LIMA BELAS

1.5K 112 0
                                    


SELAMAT MEMBACA><

°°°°°

"Wuihh, Pak Bos kita tumben banget nih bawa gandengan ya?" goda Baim.

"Bukan main woi! Spek bidadari rupanya," imbuh Bima.

"Cewek! Kiw kiw!" goda anggota lainnya yang seketika langsung mendapat tatapan tajam oleh Adriel.

Andra menghampiri Adriel, "Siapa El?" tanyanya setelah melihat seorang gadis di samping Adriel.

"My Wife," jawab Adriel datar.

Sontak seluruh pasang mata yang berada di basecamp tersebut pun terfokus hanya padanya. Terkejut? Oh tentu saja. Namun saat mereka menatap raut Adriel semakin serius dan ternyata tak terlihat kebohongan sedikit pun.

"Lo beneran, Bos?" tanya salah satu dari mereka. Pertanyaan itu hanya mendapat anggukan kepala oleh Adriel.

"Kok bisa ya?" beo yang lainnya lagi. Mereka masih cukup speechless dengan kenyataan yang baru diketahuinya itu.

Adriel mendudukkan dirinya di sofa dan diikuti Zea di sebelahnya. Setelah memposisikan dirinya senyaman mungkin, akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada seluruh anggota Arionz yang sudah seperti keluarga itu tanpa ada hal yang ditutupi dari mereka.

"Oalah dijodohin ternyata," celetuk salah seorang dari mereka setelah paham dengan apa yang diceritakan Adriel sebelumnya.

Adriel mengangguk singkat, "Gue percaya kalian gak bakal nyebarin hal ini, terutama untuk lingkungan sekolah." ucapnya.

"Gue juga minta tolong banget sama kalian buat jaga rahasia ini, ribet urusannya kalo hal ini sampe jadi topik di sekolah." imbuh Zea memohon, mewaspadai hal yang tidak diinginkan agar tidak terjadi.

"Siap, Bu Bos!" serentak semuanya menjawab dengan lantang.

"Emang gue kek ibu-ibu ya?" beo Zea membuat mereka semua tertawa lepas.

•••••

Seiring berjalannya waktu, hubungan antara Adriel dan Zea semakin membaik. Bahkan sekarang mereka berdua sudah menempati kamar yang sama. Entahlah mendapat hidayah sejak kapan hingga membuat mereka menjadi akur seperti itu.

Saat ini saja Zea sedang menceritakan perasaannya setelah pulang dari basecamp tadi dan tentunya Adriel lah yang menjadi pendengar terbaiknya. Padahal sedari masuk rumah tadi Adriel sudah memerintah Zea agar segera tidur, mengingat langit yang semakin gelap.

Posisi mereka sekarang adalah Zea yang duduk di atas ranjang dengan memangku bantal dan menghadap Adriel yang sudah merebahkan dirinya sedikit miring dan memeluk guling serta menghadap istrinya.

"Baru sekali gue ketemu mereka, gue udah tau kek mana sifat mereka dan tentunya gue merasa kalo mereka itu bukan pengaruh buruk untuk lo. Jadi, gue gak akan lagi berburuk sangka sama pergaulan lo." ungkap Zea dengan semangatnya.

Adriel menepuk puncak kepala Zea, "Good girl." pujinya.

"Apaan sih, ish!" desis Zea merasa risih.

"Dah selesai kan ceritanya?" tanya Adriel.

"Udah."

"Yaudah, tidur gih."

"Belum ngantuk nih,"

"Merem."

"Males ah, ga ngantuk juga."

"Ribet,"

"Biarin."

Adriel mulai geram dengan tingkah Zea yang sulit sekali disuruh tidur. "Buruan tidur, Zeaaa."

Zea's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang