Plak..
Suara amplop putih yang dihempaskan oleh neji ke atas meja. Rupanya amplop itu adalah slip gaji hinata yang dititipkan tenten pada kekasihnya itu. Hinata yang mendengar neji pulang, seketika menoleh ke arah neji."Kak neji, kau sudah pulang?" Tanya hinata dengan polosnya.
Tanpa memperdulikan pertanyaan hinata, neji kembali membalas sebuah pertanyaan "Kenapa kau tak bilang padaku, hinata?" Tanyanya balik.
Hinata merasa tak mengerti, dahinya mengernyit "Bilang apa, kak?" Ucapnya.
"Jangan pura-pura tidak mengerti! Kenapa kau keluar dari pekerjaanmu? Ha?" Nadanya meninggi. Entah kenapa neji begitu murka saat mendengar hinata berhenti bekerja.
"Kakak, maafkan aku. Aku baru saja akan memberitahumu." Hinata memelas menghampiri kakaknya.
"Cih.." Neji pergi ke kamarnya dan mendorong hinata menepi hingga gadis itu terbentur ke dinding.
"Ahhh.." Hinata terkejut. Matanya berkaca-kaca dan mulutnya meringis. Dadanya sesak melihat perlakuan kakaknya yang tiba-tiba sekasar itu padanya.
Hinata mencoba bangkit dan menuju kamar neji. Pintunya tertutup dan tak terdengar ada suara apapun dari dalam.
Hinata mulai meminta maaf "Kakak! Maafkan aku, aku berjanji akan segera bekerja lagi. Aku memang belum bercerita pada kakak kalau Bibi kurenai mengajakku untuk bekerja di tempatnya." Jelasnya dari depan pintu kamar neji yang tertutup
"DIAM!! Jangan bicara denganku!" Teriak sang kakak yang ada di dalam kamarnya.
Hinata terdiam, ia menghentikan bicaranya sambil berkaca-kaca. Kakinya melangkah mundur dan memilih menjauh dari sana hingga tanpa sadar air matanya menetes membasahi pipinya.
Ia tak menyangka neji akan semarah itu ketika mendengar dirinya berhenti bekerja. Merasa terlalu berlebihan, hinata mulai berfikir jika sang kakak pasti punya maksud tertentu di balik semua ini.
....
Malam harinya, di rumah megah keluarga senju itu sedang melangsungkan makan malam seperti biasa.
Hashirama, mito, kris dan tobirama makan bersama di meja makan besar di rumahnya. Banyak hidangan lezat yang di sajikan di sana.
Terlihat yang paling lahap adalah kris. Karena kris baru beberapa hari ada di rumah itu. Ia sangat menikmati semua pelayanan yang ia terima di sana.
Namun, berbeda dengan tobirama. Ia tak terlalu suka melihat kris makan dengan sangat lahap. Ada rasa aneh tersendiri dalam benak tobirama melihat pipi milik keponakannya itu menjadi gembung akibat dipenuhi oleh makanan.
"Hey, makanlah pelan-pelan." Tegur tobirama.
Namun kris tak menghiraukannya. Anak kecil itu dengan polosnya tersenyum pada pamannya itu dan melanjutkan makannya.
Melihat tingkah anak tersebut, tobirama hanya menatap datar tanpa ekspresi dan memilih untuk menyelesaikan makanannya meski di piringnya saat itu belum habis.
"Kau tak habis makan, adik ipar?" Tanya mito sambil meminum air putih.
"Emm, tidak. Aku sedikit tidak nafsu makan." Jawabnya sambil mengambil segelas air putih lalu menengguknya.
Sementara itu, hashirama masih sibuk menghabiskan makanannya yang terlihat masih banyak di piringnya.
"Oh iya. Ada yang ingin kubicarakan denganmu" Ucap tobirama sembari tangannya merogoh saku celana dan mengeluarkan gantungan kunci yang ia temukan di atas tempat tidurnya tempo hari.
"Eh.. Apa ini?" Tanya mito sambil mengambil benda tersebut.
"Entah. Sepertinya itu gantungan kunci. Sebetulnya aku sudah akan membuangnya. Tapi, aku khawatir kalau benda itu penting" Jelas tobirama.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOBIHINA - PERNIKAHAN, BALAS DENDAM DAN PENGORBANAN.
RomanceKetika dua insan terjebak dalam sebuah pernikahan yang hanya di dasari oleh kepentingan masing-masing pihak. Hari-harinya selalu di penuhi dengan sandiwara dan perjuangan agar mampu membiasakan diri seatap dengan orang yang sama sekali tidak keduany...