Pagi itu terasa dingin.
Wanita dengan kelopak mata sembab itu masih terlelap dalam tidurnya. Hingga cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya dan menyinari wajah kusut itu. Matanya mengerjap. Setengah sadar membukanya dan menggerakkan tubuhnya."Emm.. Sudah pagi" gumamnya sambil mengucek mata sipitnya.
Hinata menuruni ranjang sambil mengingat apa yang telah terjadi. "Pintunya!!" Ucap hinata saat mengingat tobirama yang menguncinya semalaman.
"Ceklek"
Gagang pintu ia tekan dan pintu terbuka begitu saja."Sudah dibuka ya!" Batin hinata ketika mengetahui pintunya tak terkunci lagi.
Ia lalu keluar kamar dan menuju dapur. Mengambil segelas air putih dan meminumnya. Dan saat hendak mencuci gelasnya, ia melihat 2 piring kotor dan 2 gelas yang berada di bak wastafel. Noda makanannya terlihat kering. Seperti bekas piring makanan kemarin.
"Apa mereka makan berdua? Disini?" Batinnya.
Hinata bergeming. Sekian detik ia meratapi kekalahannya dengan wanita penggoda itu. Tangannya sudah mengais piring kotor tersebut dan hendak mencucinya. Namun, ia terfikirkan sesuatu. Sebelum hinata mencucinya, ia beranjak keluar rumah. Melihat mobil di garasi yang ternyata sudah lenyap. Tanda bahwa tobirama telah pergi ke kantor.
Pergi begitu saja tanpa meminta maaf. Tanpa memikirkan apa yang telah ia perbuat pada istrinya semalam. Lelaki yang begitu egois. Tapi, tetap saja. Hinata tak akan pernah rela jika tobirama jatuh ke tangan mia.
"Gruuukk...."
Suara perut hinata memecah lamunannya."Astaga! Aku belum makan sejak kemarin siang di pesta kakak." Gumamnya sendiri sambil memegang perutnya yang keroncongan.
Ia lalu menyelesaikan cucian itu. Setelahnya, pergi menuju kulkas dan melihat stok makanan yang ada. Hinata lalu mengambil daging dan membiarkannya sejenak sambil pergi mencuci muka dan merapikan rambutnya. Yap, ia memasak steak untuk sarapannya kali ini.
Setelah semuanya matang. Hinata melepaskan celemek nya dan pergi mencuci tangan. Namun, saat ia hendak duduk di kursi makan. Terdengar suara gaduh dari luar rumah. Bahkan sampai pintunya seperti terdorong sesuatu.
"Bruuukkk"
"Ada apa itu?" Tanyanya sendiri sambil bergegas pergi melihat apa yang terjadi.
"Penjaga?" Herannya saat melihat penjaganya menghalang-halangi seekor anjing yang mana itu adalah hoki.
"Maaf nyonya! Anjing ini berlari menerobos masuk halaman. Aku sudah menghentikannya tapi dia malah terus berlari berputar-putar" Jawab penjaga itu yang terengah-engah.
Sementara itu, hoki seketika berlari ke arah hinata saat melihat wanita itu berada di ambang pintu. Ia mengitari hinata sambil menggosokkan tubuhnya pada hinata.
"Tak apa, biarkan saja. Ini anjing tetangga. Aku mengenalnya. Biar nanti aku yang mengantarnya" Jawabnya sambil mengelus-elus moncong hoki.
"B-baik nyonya" Jawab si penjaga yang kemudian pergi.
"Kau ini nakal ya! Kau pasti kabur lagi? Atau yahiko menyuruhmu kemari, hmm?" Hinata berbicara dengan berjongkok dan mengelus-elus kepala hoki.
Ia lalu masuk di ikuti anjing tersebut. "Ahh.. Kau mau daging? Hmm?" Tanya hinata yang sedang mengambil pisau dan mengiris daging untuk hoki.
Tapi, anjing itu malah menggigit roknya seakan mengajak untuk pergi.
"Ehh? Kenapa? Kau tak mau?" Tanyanya yang keheranan dengan sikap hoki padanya.
"Gukk gukkk" Anjing itu terus menggonggong ke arah pintu depan.
"Ahhh.. Aku tahu! Kau ingin memberi yahiko juga? Baiklah. Aku akan membuatkan steak satu lagi untuknya." Ucap hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOBIHINA - PERNIKAHAN, BALAS DENDAM DAN PENGORBANAN.
RomanceKetika dua insan terjebak dalam sebuah pernikahan yang hanya di dasari oleh kepentingan masing-masing pihak. Hari-harinya selalu di penuhi dengan sandiwara dan perjuangan agar mampu membiasakan diri seatap dengan orang yang sama sekali tidak keduany...