DUA BELAS

1.5K 122 0
                                    

SELAMAT MEMBACA><

°°°°°

Drrttt.

Terpapar tulisan 'Mama Fadya' di layar ponsel Adriel. Langsung ia sentuh opsi berwarna hijau dan mengangkatnya.

"Halo assalamu'alaikum, Ma?" ucapnya.

"Iya Wa'alaikumussalam, El. Kamu dimana, El?"

"Di rumah kok, Ma,"

"Oalah... Mama cuma mau ngabarin kamu kalo Zea ada disini."

"Ohh... yaudah, Ma, Adriel jemput sekarang."

"Iya, yaudah kamu hati-hati di jalan, Assalamu'alaikum."

"Iya, Ma, wa'alaikumussalam."

Tak berselang lama, Adriel sudah membereskan alat sholatnya dan sudah mengganti baju koko dan sarungnya dengan kaos putih polos dan celana hitam panjang serta tak lupa ia kenakan jaket kebanggaan Arionz.

Ia menutup seluruh pintu rumah dan segera mengambil mobilnya di garasi.

Skip, perjalanan dari rumah Adriel ke rumah Adnan jaraknya agak jauh.

Tok tok tok.

"Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam, Adriel ya?" tanya Fadya dari dalam rumah.

"Iya Ma, ini Adriel."

"Masuk aja, El, gak dikunci pintunya!" ujar Fadya.

Sesuai perintah mertuanya, ia langsung membuka pintu dan masuk. Sampai di ruang tengah ia menghampiri mama mertuanya dan menyaliminya.

"Zea ada di kamar, kamu samperin aja." ujar Fadya.

"Iya, Ma." jawabnya dan langsung berjalan menuju kamar tidur Zea.

Ceklek.

"Demen banget ngebo ni bocah," cibirnya sambil berjalan mendekati kasur tidur Zea.

"Heh kebo! bangun cepetan," ujarnya membangunkan gadisnya.

Cara yang dilakukan Adriel tak berpengaruh apapun terhadap Zea, saking nyenyak tidurnya.

Tiba-tiba terlintas ide untuk membangunkan Zea di pikiran Adriel. Ia tersenyum miring.

Dan... ia menyipratkan sedikit air dari gelas yang berada di atas nakas ke wajah Zea. Berhasil! Cara itu berhasil membuat Zea menggeliat kecil.

"Hujan," gumam Zea yang masih setengah sadar.

Hal itu membuat Adriel terkekeh. Tersirat dalam hatinya rasa senang karena bisa menjahili Zea.

Lagi dan lagi, Adriel terus menyipratkan air-air tersebut sampai pada akhirnya Zea berhasil sadar dari tidurnya. Setelah penuh kesadarannya, ia melotot kaget melihat Adriel berada di depannya. Sontak ia memegang kepalanya, untung saja dirinya masih mengenakan hijab sekolahnya.

Adriel langsung paham dengan apa yang dilakukan oleh Zea. Gadisnya satu ini belum berani memperlihatkan rambut kepadanya.

"Adriel? Lo udah lama disini?" tanyanya. Adriel menggeleng.

"Lo tau gue disini?" tanyanya lagi dan dibalas anggukan oleh Adriel.

Lalu keduanya diam, sama-sama menundukkan kepala. Saat ini posisi mereka berdua sama-sama duduk di pinggir kasur dan saling berhadapan.

"Gue–"

"Gue–"

Mereka berucap bersamaan. Keduanya saling menatap sebelum kemudian Zea menunduk lagi.

Zea's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang