TUJUH BELAS

1.5K 113 0
                                    


SELAMAT MEMBACA ><

°°°°°

"Harusnya Lo gak tampar dia, Zrin, kasian kan," sesal Zea.

"Aduh Zeaa! Azrin udah bener kok, lagipula tuh anak kalo gak dikasih pelajaran kayak gitu dia gak bakal berhenti ngusik kita. Udah Lo mendingan istirahat deh, pasti Lo gak enak badan kan gara-gara tadi?" terang Shira, ia merasa geregetan dengan tutur Zea yang secara tidak langsung malah memberi ampun kepada Sherly yang jelas-jelas membuatnya celaka.

"Yaudah iyaa deh,"

"Sekali-kali doang kita gituin dia Ze, biar gak makin menjadi," imbuh Azrin.
"By the way, lo udah ngabarin si doi?" tanyanya.

"Malahan gue gak ada niatan buat ngabarin dia," jawab Zea dengan entengnya.

"Gila Lo Ze?! Lo anggap dia siapa sih di hidup Lo? Mungkin menurut Lo ini masalah sepele, tapi menurut gue ini gak sepele dan dia berhak tau keadaan Lo sekarang, Ze." lagi-lagi Shira menyerocos bak emak-emak yang sedang memarahi anaknya.

"Gue setuju tuh, harusnya Lo kabarin dia kek. Misalnya dia gak bisa ke sini, seenggaknya kan dia tau yang Lo alami sekarang." tutur Azrin.

Zea mengangguk-angguk dan terlihat sedang berpikir, "Nanti masih ada pelajaran gak sih?" tanyanya.

"Nggak," jawab Azrin dan Shira secara bersamaan.

"Gue balik ah, pusing di sini." keluh Zea.

"Yaudah ayo kita anter," ajak Shira.

"Eh nggak usah, biar dijemput ojek pribadi gue aja," Zea menolak halus ajakan tersebut.

"Gue baru denger sekarang ini kalo Lo punya ojek pribadi," beo Shira.

"Sejak kapan punya ojek pribadi, Ze?" tanya Azrin penasaran.

"Sejak empat bulan yang lalu, HAHAHA," jawab Zea percaya diri, seketika tawanya pecah melihat raut wajah kedua sahabatnya.

Shira yang langsung peka pun juga terbahak dengan ungkapan Zea, "Wahh bocahh! Gue cepuin ke doi mampus ntar Lo!"

"Hahaha, cepuin nih yaa?" goda Azrin seraya mengangkat ponselnya yang membuat Zea langsung menghentikan tawanya dan terlihat nyalinya seketika menciut.

"Percaya aja Lo sama Azrin. Emang dia ada kontak Adriel?" ucap Shira.

•••

Seorang gadis yang berada dalam rengkuhan suaminya itu melenguh panjang karena merasa tidak nyaman dengan tidurnya.

"Eungh,"

Ia berusaha mencari kenyamanan dalam posisi tidurnya. Namun nihil, tetap saja ia tak menemukannya. Gadis itu berusaha mencoba membuka matanya, namun hawa panas dingin dalam tubuhnya membuatnya tak kuasa menahan perih di matanya.

Adriel merasa gadisnya terbangun dan merasa tak nyaman, ia lalu membuka matanya dan spontan bertanya.

"Gimana nyamannya, hm?"

"Nggak tauuu," jawab Zea lemas.

Diusapnya pucuk kepala Zea oleh Adriel. Namun saat menyentuh dahi Zea, Adriel terkejut karena suhunya sangat tinggi.

"Lo demam," ucapnya.
"Gue ambil kompresan dulu,"

"Nggak usah, El. Gini aja dulu, masih nyaman," cegah Zea.

"Yakin gapapa?" tanya lelaki itu memastikan.

"Iyaaa, gapapaa gini aja duluu," jawab Zea dengan nada manjanya.

Zea's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang