Malam itu, suasana rumah sedang sepi. Mito dan anaknya sedang berada di kamar menghabiskan waktu bersama. Sementara itu, hashirama berada di ruang kerja utama yang ada di lantai satu. Si sulung itu rupanya tengah menunggu tobirama datang menghampirinya.
Dan benar saja, beberapa saat kemudian pria bersurai perak itu masuk ke dalam ruangan tempat sang kakak berada. "Ada apa kakak memanggilku?" Tanya tobirama yang sedang berjalan menghampiri kakaknya di ruang kerja.
"Ada yang ingin aku rundingkan denganmu, tobirama" Jawab hashirama dengan wajah seriusnya.
Tobirama kemudian duduk di kursi dekat kakaknya lalu berkata "Langsung ke intinya saja!"
"Kau masih ingat kan? Saat perusahaan ibu hampir bangkrut di tangan ayah?" Tanya hashirama lagi yang seakan mengingatkan tobirama pada masa lalu kelamnya.
"Aku ingat. Kenapa tiba-tiba membahasnya?" Tobirama menanyai balik.
"Kalau kau masih ingat itu. Berarti kau juga ingat siapa orang yang membantu kita dulu untuk mengembalikan stabilitas perusahaan?" Tegas hashirama lagi.
"Maksutmu? Madara?" Tanya tobirama menerka-nerka dengan raut wajah yang mulai tak mengenakkan.
"Ya, betul. Jadi, aku bermaksud memberikan 20 persen saham perusahaan untuk madara." Jelas hashirama yang mulai mengutarakan maksut sebenarnya.
"Apa kau bilang? Kau memberi madara sebagian saham perusahaan? Kau gila kak! Atas dasar apa kau tiba-tiba memutuskan hal semacam itu, ha?" Tobirama naik pitam. Ia menggebrak meja rapat itu dan mulai mengkonfrontasi kakaknya.
Hashirama yang mengerti akan sikap sensitif adiknya tersebut mencoba menenangkannya dengan memberikan penuturan lebih dalam lagi. "Dengarkan dulu, tobirama. Kakak memiliki rencana seperti ini karena kakak melihat bahwa dalam dirimu tak ada sama sekali niatan untuk berkeluarga. Sedangkan madara, seburuk apapun dia. Dialah yang telah membantu kita di saat-saat terpuruk kita. Dia juga sudah menikah dan memulai hidup baru. Menurutku, ini keputusan terbaik untuk membalas budinya pada kita di masa lalu. Maafkan kakak. Kakak harus mengatakan sejujurnya padamu" Jelasnya dengan perlahan.
"Cih... Apa-apaan kau ini, kak? Hanya karena aku betah melajang, kau seenaknya saja memberikan sebagian saham perusahaan kita padanya. Lagipula, memangnya kenapa kalau dia telah membantu kita? Toh kita tak pernah memintanya. Itu kan niat dia sendiri. Jadi, kita tak memliki keharusan untuk membalasnya. Maaf, aku tak setuju dengan kakak!" Balas tobirama yang tak terima dengan keputusan kakaknya tersebut.
"Aku tahu kau sangat bertanggung jawab pada perusahaan, tobirama. Tapi ingatlah siapa saja yang berada di balik semua ini. Sebenci apapun kau pada madara. Madara tak pernah sekalipun membalas kebencianmu. Coba pikirkan lagi dengan kepala dingin. Sampingkan amarahmu dan cerna baik-baik apa yang aku katakan!" Tegas hashirama pada adiknya.
Tobirama terdiam sejenak. Ia kembali terduduk dan menyandarkan dirinya di kursi dengan raut wajah yang sulit diartikan. "Apa kakak lupa bahwa ayah melarang kita berurusan dengan uchiha? Apalagi berbisnis dengan mereka. Apa kakak juga sudah lupa? Karena kakak melanggar perintah ayah, kakak hampir mati di tangan ayah dan membuatku membelamu meski harus menghabisi nyawa ayah kita sendiri." Tobirama membalas perkataan kakaknya. Ia kembali mengungkit masa lalunya dimana ia terpaksa menghabisi ayahnya sendiri demi menyelamatkan kakaknya yang saat itu ketahuan menjalin kerja sama dengan madara.
"Tobirama, maafkan aku. Bukan itu maksutku. Aku paham jika itulah yang membuatmu sangat membenci madara. Tapi, kau ingat kan? Ibu tak pernah melarang kita untuk menjalin hubungan dengan siapapun. Perusahaan ini adalah warisan dari ibu, bukan dari ayah. Ayah hanya mengandalkan keegoisannya dalam berbisnis. Keserakahannya lah yang membuat perusahaan kita hampir bangkrut sampai-sampai nyawa ibu pun berakhir di tangannya. Aku tahu, kau pasti sayang kan pada mereka berdua? Seburuk apapun ayah, ia tetap ayah kita. Begitu juga dengan madara. Seburuk apapun dia di matamu. Aku yakin, kita tak akan menjadi seperti ini jika dia tidak membantu kita kala itu." Hashirama terus memberikan pengertian pada adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOBIHINA - PERNIKAHAN, BALAS DENDAM DAN PENGORBANAN.
RomanceKetika dua insan terjebak dalam sebuah pernikahan yang hanya di dasari oleh kepentingan masing-masing pihak. Hari-harinya selalu di penuhi dengan sandiwara dan perjuangan agar mampu membiasakan diri seatap dengan orang yang sama sekali tidak keduany...