1. LANGIT

471 147 559
                                    

Selamat datang

Tolong bantu suport Langit dan Shaza ya, tolong tandai kalau banyak typo

Happy Reading

⛄⛄⛄

"Langit dapatkah kau turunkan duit, aku ingin dugem tanpa ngepet."

PLAKK 

Bunyi tamparan yang sangat merdu menyapa indra pendengaran.

"Guoblok!" maki orang yang duduk di sebelahnya dengan tidak berperasaan.

"Apaansi lo setan!" Orang itu balas memaki karena tak Terima dikatai seperti itu, walaupun itu kenyataan.

"Di tabok pake duit sama langit, pingsan lo Usro!"

"Bacot lo seenaknya ganti nama gua," Bayu adalah nama aslinya laki-laki yang lahir pada bukan Juli, teman-temannya lebih akrab menyapa Usro

"Usro, Usro. Geser nya kejauhan otak lo," kata laki-laki berwajah kebule-bulean. Arvin Addison, ayahnya berasal dari negri tetangga, tetapi memilih menetap di Indonesia setelah menikah dengan ibunya.

"Lo juga gak jauh beda pin," Dengan rahang tegasnya laki-laki satu lagi betkata dengan santai, kata teman-temannya wajah laki-laki yang bernama Alden itu sangat mirip dengan wajah tetangganya yang duda, tetapi seratus persen jika Alden adalah anak kandung ayahnya.

"Bersyukur banget yang kaya kalian gak ada sepuluh, gua bisa mati muda kalo beneran ada." Sambil mengunyah makanan yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Yaelah makan mulu lo, bagi sini!" Bayu merampas makanan milik Bima dengan tak santai.

"Btw, langit mana dah?" tanya Alden, "ini kan hari terakhir libur, jadi kita harus menikamti.

Langit Artha Navendra, pemilik marga orang terkaya di kotanya, tak ada alasan mengapa ia mau memiliki teman yang kegeseran otaknya melampau jauh.

Bocah-bocah berumur 15 tahun yang besok sudah memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas, bagi Langit sekolah hanyalah membuang-buang waktu, karena ia sudah tau bagaimana akhir kehidupannya setelah ia lulus.

"Lagi di jalan anaknya," jawab Arvin yang baru selesai bertelponan dengan Langit.

Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tempat yang mereka sebut markas, tetapi sebenarnya ini adalah rumah milih Langit yang di hadiahkan oleh ayahnya saat ulang tahun Langit yang ke-12.

Gila? Memang!

Bayangkan saja kado-kado lain di ulang tahun selanjutnya.

Pintu utama markas terbuka, menampilkan wajah orang khas bangun tidur, Langit datang dengan celana cargo hitam selutut di padukan dengan T-shirt berwarna putih polos, terlihat simpel tapi mampu membuat para gadis yang melihatnya mimisan.

"Baru bangun lo bos?" tanya Alden saat Langit sudah menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tengah.

"Hem," Gumam Langit dengan suara rendahnya, ia terlihat masih mengantuk dan mungkin akan melanjutkan tidurnya.

"Yaelah, molor lagi dia." Bayu geleng-geleng melihat Langit, sudah pasti Langit kembali tidur larut karna keasyikan bermain game moba, dan keesokan paginya di paksa bangun oleh bundanya.

"Besok udah mulai masuk SMA, anjay gede juga gua udahan." Bangga Alden.

"Kata emak gua sekolahnya mahal bener, bisa di coret dari KK gua kalo macem-macem." Bima adalah anak juragan ayam, memiliki ibu yang bawel membuat dirinya kewalahan.

"Kenapa gak kasi kita masuk gratis aja ya om Nevan," Celetuk Bayu yang sukses mendapat toyora dari Arvin.

"Bisa rugi om Nevan, kalo ada seribu orang kaya lo Unyil Usro!"

"Gua gak mau kalo identitas anak pemilik sekolah itu kebongkar," Langit memberi peringatan dengan mata yang masih setia menutup.

"Kenapa Lang? Kan enak banyak cewe yang dateng, dari pada lo kukuh nyari tu cewe yang gak jelas asal-usulnya." Ceplos Bima.

Langit menatap Bima dengan tajam, pasalnya teman-temannya yang lain tidak ada yang tau jika Langit memiliki gadis yang tengah disukai.

"Cewe apaan?" tanya Arvin heran, karena yang ia tau Langit tidak pernah berhubungan dengan perempuan.

Bima yang diberi tatapan peringatan hanya mampu membalas dengan cengiran.

"Hehehe.. Itu si Langit nyariin cewe yang satu tempat kos sama gua, itu loh kamar nomor 6." Bima memberi alasan yang hampir tak masuk di akal.

"HAHAHAHAHAHA, yang kaya ikan buntal itu?" Bayu terbahak-bahak mendengarnya.

"Itu mah cocoknya sama elo Bim!" Bayu kembali tertawa dengan sangat kencang, berkat Bayu suasana kembali tenang tak setegang tadi, Arvin dan Alden ikut tertawa karena melihat cara tertawa Bayu yang tak Elite.

Langit mendengus malas melihat selera humor teman-temannya yang sangat rendah, tapi sukurlah jika mereka tak bertanya lebih lanjut tentang ucapan Bima tadi.

"Shaza ya?" Pikiran Langit menerawang.

To be continued.

Next?

Langit ganteng bettt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit ganteng bettt

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang