BAB 25: Perang Dimulai

23 3 0
                                    

Keesokan hari

"Gimana-gimana?" tanya Ceria setelah menyeruput jus jeruk. Mata hitamnya berkedip-kedip pelan kepada Aarline.

"Gimana apa?" Aarline malah balik bertanya.

Mereka bertiga sedang duduk di kantin menikmati makan siang. Tidak ada Cleve, Miko dan Jeremy yang ikut nimbrung bersama dengan mereka. Para pemuda tersebut memilih makan di luar sekolah diam-diam, tanpa sepengetahuan penjaga.

"Itu lho, Aar. Oppa Cleve sama kamu. Aku cerita sama Ceria," ujar Sissy mengerlingkan mata sipitnya kepada gadis berambut pendek tersebut.

"Aku dan Cleve? Ada apa?"

Sissy mendengkus sebal. "Ini anak jinjja nggak peka atau polos sih?" celetuknya.

Kening Aarline semakin berkerut membaca gerak bibir Sissy.

"Jadi gini, Aar. Gue sependapat sama Sissy. Kayaknya Abang Cleve nggak cuma anggap kamu sebagai adik deh. Feeling aku ada something gitu." Ceria mendekatkan kepala, agar bisa memperkecil suara khawatir ada yang mendengarkan. "Kamu nyadar nggak sih cara dia lihatin kamu itu beda banget."

"Cara lihat?" gumam Aarline.

Ceria dan Sissy manggut-manggut sambil menyeringai usil.

"Nih ya. Gue yang udah pernah pacaran, paham banget gimana tatapan cowok yang suka sama cewek," cetus Ceria.

"Iya tuh, Aar." Sissy mencolek punggung tangan Aarline, agar melihat ia berbicara.

"Jeon-e (sebelumnya), aku udah pernah ngomong 'kan. Sorot matanya itu dipenuhi sarang," sambungnya setelah Aarline fokus membaca gerak bibirnya. "Beda banget cara dia lihat kita berdua atau cewek-cewek lain."

Aarline tertawa lalu mengibaskan tangan. "Nggak mungkin."

"Kenapa nggak mungkin?" seru Ceria dan Sissy bersamaan.

"Cleve suka aku?" Gadis berambut pirang itu ngakak keras hingga matanya berair. Suaranya menarik perhatian penghuni kantin yang sedang menikmati makanan masing-masing.

Ceria langsung membekap mulut Aarline, sementara Sissy meletakkan telunjuk di depan bibir.

"Ya ampun, suara lo kenceng banget sih!" ketusnya menyipitkan mata yang sudah sipit.

"Oops, sorry. Kalian lucu."

"Bukan kami yang lucu, tapi kamu," tuduh Sissy sewot. "Apa perlu aku turun tangan tanyain langsung sama Oppa Cleve?"

Aarline menggeleng cepat. "Jangan!" larangnya.

"Sampai kapan rasa penasaran kami terjawab?" keluh Ceria.

Aarline mengangkat bahu dengan bibir melengkung. "Turun yuk! Sebentar lagi masuk."

Ceria melihat layar ponsel, begitu juga Sissy. Keduanya langsung berdiri, karena sisa waktu istirahat tinggal sepuluh menit lagi.

"Aduh aku mau ke hwajangsil dulu." Wajah Sissy mengernyit ketika merasakan sesuatu di bawah sana.

"Gue juga!" Ceria ikut-ikutan.

"Aku nggak. Temani aja," tutur Aarline.

Ketiga gadis tersebut langsung turun ke lantai tiga dan bergerak mencari toilet terdekat. Terlalu lama jika harus ke lantai dua dulu.

"Aku tunggu di sini," kata Aarline setelah tiba di dekat pintu masuk toilet lantai tiga.

"Bilang aja nungguin Abang Cleve," goda Ceria mengedipkan mata genit.

ISYARAT [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang