28

264 39 16
                                    

Sore itu, pesawat yang di tumpangi tobirama dan minato telah berhasil landing di bandara tujuan. Setelah menunggu delay penerbangan hampir 1 jam lamanya. Akhirnya ia bisa pulang meski dengan hati dan fikiran yang tak karuan.

Kedua pria itu lalu bergegas keluar gate dan melihat sopir tobirama telah menunggu di sana. "Kau sendirian?" Tanya tobirama.

"Ya, pak." Jawab sang sopir. "Bodoh!! Aku sudah bilang bawa 2 mobil. Satu untukku, satu untuk minato." Umpat tobirama memarahi sopirnya.

"Maaf pak. Tapi kondisi rumah sedang kosong pak. Jadi, aku pergi sendiri karena yang lain sedang berjaga" Ucap sang sopir membela diri.

"Apa katamu? Rumah kosong? Kemana hinata?" Tobirama terus mencecar sopirnya.

"A-anu.. Nyonya hinata.. Kabur dari rumah tadi pagi" Jawabnya dengan gemetar. Seakan takut memberi tahukan hal tersebut pada tobirama.

"APA??? KABUR?? DASAR PAYAH!! KENAPA KAU TAK MENCEGAHNYA? HAA??" Tobirama naik pitam. Mendengar bahwa hinata kabur dari rumah membuat kepalanya terasa mendidih. Belum selesai satu masalahnya, timbul lagi masalah yang lain.

"Ma-maaf pak. Aku sudah mencegahnya. Tapi beliau tetap pergi. Sepertinya beliau meminta teman wanitanya untuk menjemputnya. Beliau pergi dari rumah dengan menangis." Jelas si sopir.

FLASHBACK

Pagi itu, hinata bangun dari tidurnya seperti biasa. Ia melihat sinar matahari yang menerobos sela-sela gorden jendelanya. "Sepertinya, aku kesiangan" Gumamnya sendiri.

Ia lalu beranjak dari ranjangnya dan berjalan menuju pintu. Membukanya lebar-lebar dan mendapati rumahnya masih kosong seperti kemarin. "Tobirama belum pulang" Batinnya.

Keheningan yang sudah biasa ia rasakan. Hanya saja, kali ini berbeda. Rasanya tak bisa tenang mengingat wanita yang ikut dengan suaminya tersebut.

Hinata mengurungkan niatnya untuk membuat sarapan. Ia hanya meminum segelas air putih dan kembali masuk ke dalam kamarnya.

Wanita itu meraih handuk yang di gantungnya di sudut kamar. Melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Namun, kembali urung saat melihat ponselnya yang tergeletak di samping bantalnya.

Hinata lalu mengaisnya karena berpikir baterainya mungkin lemah. Ia menyalakan layar ponselnya dan melihat baterainya yang hampir habis. Namun, di tengah-tengah layarnya terlihat ada beberapa notifikasi pesan masuk dari tobirama.

Hinata tersenyum. Melihat lelaki itu mengiriminya pesan terlebih dahulu. Namun, setelah membukanya. Urat-urat wajahnya seketika lenyap. Senyumannya berubah menjadi ketegangan. Hinata menggeleng sambil menutupi mulutnya.

Matanya sudah berkaca-kaca dan siap mengalirkan air mata. "Tobirama.... Kau... Tega sekali..." Ucapnya lirih. Rasa sakit dalam hatinya muncul tiba-tiba. Terasa seperti batu yang semakin membesar hingga menghimpit paru-parunya dan membuat nafasnya terasa begitu sesak.

Semuanya hancur. Tak ada kepercayaan lagi pada pria itu. Melihat tiga foto panas dan satu kalimat kejam yang tertulis dalam pesan itu. Membuatnya seketika sadar diri dan tahu apa yang harus ia lakukan.

Hinata marah, sedih, dan kecewa. Semua rasa sakit berkumpul jadi satu. Kini, tak ada lagi yang bisa di harapkan dari tobirama. Tobirama telah melanggar janjinya sendiri.

Hinata lalu membuang handuknya di lantai. Ia menarik satu koper besar yang ada di atas lemarinya. Membuka resletingnya dan memasukkan semua pakaian ke dalamnya. Ia telah membuat keputusan. Hari itu juga, hinata akan angkat kaki dari rumah itu.

TOBIHINA - PERNIKAHAN, BALAS DENDAM DAN PENGORBANAN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang