13

350 48 0
                                    

Setelah beberapa pertanyaan basa-basi. Pertanyaan terakhir tiba-tiba terucap dari mulut hashirama. "Kau yakin akan menikah, tobirama?" Tanya hashirama pada adiknya. Raut wajahnya seakan ragu atas keputusan sang adik.

"Kenapa aku harus tidak yakin? Kami sudah saling mengenal. Bukan begitu, hinata?" Tobirama meyakinkan sang kakak dengan kata-katanya sembari memegang tangan hinata. Tak lupa juga diwarnai dengan senyuman kecil nan palsu ke arah gadis lugu tersebut.

Sontak saja hinata menanggapi pertanyaan tobirama dengan berkata "Iya benar. Kami rasa begitu." Meskipun dalam hatinya ia tahu bahwa semua yang di lakukan tobirama padanya hanyalah sebuah sandiwara.

Setelah mendengar jawaban tersebut. Hashirama menaikkan alisnya sambil mengangguk-angguk kecil. Ia kemudian beranjak dari kursinya dan tiba-tiba mengambil secarik kertas yang berada di atas meja kerjanya.

Kertas itu kemudian ia berikan pada tobirama. Kertas bertuliskan sebuah "Perjanjian" yang tentunya di bagian tanda tangan terdapat dua lembar materai pula.

"Apa-apaan ini, kak?" Tanya Tobirama heran sambil mengamati kertas itu.

"Kau bisa membacanya agar kau tahu isi surat perjanjian itu" Jawab hashirama yang saat itu kembali duduk di kursinya.

"Ini surat perjanjian? Maksutmu? Kau meragukanku?" Tobirama kembali menanyai sang kakak. Emosinya mulai terpancing setelah membaca surat perjanjian yang barusan di berikan oleh kakaknya.

"Ya, betul sekali. Aku tidak sebodoh yang kau kira, tobirama. Dan aku juga tahu siapa dirimu. Aku sudah menyiapkan ini sejak lama. Karena aku takut, kau akan menikah hanya demi perusahaanmu. Bukan tulus atas niatmu sendiri." Jawab hashirama serius.

"Apa? Jadi kau menuduhku?" Tobirama mulai mengkonfrontasi kakaknya. Ia kesal ternyata kakaknya lebih pintar darinya.

Hashirama seketika tersenyum dan menjawab "Apa ada kalimatku yang menuduhmu? Tidak, tobirama. Aku tidak menuduhmu. Surat perjanjian ini hanyalah bentuk hitam di atas putih dari keseriusan kalian berdua. Isinya bahwa jika suatu saat nanti ada kemungkinan kalian harus bercerai. Kalian tidak bisa melakukannya sebelum memiliki keturunan biologis dari kalian sendiri. Kau paham kan maksutku?" Katanya.

Deg..
Hinata seketika berpikir keras.
"Apa? Anak? Aku dan tobirama harus memiliki anak?" Pikirnya sambil menatap surat perjanjian yang di pegang oleh tobirama.

Sedangkan Tobirama hanya bisa tersenyum kecut. Ia menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata "Cih.. Luar biasa. Kau memikirkannya sampai sejauh ini." Katanya sambil mengais bulpoin yang ada di depannya dan segera menandatangani perjanjian tersebut.

Hinata masih saja diam. Ekor matanya terus melirik tobirama. Pikirannya semakin bertambah. Bagaimana bisa tobirama begitu mudah menyetujui perjanjian tersebut? Apa dia tak memikirkan konsekuensi di dalamnya? Atau dia sudah lupa tujuan awal pernikahan antara ia dan hinata?

"Giliranmu, hinata" Ucap hashirama yang seketika menghancurkan lamunan gadis itu.

Ia kemudian membaca surat tersebut dan memang jelas tertulis di sana. Bahwa antara tobirama dan hinata berjanji tak akan bercerai. Kalaupun ada kemungkinan untuk bercerai, mereka tak akan bisa melakukannya sampai keduanya memiliki keturunan. Ya, apalagi kalau bukan demi perusahaan?

Ternyata Hashirama sudah membaca rencana licik tobirama. Yaitu menikah hanya demi bisnis semata. Maka dari itu, hashirama sengaja membuatkan perjanjian tersebut untuk mempersulit keduanya mempermainkan ikatan suci pernikahan itu.

"Tunggu apa lagi?" Ucapan tobirama yang seketika membuat hinata berhenti membaca perjanjian itu dan segera menandatanganinya.

Ketiganya hening sejenak sampai hashirama berkata "Nah.. Kalau begini aku percaya dengan kalian. Jadi, bagaimana hinata? Kau ingin resepsinya di gelar dimana? Jangan khawatir! Aku akan secara penuh membiayai semua keperluan acara kalian berdua. Karena ini bentuk tanggung jawabku yang terakhir sebagai kakak tobirama" Ucapnya.

TOBIHINA - PERNIKAHAN, BALAS DENDAM DAN PENGORBANAN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang