BAB 26: Jebakan Batman

21 3 0
                                    

Tiga orang siswi berdiri dengan kepala menunduk melihat lantai. Sementara dua orang lagi saling melempar senyum penuh kemenangan. Mereka berlima sekarang sedang berdiri di depan guru BK.

"Ada apa dengan kalian?" tanya guru BK melihat kelima orang siswi tersebut satu per satu.

"Mereka yang duluan, Bu. Mereka bawa Aarline ke atap," jawab Sissy menunjuk Mutia, lalu Lestin.

"Bohong, Bu. Mereka duluan yang hajar kami," sanggah Lestin pura-pura kesakitan, "nih buktinya, Bu. Pipi saya jadi merah ditampar sama dia."

"Kamu yang duluan, Siphal," balas Sissy kesal, "dia yang cakar leher saya lebih dulu."

"Si Pirang dan teman-temannya yang pancing kami ke atas, Bu," ujar Mutia jelas berbohong.

"Enak aja! Lo yang seret Aarline ke atas duluan. Ada banyak saksi, jangan bohong deh!" decit Ceria sengit.

"Oya? Mana saksinya? Panggil dong," tantang Mutia melebarkan netranya.

Guru BK menarik napas panjang, kemudian menepuk meja tiga kali. "Sudah, sudah. Coba panggil siapa yang bisa jadi saksi."

Ceria tersenyum lebar karena sebentar lagi bisa membuktikan apa yang dikatakannya benar. Dia berpamitan kepada guru BK sebelum keluar mencari siswi yang memberitahukan Aarline dibawa oleh Mutia dan Lestin ke atap gedung. Sebelum ke luar ruangan, dia melihat sinis kepada kedua musuhnya sambil mengarahkan telunjuk ke leher.

"Lestin! Ini sudah dua kali dalam sebulan kamu dipanggil ke sini. Sekali lagi bikin ulah, saya tidak segan-segan kasih sanksi sama kamu," tegur guru berkerudung itu menggoyang-goyangkan pulpen yang dipegang.

Pandangannya beralih kepada Aarline. "Dan kamu, Aarline."

Sissy menyenggol lengan Aarline, sehingga gadis itu menaikkan pandangan yang menunduk sejak tadi.

"Saya juga banyak mendengar tentang kamu dari beberapa guru dan juga murid. Walau ini pertama kali kamu berbuat ulah, tapi akibatnya bisa sangat fatal. Apalagi jika terbukti kalian yang memulai perkelahian ini terlebih dahulu," cecar guru perempuan berusia penghujung empat puluh tahun itu.

Kening Aarline berkerut bingung saat tidak berhasil membaca gerak bibir perempuan berkerudung tersebut.

"Pelan-pelan, Seonsaengnim. Aarline nggak ngerti kalau ngomongnya terlalu palli." Sissy menggelengkan kepala sambil memejamkan mata. "Maksud saya jika terlalu cepat."

Mutia dan Lestin nyaris tertawa mendengar perkataan Sissy.

Guru BK kembali mengulangi perkataan, lebih tepatnya hanya mengatakan inti dari apa yang telah disampaikan sebelumnya dengan pelan.

"Maaf, Bu. Saya nggak salah. Mereka yang salah, paksa saya ikut ke atap," jelas Aarline sambil membentuk segitiga dengan tangan.

"Alah lo yang pancing kita ke atas. Lo masih kesel dengan artikel mading waktu itu," tuduh Mutia disambut anggukan kepala dari Lestin.

"Bohong!" sergah Aarline dan Sissy serentak.

"STOP!" Guru menaikkan volume suara membuat keempat gadis yang sedang berdebat terdiam seketika. "Saya akan menanyakan saksi dulu."

Suasana ruangan BK menjadi hening ketika tidak ada lagi percakapan yang terlontar dari bibir masing-masing. Guru memutuskan untuk menunggu saksi terlebih dahulu, sebelum memutuskan sanksi apa yang akan diberikan kepada mereka.

Tak lama kemudian, Ceria datang dengan siswi yang tadi memberitahukan Aarline dibawa ke atap oleh Lestin dan Mutia. Tapi, seseorang yang tidak diundang juga muncul di belakangnya.

ISYARAT [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang