BAB 20: Perasaan Bersalah

31 6 0
                                    

Mata biru jernih itu masih melebar beberapa detik, sebelum akhirnya normal kembali. Dia baru mengetahui ada gosip tentang dirinya dan Cleve beredar di sekolah. Aarline jadi mengerti apa yang membuat Mutia marah kepadanya.

"Siapa ... bilang?" tanya Aarline setelahnya.

Sissy mengangkat bahu. "Nggak tahu sih. Dengernya waktu kita lagi di dalam toilet. Pas keluar orangnya udah pergi."

Bola mata Aarline bergerak ke atas saat berpikir.

"Eh, Aar," panggil Sissy menepuk pundak sahabatnya. "Kamu pernah ngerasa nggak sih, Oppa Cleve itu—"

Sissy menggelengkan kepala. "Nggak jadi deh."

"Cleve ... kenapa?" desak Aarline penasaran sambil menggerakkan tangan dengan jari mengepal kecuali ibu jari dan kelingking.

"Hmmm ... bilang nggak ya?" canda Sissy tersenyum usil.

Aarline menempelkan ujung telunjuk di dagu, lalu menjauhkannya ke depan. "Katakan."

Sissy berpikir beberapa detik sambil menepuk dagu pelan. Dia meminta Aarline fokus melihat bibirnya, karena akan berbicara satu kali. Tidak ada siaran ulang.

"Feeling aku nih. Oppa Cleve nggak cuma anggap kamu dongsaeng-nya deh." Sissy menarik napas singkat sebelum meneruskan kalimatnya. "Aku lihat di-nun Oppa Cleve ada manhi sarang gitu."

"Nggak ... ngerti," gumam Aarline.

Gadis berambut papan itu kembali menghela napas pendek. "Nun artinya mata. Manhi sarang artinya banyak cinta. Kamu artikan aja deh tuh. 'Kan nggak ada siaran ulang lagi."

Aarline menyipitkan mata, lalu berdecak. Dia kembali mengingat perkataan Sissy barusan dengan dipadukan dengan kosa kata yang tidak dimengerti tadi. Perlahan bibirnya kembali terbuka. Kepala gadis itu menggeleng cepat.

"Impossible!" serunya nyaris berteriak sehingga menarik perhatian teman-teman yang ada di kantin.

Sissy meletakkan jari telunjuk di bibir, meminta Aarline menurunkan volume suara. Dia memegang pundak sahabatnya, lalu berujar, "Coba kamu tanya sama Oppa Cleve nanti. Maksud aku tanya tentang gosipitu dulu."

Aarline mengangguk pelan. Dia memang harus menanyakan masalah ini kepada Cleve, apalagi setiap bertemu Mutia selalu memberikan tatapan intimidasi kepadanya. Itu sungguh membuat Aarline merasa tidak nyaman.

***

Aarline berdiri di depan kelas menunggu Cleve datang. Dia bersama dengan kedua sahabatnya. Biasanya ia hanya sendirian menanti pemuda itu datang, tapi kali ini Ceria dan Sissy tidak langsung pulang. Mereka memilih menemani Aarline di sana.

Sejak kejadian di kelas tadi, Sissy tidak mau meninggalkan Aarline sendirian. Khawatir jika ada yang macam-macam dengannya. Dia juga menceritakan semuanya kepada Ceria. Gadis yang biasanya ceria dan tidak pernah marah itu menjadi geram ketika mendengar perkataan yang pernah dilontarkan oleh beberapa siswa mengenai Aarline.

"Pulang," suruh Aarline melihat Sissy dan Ceria bergantian.

Kedua gadis itu menggelengkan kepala serentak.

"Mau nemenin lo di sini," sahut Ceria disambut anggukan kepala oleh Sissy.

"Eh, ingat ya. Tanya yang tadi aja sama Oppa." Sissy kembali mengingatkan.

Aarline mengangguk cepat.

"Tanya apaan sih?" Ceria jadi kepo.

Untuk gosipmengenai Cleve dan Aarline, Sissy tidak menceritakannya kepada Ceria. Dia ingin memastikan darimana gosipitu beredar, sebelum berbagi cerita.

ISYARAT [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang