Hari itu, hinata sengaja bangun pagi karena moodnya sedang bagus. Tak biasanya ia pagi-pagi sekali sudah membuatkan sarapan untuk tobirama dan dirinya. Nasi goreng dengan omelette telur. Menu sarapan termudah dan paling sering di minta tobirama.
Saat hidangan sudah siap. Hinata beralih untuk mencuci beberapa wajan dan peralatan bekas masaknya di wastafel. Karena masih mengira tobirama masih tidur. Ia sama sekali tak menyadari jika pria itu ada di belakangnya.
Dan tiba-tiba saja kedua tangan tobirama muncul dari belakang dan ikut menengadah di bawah aliran air kran. "Aduh" Pekik hinata ketika tubuhnya berhimpitan dengan tobirama. Ia terkejut saat merasakan gesekan tangan tobirama pada pinggangnya. Malu bukan kepalang, ia mematikan kran lalu menjauh dari wastafel.
"Ada apa?" Tanya tobirama datar seakan merasa tak bersalah.
"T-tidak. Kau duluan saja" Jawab hinata. Wajahnya seketika merah padam. Menahan Rasa geli yang masih tertinggal di sana.
Tobirama lalu menyelesaikan cuci tangannya dan pergi mengambil air minum. Setelah itu, duduk di kursi makan sambil mengamati hinata yang masih sibuk dengan cuciannya.
Melihat rambut lebat hinata yang di sanggul tinggi ke atas. Membuat leher jenjangnya terlihat dengan jelas. Tanpa sadar, tobirama tenggelam dalam pikirannya sendiri. "Lumayan juga!" Batinnya sambil melamun.
"Hey! Kau lihat apa?" Tanya hinata yang tiba-tiba mengejutkan tobirama. Lamunannya buyar saat melihat hinata menghampirinya.
"Tunggu apa lagi? Ayo makan!" Ajak hinata. Tobirama mengangguk kecil lalu keduanya mengucapkan selamat makan bersamaan.
Mulai dari suapan pertama hingga terakhir. Tak ada komplain dari mulut pria itu. Pertanda bahwa tak ada yang kurang dari masakan hinata kali ini.
"Terimakasih untuk makanannya." Ucap tobirama.
Hinata tersenyum dan mengangguk. Tak biasanya pria itu mengucap terimakasih padanya. Mungkin benar, tobirama telah berubah. Pria itu lalu pergi ke kamarnya untuk mandi dan bersiap. Tak mau kalah, hinata mempercepat cuci piringnya dan segera mandi agar saat tobirama berangkat nanti ia sudah rapi.
....
Singkat cerita, hinata telah selesai mandi. Ia berdiri di depan cermin sambil menyisir rambut panjangnya. Tak ada riasan yang berarti. Hanya sunscreen dan pelembab serta lip tint tipis ia torehkan di bibir mungilnya.
Setelah itu, ia beranjak dari depan cermin. Hanya mengenakan kaos dan hotpen harian yang biasa ia kenakan. Hinata membuka pintu dan melihat tobirama yang telah bersiap.
"Belum berangkat juga?" Tanya hinata.
"Masih menunggu mia tiba" Jawab tobirama singkat.
Hinata kembali membuang nafas panjang. Muak sekali rasanya mendengar nama itu di sebut oleh tobirama. Tapi, ia hanya diam tanpa memberikan tanggapan berarti karena tak ingin membahasnya lebih jauh lagi.
Tiba-tiba, suara klakson mobil terdengar keras dari luar.
"Tiiiinnn...tiiiiiinn..."
"Dia sudah sampai. Kalau begitu, aku pergi dulu" Pamit tobirama pada hinata tanpa basa-basi.
Terlihat hinata masih belum rela. "Tunggu!" Panggil hinata. Seketika tobirama berhenti. Ia menoleh ke arah hinata dan melihat wanita itu menghampirinya.
"Kapan kau akan pulang?" Tanya hinata.
"Sepertinya 2 hari lagi. Kalau memungkinkan, mungkin esok lusa aku bisa pulang." Jawab tobirama datar.
"Hmmm, begitu ya" Sahut hinata dengan suara sendunya.
"Apa aku bisa mempercayaimu?" Imbuh hinata. Ia menatap tobirama dalam-dalam. Seakan memberitahukan pada pria itu bahwa hatinya tak tenang saat melepasnya pergi bersama wanita penggoda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOBIHINA - PERNIKAHAN, BALAS DENDAM DAN PENGORBANAN.
RomanceKetika dua insan terjebak dalam sebuah pernikahan yang hanya di dasari oleh kepentingan masing-masing pihak. Hari-harinya selalu di penuhi dengan sandiwara dan perjuangan agar mampu membiasakan diri seatap dengan orang yang sama sekali tidak keduany...