BAB 12: Arti Sebuah Kerinduan

35 8 0
                                    

Aarline menunggu dengan harap-harap cemas di depan teras rumah berukuran luas. Saat ini dia duduk di kursi yang ada di samping pintu masuk. Sesekali tubuhnya berdiri dengan kepala mendongak sedikit ke atas, melihat ke bagian luar pagar. Rasa rindu yang menggebu seakan saling berdorongan keluar dari dalam dirinya.

Hari ini tepat tiga bulan keberadaan Aarline di Jakarta. Artinya tibalah saatnya ia akan berjumpa dengan keluarga besar. Seperti janji Aaron sebelum dirinya ke Jakarta, mereka akan berkunjung saat libur natal tiba.

Aarline ingin sekali menjemput keluarganya ke bandara, namun tidak bisa. Varischa harus ke sekolah Cleve untuk menjemput rapor semester satu, sementara Daffa harus ke kantor ada meeting penting. Gadis itu juga tidak diizinkan pergi sendirian ke bandara, karena baru tinggal tiga bulan di Indonesia.

Ponsel yang sejak tadi di dalam genggaman, kini bergetar. Pesan masuk dari Cleve.

Cleve: Aku otw pulang. Kamu lagi apa?

Cleve: Tante dan Uncle udah datang belum?

Pemuda itu selalu mengirimkan pesan kepada Aarline. Entah hanya sekedar ingin tahu aktivitas atau memang sengaja agar terus berkomunikasi dengan sepupunya. Intinya, Cleve senang ketika berbicara dengan gadis itu.

Me: Duduk di depan. Nunggu mereka datang.

Me: Belum :(

(Cie ... Aarline udah bisa ngetik pake bahasa Indonesia nggak baku nih)

Tak lama setelah pesan balasan dikirimkan, pesan lainnya masuk ke ponsel.

Cleve: Udah makan siang belum? Mau aku belikan nasi goreng smoked chicken Bakmi GM?

Cleve dan perhatiannya. Ya, dua bulan terakhir dia yang paling perhatian dengan Aarline. Cleve juga tahu sedikit demi sedikit apa yang disukai dan tidak disukai oleh sepupunya itu.

Aarline menengadahkan kepala ke atas menatap langit kota Jakarta yang memperlihatkan rona biru sedikit tertutupi awan putih. Dia berpikir sejenak apakah menerima tawaran Cleve atau tidak.

Cleve: Mau nggak? Bentar lagi mobil lewat depan gerainya nih.

Gadis itu langsung mengetikkan sesuatu di layar ponsel dengan lincah.

Me: Mau. Beli lima porsi medium. Dua Yi Fu Mie Ayam untuk Mommy dan Daddy.

Sudah tahu untuk siapa empat porsi medium nasi goreng smoked chicken itu, 'kan? Siapa lagi jika bukan untuk duo kembar kakak dan adiknya.

Cleve: Oke.

Setelah membaca pesan dari Cleve, dia mengunci layar gadget itu. Dalam hitungan detik layarnya sudah menjadi hitam. Pandangan Aarline kembali beralih ke luar pagar, menanti keluarganya yang belum kunjung datang.

Tiga puluh menit yang lalu, Raline sudah mengabarkan bahwa mereka akan menaiki taksi. Menurut perkiraan Aarline, seharusnya mereka sudah tiba di Artha Gading sekarang. Padahal jarak tempuh dari bandara Halim Perdana Kusuma ke daerah Kelapa Gading, jika tidak macet, biasanya kurang lebih tiga puluh menit.

For your information, keluarga Brown datang ke Indonesia menggunakan jet pribadi sehingga pesawatnya landing di bandara Halim Perdana Kusuma. Setelah transit satu kali di Abu Dhabi, pesawat melanjutkan perjalanan lagi ke Jakarta. Kenapa mereka memilih transit di Abu Dhabi bukan kota di Negara lain? Karena kota tersebut memiliki kenangan tersendiri bagi Aaron dan Raline. Kenangan yang tidak akan pernah terlupakan.

Kembali kepada Aarline yang masih digelayuti rindu yang belum beranjak se-milimeter pun dari relung hati. Satu kata itu betah menggelitik perasaan terdalam sejak tiga bulan terakhir, meski porsinya dibagi dengan takaran plus untuk Raline.

ISYARAT [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang