33

328 31 10
                                    

Perutnya semakin membesar. Hari demi hari, janin itu terus berkembang. Tenten akan segera menjadi ibu. Wanita itu terlihat bahagia sembari mengelus perut gembulnya itu di balkon apartemen.

Kulitnya menguning akibat semburat mentari senja yang kala itu mulai meredup menuju malam. Pikirannya mengedar sejenak, memunculkan memori setiap kejadian yang ia lalui sebelum tenten sampai pada di titik saat ini.

"Hinata..." Tiba-tiba mulutnya mengucap sebuah nama. Nama seseorang yang mungkin begitu berjasa dalam hidupnya. Namun, secara bersamaan rasa bersalahnya kembali menyeruak untuk kesekian kalinya. "Apa dia benar-benar bahagia?" Batin tenten.

Lamunannya hanya berhenti sampai di situ. Setelah terdengar suara neji yang memanggil dirinya. Ia masuk dan menghampiri sang suami.

"Neji-kun!, kau pulang terlambat lagi" Sapa tenten sambil membantu neji melepaskan tas punggungnya yang cukup berat.

"Banyak pekerjaan belakangan ini. Maafkan aku" Jawab neji yang di tutup dengan sebuah kecupan di pipi tenten.

Wanita itu tersenyum. Kalimat protesnya tak dapat di teruskan lagi akibat kecupan hangat yang meluluhkan hatinya itu.

Neji mengambil handuk lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sementara tenten berniat untuk pergi ke dapur dan membuatkan teh hangat suaminya. Namun, saat kakinya hendak melangkah. Satu benda kecil terjatuh dari tas kerja neji yang ia letakkan di sofa tersebut.

"A-apa itu?" Tanyanya sendiri. Tenten keheranan. Dengan susah payah ia membungkuk sambil tangannya bertumpu pada punggung sofanya. Lalu, mengais benda kecil berwarna hitam yang terlihat mirip seperti kitab kecil tersebut.

"Ini.... Buku?" Lanjutnya sambil bangkit dan membukanya. Sekilas buku itu ia buka, hanya berisi tempelan foto-foto masa kecil neji dan hinata.

Tenten tak curiga. Ia lalu ke dapur dan menyalakan tungku yang di atasnya adalah teko air. Tenten meletakkan buku itu di atas meja dapur. Saat mengambil gelas dan gula, ia tak sengaja menyenggolnya lagi.

Hingga buku itu bergeser dan secara tiba-tiba terbuka. Menunjukkan lembar terakhirnya yang membuat Tenten mengernyitkan dahi.

Dengan jelas, foto pernikahan hinata terpampang di sana. Dengan coretan merah yang tepat berada di bagian wajah tobirama. Nampaknya sengaja di coret di sana.

Tenten merasa ada yang tak benar. Ia mulai membuka satu persatu halaman buku tersebut. Dari lembar pertama, memang tak ada yang mencurigakan. Hanya foto neji, hinata dan ayah keduanya. Sampai di halaman pertengahan, semuanya berubah setelah ada satu halaman yang berwarna hitam menyeluruh.

Semakin penasaran, wanita berbadan dua itu terus membuka lembar selanjutnya. Namun, apa yang ia dapat bukanlah hal yang ia inginkan.

Sejak itu, setiap lembarnya berisi beberapa foto dari salah seorang yang tak asing dengan tenten. "Apa hubungannya? Kenapa foto beliau ada di sini?" Ucap tenten sendiri dengan suara pelan.

Sejuta pertanyaan seketika menghujam pikirannya. Sebenarnya apa arti dari foto-foto yang di maksud dalam buku tersebut? Kenapa harus di akhiri dengan foto pernikahan hinata yang sengaja di coret pada halaman terakhirnya?

Belum terpuaskan hasrat penasarannya. Terdengar suara kran air yang tiba-tiba dimatikan oleh neji. Tanda bahwa pria itu sudah selesai mandi dan segera keluar dari kamar mandi.

Tenten melirik ke arah pintu sambil memasukkan buku kecil itu ke dalam saku dasternya. Bertingkah selayaknya tak ada apa-apa. Ia kembali mengais gula dan teh celup untuk ia seduh ke dalam gelas yang akan ia berikan pada neji.

Sedangkan neji keluar dengan mengenakan handuk kimononya. Menggosok-gosok rambut panjang nan basah itu sambil mengamati sang istri yang sedang membuatkannya minuman hangat tersebut.

TOBIHINA - PERNIKAHAN, BALAS DENDAM DAN PENGORBANAN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang