SELAMAT MEMBACA><°°°°°
"KALIAN INI SELALU SAJA MEMBUAT MASALAH!" hardik seorang guru pria-adalah Pak Beni, guru BK di SMA Cahaya- kepada para murid yang saat ini berada dihadapannya, "TERUTAMA KAMU, RENO. SAYA TIDAK AKAN MEMBERI KESEMPATAN KEDUA UNTUK KAMU. ATAS PERSETUJUAN DARI KEPALA SEKOLAH, HARI INI JUGA, SAYA MENYATAKAN BAHWA KAMU DIKELUARKAN DARI SEKOLAH INI!!" imbuhnya dengan napas memburu, ia naik pitam karena perbuatan muridnya.
"Oke, Pak. Saya terima keputusan Bapak." ucap Reno dengan santainya, seperti tak punya beban. Sedangkan Pak Beni hanya menatap malas pada muridnya yang satu ini.
Pak Beni beralih menghadap Adriel, "Untuk kamu, Adriel. Kamu saya biarkan kembali ke SMA Antariksa, nanti guru BK kamu yang akan menghukum kamu dan teman-temanmu. Walau bagaimanapun juga kamu tetap salah, kamu sengaja membolos hanya untuk menanggapi Reno." jelasnya.
Adriel mendongak menatap Pak Beni lalu mengangguk, "Baik, Pak. Terimakasih." katanya.
"Silakan keluar dari ruangan saya, semuanya sudah selesai."
Setelah mendengar penuturan terakhir Pak Beni, semuanya berjalan keluar.
"Lo gimana sih Ren, kenapa gak nolak?" ucap Ryan memecah keheningan. "Lo tenang aja, Yan. Walaupun gue gak sekolah disini lagi, gue bakalan selesaikan misi gue buat ngebales dendam gue." jawab Reno menyeringai.
•••
Sekarang, Adriel dan teman-temannya belum kembali ke SMA Antariksa, mereka masih duduk di kantin SMA Cahaya.
"Lo pada mau pesen apa? Biar gue yang pesenin makanan sama minumannya," ujar Baim tersenyum tulus. Bima menoleh pada kembarannya, apa yang terjadi dengan Baim? Biasanya selalu terjadi perdebatan sebelum memesan makanan, dan sekarang kenapa tidak? Aneh.
"Lo kesambet apaan dah, Im? Mendadak baik." ucap Bima penasaran. "Iya Im, lo aneh hari ini." imbuh Andra yang merasa ada perubahan pada Baim, hari ini.
Adriel tak memedulikan perbincangan sahabatnya itu, lagi-lagi ia melamun. Tapi kali ini, lamunannya tertuju pada meja kantin paling ujung yang diduduki oleh tiga siswi SMA Cahaya. Mereka adalah Zea, Shira, dan Azrin.
"Gue gak kenapa-kenapa, gue gak aneh, kan gue emang selalu baik." jawab Baim kepedean.
"Dahlah, gue mah terserah lo aja mau dipesenin apaan," kata Bima, "Gue juga samain." timpal Andra.
"Lo kebiasaan, Ndra. Tiap ditanya pasti jawabnya begitu, bosen gue dengarnya." cerca Baim. "Ya gak usah didengar." ketus Andra.
Mereka bertiga spontan menoleh ke arah Adriel yang masih setia melamun. "Ngelamun trosss!" sindir Baim dan masih tak ditanggapi oleh Adriel.
Andra, Baim, dan Bima mengikuti kemana arah pandangan Adriel dalam lamunannya. Yap, dapat. Akhirnya mereka mengetahui apa yang dilamunkan oleh Adriel. Seorang siswi berhijab putih diujung kantin yang sudah membuat Adriel memusatkan perhatiannya kesana.
"Wesss... pantes si Adriel ngelamun mulu, ternyata ada bidadari disana," ucap Bima membuyarkan lamunan Adriel. Seketika itu Adriel menoleh padanya.
"Lo pa-pada ngapain?" tanyanya terbata-bata karena kepergok sedang melamunkan cewek berhijab tadi.
"Ya lo sendiri ngapain?" Bima bertanya balik kepadanya. "Gue gak ngapa-ngapain." jawabnya salah tingkah.
"Sama, kita juga gak ngapa-ngapain," jawab Andra mengembalikan kalimat Adriel.
"Udah buruan pesen, Im. Laper nih," suruh Bima kepada Baim.
"Lo pesen apa, El?" tanya Baim kepada Adriel. "Samain." jawab Adriel singkat. "Tau gitu gue pesenin daritadi, El." gumamnya yang masih bisa didengar oleh sahabat-sahabatnya.
Baim segera berjalan untuk memesan makanan dan minuman. Arahnya adalah ke meja gadis berhijab tadi, sebab warungnya juga berada disana memang.
Baim sengaja melewati meja gadis tadi, hanya untuk tebar pesona. Catat! Hanya tebar pesona. Parah si Baim!
Diam-diam Baim menaksir gadis yang disebelah Zea. Ya, Shira. Ia menaksir Shira, maka dari itu ia sengaja melewati meja Zea.
"Hai, cantik!" sapanya saat berada tepat disamping kursi Shira.
Azrin diam, Zea juga masih diam, pun juga dengan Shira. Tidak ada satupun yang merespons Baim.
Dari kejauhan, Adriel, Andra, dan Bima menertawai Baim yang dikacangi oleh cewek incarannya. Miris sekali, Baim sadboy. Mereka tadi langsung paham saat Baim dengan senangnya ingin memesankan makanan, ternyata alasan lainnya adalah karena cewek. Makanya, mereka juga sengaja memantau Baim dari saat Baim mulai beranjak dari tempat duduknya tadi.
Baim yang mendengar tawa sahabat-sahabatnya langsung menoleh, "HEH! LO PADA NGETAWAIN GUE? WAH PARAH LO SEMUA!" pekiknya. "Heh! Lo juga, kenapa gak mau jawab sapaan gue sih? Ah gak asik lo, masa cowok seganteng gue begini dikacangi," ucapnya memelas kepada Shira, tapi Shira masih diam. Setelahnya, Baim berlalu.
Shira hanya menoleh sedikit kepada Baim, ia ingin menjawab tapi takut kegeeran, makanya ia memilih diam saja. Lalu dengan spontan ia bertanya, "Lo ngomong sama gue?" tanyanya. "Pikir sendiri." jawab Baim ketus lalu berlalu begitu saja meninggalkan meja ketiga cewek tersebut.
"Hahaha. Muka lo panik, Ra," ucap Zea menertawai kondisi wajah Shira yang terlihat tidak biasa.
"Lo aneh, Ra," timpal Azrin yang juga menertawainya.
Shira memberengut kesal, "Ya lo pada pikir sendiri lah, orang itu yang aneh. Masa tiba-tiba berhenti disini terus bilang 'hai cantik' itu aneh tau, kita semua kan emang cantik. Makanya gue diem aja, kalo gue jawab nanti dikiranya kepedean, iihh gak mau, gue gak suka dikatain!" ucapnya menjelaskan alasannya kepada sahabat-sahabatnya.
Kemudian, mereka segera menghabiskan makanan dan minuman pesanannya. Setelah itu, mereka langsung beranjak dan segera berjalan menuju kelasnya, takut terlambat katanya.
Bruk.
Tak disangka, ternyata mereka berpapasan dengan inti Arionz yang juga sedang berjalan cepat hendak kembali ke sekolahnya.
"Mata lo masih berfungsi?" tanya seorang cowok tinggi dihadapan Zea. Zea tak berani mendongak menatap lelaki itu, sahabatnya pun juga tak berani.
"Emm... Gue minta maaf," cicit Zea memohon. Zea sebenarnya ingin segera berlalu, tapi takut.
Masih tak ada jawaban dari cowok itu, akhirnya Zea memberanikan diri untuk menatap cowok di depannya itu, "Lo lagi?" lirih Zea.
Cowok yang saat ini berada di hadapan Zea adalah cowok yang tak sengaja ditabraknya saat di Bandara, yang juga tak sengaja bertemu dengannya di supermarket, dan sekarang mereka bertemu lagi. Entah kebetulan atau memang ketentuan.
"Lo ngikutin gue, ya? Perasaan di manapun gue, kenapa harus ada lo juga sih?" Zea mengoceh kepada cowok itu. Sedangkan yang di hadapannya malah memasang wajah bingung dengan mengerutkan keningnya. Sahabat Adriel dan sahabat Zea hanya menatap bingung keduanya.
"Oh gue inget, lo cewek yang setiap ketemu gue pasti nabrak gue kan?" kini Adriel yang balik bertanya dan membuat gadis di depannya itu gelagapan sendiri.
"Hah?! Kok gue sih? Gue gak sengaja nabrak lo dan gue juga udah minta maaf!" bantah Zea tak terima.
"Udah salah, malah nyolot nih bocah." gumam Adriel yang tentunya didengar oleh Zea dan membuat Zea semakin naik pitam.
Adriel berbalik, "Balik ke sekolah!" ia menginterupsi sahabatnya yang langsung dibalas anggukan oleh mereka.
Setelah Adriel berlalu bersama sahabat-sahabatnya, Zea masih setia berdiri di tempat tadi bersama sahabatnya.
"Aarrggh kesel!! Gue kesel!!" ia menghentak-hentakkan kakinya melampiaskan kekesalannya pada cowok tadi.
Shira dan Azrin pun hanya menatap Zea sambil menahan tawanya agar tidak lolos sekarang juga dan akan membuat Zea semakin kesal.
°°°°°
plisss kalo misalnya dari part awal sampe part ini ada beberapa kalimat yang kata-katanya kurang pas atau ga nyambung gitu, tolong tandai ya gais🙂 soalnya kadang ilang sendiri kata-katanya huhu...
TO BE CONTINUED
follow, vote, comment, n share gais!
KAMU SEDANG MEMBACA
Zea's Journey
أدب المراهقين[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ini tentang seorang Zea. Cerita perjalanan hidupnya, kisah sedih dan bahagia dalam hidupnya. Awalnya hidupnya biasa saja, dari saat dirinya mondok di pesantren kakeknya lalu ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di pesant...