TUJUH

1.6K 113 3
                                    


SELAMAT MEMBACA><

°°°°°

Atharrazka's House.

Seorang cowok baru saja merebahkan tubuh di atas ranjangnya dan menghadap ke langit-langit kamarnya dengan tangan yang dilipat dibelakang kepala sebagai bantalannya. Sejak pulang sekolah tadi ia terlihat risau, entah apa yang memenuhi pikirannya. Bahkan ia menghiraukan sepatunya yang masih terpasang dikakinya. Ia adalah Adriel.

Seorang Adriel Zaidan Atharrazka, lahir dalam keluarga bermarga Atharrazka. Ia adalah putra tunggal dari Damar Atharrazka-yang merupakan pebisnis terkenal di ibukota- dan Shanum Zahira-pemilik toko roti yang bercabang ke penjuru kota-.

Sampai sini dulu perkenalan Adrielnya, hehehe. Lanjut ke cerita, ekhem!

Tok Tok Tok.

"Kak, udah mandi belum? Jangan lama-lama. Buruan ke bawah, makan siang dulu," teriak seorang wanita dari balik pintu kamarnya.

"Iya Bund, ini bentar lagi turun." jawab Adriel kepada Bundanya.

Adriel berjalan menuruni tangga menuju ruang makan.

"Hai Bund, Yah," sapanya ramah kepada kedua orangtuanya.

"Hai!" jawab kedua orangtuanya bersamaan.

"Udah, ayo makan dulu." Bundanya menginterupsi suami dan anaknya agar segera menyantap makan siang.

Makan siang berlangsung selama kurang lebih 15 menit, dan sekarang pun telah usai. Shanum membereskan meja makan, dibantu oleh asisten rumah tangganya.

"Yah, El mau ngomong." ucap Adriel dengan wajah tampak serius.

Damar menautkan kedua alisnya, lalu setelahnya ia mengangguk menyetujui. "Serius banget wajah kamu, kak," cibirnya menggoda. Adriel hanya membalas dengan kekehan ringan.

Di ruang keluarga.

Adriel menatap netra kedua orangtuanya secara bergantian.

"Gak usah natap-natap gitu juga, kak. Serem kamu natapnya," peringat Bundanya yang dibalas kekehan olehnya.

"Mau ngomong apa emangnya?" tanya Ayahnya penasaran.

Adriel berdehem singkat, "Kakak minta izin mau ke Jogja-" ucapnya singkat.

Shanum memelototkan matanya, "Mau ngapain jauh-jauh kesana? Gak usah aneh-aneh deh, Kak. Kamu tuh sebentar lagi ujian, jadi fokus ke pelajaran aja. Gak boleh pergi-pergi, Bunda gak kasih izin" ocehnya kesal.

Adriel menunduk sebentar lalu menatap Bundanya, "Bund, dengerin dulu," pintanya.

Sebelum Adriel melanjutkan ucapannya, Damar terlebih dahulu memotongnya. "Mau nengokin Abah, kak?" tanya Damar dan dijawab dengan anggukan kepala putranya.

Shanum merasa bersalah dan malu bercampur aduk karena telah mengoceh tadi. "Maafin Bunda ya, kak? Bunda lupa kalo kamu udah lama belum kesana, hehehe," ucapnya menyengir.

Adriel tersenyum, "Iya bund, gak papa." tuturnya lembut.

"Berangkat sama Ayah besok, kak." ucap Damar tegas.

"Lah? Bunda gak diajak, nih?"

"Kita berangkat semua besok." ralat Damar.

"Yaudah, Bunda prepare sekarang," sahut Shanum.

Zea's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang