Tibalah pada hari pernikahan. Acaranya di gelar di taman belakang rumah tobirama. Dengan dekorasi dan penataan yang manis. Membuat taman yang biasa saja di sulap menjadi altar pernikahan yang begitu menawan. Lengkap dengan deretan kursi tamu dan juga tempat jamuan makanan yang sudah di tata sedemikian rupa oleh tim wedding organizernya.
Pemberkatan pernikahan akan segera berlangsung. Pastur telah berdiri bersama dengan tobirama di panggung altar pernikahan.
Sementara hinata kala itu sedang berjalan di tuntun oleh walinya, Neji. Tentunya semua mata tertuju kepada dua adik kakak tersebut. Neji dengan bangganya mengantarkan sang adik berjalan di atas permadani putih yang panjang. Menuntunnya selangkah demi selangkah kepada lelaki yang setelah ini akan mengambil alih tugasnya untuk menjaga hinata.
Di tengah langkahnya, keduanya saling menengok sesekali. Seakan mengungkapkan perasaannya masing-masing dalam satu tatapan. Neji dengan perasaan bahagianya, dan hinata yang sedang berpura-pura terlihat baik-baik saja.
....
"Saya mengambil engkau menjadi Istri.
Saya berjanji akan saling memiliki dan menjaga sekarang dan selamanya.
Pada waktu susah, senang, kelimpahan, kekurangan, sehat, atau sakit.
Sampai Maut Memisahkan."Seperti itulah sekiranya janji pernikahan yang di ucapkan oleh tobirama, di susul dengan hinata yang mengucapkan janjinya juga di depan semua tamu yang ada disana.
Suasana pemberkatan begitu khidmat. Dihadiri oleh para tamu yang diantaranya adalah keluarga, kolega bisnis dan juga kawan dekat dari keduanya.
Setelah janji suci di ucapkan dan pemasangan cincin telah di lakukan. Para tamu saling bertepuk tangan dan bersorak untuk merayakannya. Bahkan hashirama dan mito meneriaki tobirama untuk mencium hinata saat itu juga.
"Ayo, cium! Cium! Cium!..." Begitulah sampai semua tamu ikut menyoraki kedua mempelai.
Sementara itu, tobirama masih memegang kedua tangan hinata. Matanya tertuju pada sang istri. Antara yakin dan tidak untuk menciumnya. Ia juga melihat wajah hinata yang memerah seakan malu untuk melakukannya.
Lalu tanpa pikir panjang. Tangan tobirama memegang wajah hinata. Kemudian menciumnya dengan spontan.
"Yeeee........" Sontak semua tamu bertepuk tangan menyoraki keduanya.
Sementara hinata dan tobirama saling membuang muka untuk menyembunyikan rasa malunya masing-masing.
Di sana, terlihat Hashirama yang paling girang di antara semua orang. Lelaki paruh baya itu sangatlah bahagia melihat sang adik telah melepaskan masa lajangnya. Sehingga tanggung jawabnya kini sudah berkurang sebagai adik sekaligus ayah untuk tobirama.
....
"Hinata!" Tenten memeluk erat sahabatnya itu. Ia menangis di pundak hinata. Tangisan yang sulit untuk di pastikan maknanya. Senang dan sedih bercampur menjadi satu.
Ia yakin, hanya dialah satu-satunya orang lain di dunia ini yang tahu bahwa hinata menikah bukanlah karena cinta. Tapi hanya demi neji dan dirinya.
Namun, disisi lain ada rasa bahagia melihat sahabat yatim piatunya itu menikah dengan lelaki seperti tobirama. Lelaki dari keturunan konglomerat yang hidupnya serba terjamin. Baik dari segi finansial maupun status sosial.
"Sudah jangan menangis begitu. Sebentar lagi kau juga akan memakai gaun bodoh seperti ini juga kan?" Goda hinata pada tenten sambil tertawa kecil pada sahabatnya.
"Tidak.. Tidak.. Aku tak akan memilih gaun seperti ini. Aku tak mau semua orang melihat perut buncitku nanti." Ucap tenten sembari melepas pelukannya dan mengusap air matanya.
"Iya juga, ya! Haha, sudahlah! Makanlah jamuanmu! Aku akan ke dalam sebentar mencari kakak." Balas hinata yang kemudian berjalan sendirian melewati puluhan tamu yang sedang menikmati hidangan makanan. Tak lupa sesekali hinata berhenti saat mendapatkan ucapan selamat dari beberapa teman dan juga keluarga dari tobirama.
Matanya terus meneliti setiap wajah tamu yang ada disana. Berharap ada satu orang yang ia kira datang ke acaramya kala itu. Namun, sayangnya lelaki itu benar-benar tak ada di sana.
"Hinata? Kau seperti sedang mencari seseorang?" Tiba-tiba mia datang menghampiri hinata sambil membawa sepiring kecil puding di tangannya.
Sontak saja hinata terkejut. Bagaimana tidak? Wanita penggoda itu seakan terus mengikutinya. Padahal ia merasa tak mengundangnya untuk datang.
"M-mia? Kau datang?" Tanya hinata yang masih terheran-heran.
Wanita itu seketika menunjukkan senyum palsunya sembari menjawab "Oh, tentu. Kakak ipar mu yang mengundang ku dan pacarku. Tapi, bukan itachi ya!"
Seketika dahi hinata berkerut saat mendengar jawaban mia "maksutmu?" Tanyanya mencoba memperjelas.
"Kau jangan pura-pura tak tahu! Itachi pasti sudah memberitahumu kalau hubungan kami sudah berakhir, kan?" Tiba-tiba mia seakan memojokkan hinata.
"Apa? Tapi, itachi tak bilang apa-apa padaku, sungguh." Balas hinata mencoba tetap tenang.
"Cih! Entahlah! Dia memang sangat naif. Asal kau tahu ya! Ada seseorang yang memberi tahu itachi tentang perselingkuhan ku dengan madara. Jadi, waktu itu dia memergoki ku saat sedang bersama madara. Oh iya.. Kau juga mengenal madara kan?" Mia terus saja menyudutkan hinata.
Sementara hinata, ia tak bisa berkutik dengan pertanyaan mia. "B-benarkah? Maaf tapi aku tak tahu semua itu. Emmm, kalau tentang madara-san. Aku memang pernah bekerja di tempatnya. Tapi tidak lama." Jawabnya dengan terpaksa.
"Emm... Begitu ya! Aku pikir kalian pernah dekat. Huffhh.. Sayang sekali. Aku jadi kehilangan rekening cadangan ku. Andai saja aku tahu siapa orang yang membocorkan hubunganku dengan madara pada itachi. Aku pasti akan membalasnya. Akan aku hancurkan hidupnya seperti dia menghancurkan hubunganku dengan itachi!" Semakin panas kalimat yang mia ucapkan, semakin hinata tak nyaman berada di dekatnya.
Entah mia bermaksud menyindir hinata atau hanya mengoceh tanpa tujuan tertentu. Yang jelas, mulai sekarang hinata merasa harus menjaga jarak dengan wanita berbisa itu.
"Emmm, baiklah. Aku harus pergi sebentar untuk mencari kakakku. Sampai nanti" Hinata mengakhiri percakapannya dan pergi begitu saja. Sementara mia masih mengamati istri hinata dari tempatnya berdiri. Pandangannya seakan menaruh dendam padanya. Terlihat perangai ketusnya yang seperti tak sabar lagi untuk memberi pelajaran pada si lugu itu. Namun, jika benar ia dendam pada hinata karena telah memberitahukan rahasianya pada itachi. Lalu, dari mana mia mengetahui bahwa hinata lah dalang dari semuanya?
....
"Kakak? Kenapa kakak di sini?" Tanya hinata saat menemukan sang kakak berada di ruang tamu rumah tobirama sambil tertegun memandang sebuah bingkai foto besar yang berisi jajaran anggota keluarga senju. Kepalanya mendongak ke atas dan entah kenapa tangannya terlihat mengepal seakan ada rasa marah yang ingin ia lampiaskan.
Dalam figura besar tersebut ada foto kakek tobirama, butsuma senju sang ayah, ibu dan tobirama serta hashirama yang masih remaja saat itu.
"Kakak kenapa diam saja?" Hinata menepuk pundak neji. Menyadarkan sang kakak dari lamunannya.
"Eh? Tak apa! Ayo kita kembali ke acaramu." Jawab neji yang seakan menyembunyikan sesuatu dalam dirinya.
"Kakak kenapa bisa berada di sana?" Tanya hinata lagi.
Neji pun menjawab "tadinya aku ke toilet. Tapi saat akan kembali ke taman belakang, aku salah jalan dan akhirnya sampai di ruang tamu. Entahlah! Rumah ini yang terlalu besar atau memang aku yang bingung"
Hinata kemudian tertawa kecil pada kakaknya. Ia lalu menanyakan apakah dirinya cantik dengan gaun yang ia kenakan saat itu. Dan neji menjawab bahwa hinata terlihat luar biasa. Sedikit keberanian membuatnya tampil begitu mempesona di hari pernikahannya. Ya, meskipun dia tahu jika semua yang ia perlihatkan itu hanyalah sebuah kepalsuan.
....
![](https://img.wattpad.com/cover/293222476-288-k25326.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TOBIHINA - PERNIKAHAN, BALAS DENDAM DAN PENGORBANAN.
RomanceKetika dua insan terjebak dalam sebuah pernikahan yang hanya di dasari oleh kepentingan masing-masing pihak. Hari-harinya selalu di penuhi dengan sandiwara dan perjuangan agar mampu membiasakan diri seatap dengan orang yang sama sekali tidak keduany...