy setelahnya.

"Itu Bang Cleve," seru Ceria begitu melihat batang hidung Cleve bersama dengan dua orang temannya. Dia melambaikan tangan agar pemuda itu tahu keberadaan mereka.

"Tuh, kamu tanya sekarang deh," saran Sissy kepada Aarline. "Andeomyeon (kalau tidak) biar aku aja."

Aarline langsung menggeleng sambil menggoyangkan kedua tangan. Dia meletakkan daun tangan di dada sendiri sambil berujar, "Aku ... aja. Tapi ... di rumah."

Kedua temannya sama-sama mengembuskan napas lesu, kemudian kembali tersenyum saat melihat Cleve mendekat. Ceria memberi kode agar Sissy pindah duduk di sampingnya, agar pemuda itu bisa duduk di sebelah Aarline.

"Nggak mau cari tempat yang lain nih? Kita bertiga juga loh," ujar Miko sok akrab.

Ceria dan Sissy saling berpandangan.

"Pindah ke sana aja. Cukup tuh untuk berenam," imbuh Jeremy, sahabat Cleve yang lain.

Pandangan Cleve tidak lepas dari Aarline yang tampak cantik dengan rambut tergerai sepenuhnya ke bawah. Bagian ujung yang membentuk spiral besar menutupi punggung dan sebagian daerah pundak. Sebuah jepit rambut model pita bertengger di kepala kanan atasnya.

Miko menyikut lengan sahabatnya saat Cleve tidak merespon saran Jeremy.

"Apa?" tanya Cleve bingung.

"Ya elah, lo pake acara terkesima segala lihat cewek cantik," bisik Miko setengah menggoda, "kayak nggak pernah ketemu aja. Padahal tiap hari, hampir setiap jam ketemu."

ISYARAT [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang