7. PREMAN

239 84 451
                                    

Spam komen untuk Langit dan Shaza

HAPPY READING

⛄⛄⛄

Hari ini Shaza memilih untuk pulang sendiri, ia masih kesal dengan laki-laki yang katanya pacaranya itu. Bukan menguntungkan jika memiliki pacar, tetapi malah membuat Shaza banyak istighfar.

"Kalau gak mikir udah baik sama aku, udah ku tendang Dafin!" grutu Shaza sambil berjalan ke halte yang tak jauh dari sekolahnya, Shaza memilih menunggu taxi di sana.

"Anak sekolah tu bang biasanya banyak duit," Shaza menengok ke arah dua orang laki-laki  yang tengah mengobrol tak jauh dari dirinya.

Shaza memiliki perasaan tak enak dengan kedua orang itu, Shaza beranjak dari duduknya berniat untuk kembali ke sekolah dan menunggu disana.

"Bener, keliatan anak orang berduit." Laki-laki yang memiliki rambut gondrong itu menahan pergelangan tangan Shaza yang sudah siap berlari.

"Lepasin bang!" Shaza memberontak dengan brutal.

"Gua lepasin, kalau lo ngasih semua barang berharga yang lo punya!" ucap orang itu yang terlihat tak terusik dengan Shaza yang terus memberontak.

"Bang saya anak orang gak punya, saya sekolah disini karena beasiswa bang." dusta Shaza dengan wajah dibuat semelas mungkin.

"Boong tu bang!" ucap laki-laki satunya, jika di lihat laki-laki itu seperti masih anak SMP, tapi kelakuannya sungguh mengerikan.

"Cepet lo priksa!" Perintah si gondrong.

"Dek jangan dek, inget mamah di rumah, dia pasti sedih kalau liat adek kaya gini." Ceramah Shaza masih dengan tubuh yang menggeliat seperti ulat.

"Yaelah, malah ceramah, nyokap kita udah di dalem tanah." Sebal laki-laki gondrong, dan ternyata mereka adalah kakak beradik.

"Nah bang, nyokap abang pasti sedih di atas kalau liat kelakuan dua anaknya gak seperti yang dia inginkan." Shaza lanjut memberi ceramah, membuat kedua laki-laki itu terlihat berfikir.

"Aku janji deh bakal kasi kalian kerjaan, kalau kalian lepasin aku, dari pada kalian malak orang terus." Shaza kehabisan akal, jadilah dia memilih bernegosiasi.

"Bocah kaya lo bisa apa?" dengus gondrong, tetapi otaknya terus berfikir.

"Aku udah janji, gak mungkin aku ingkarin, nanti dateng aja ke Green house di Jl. P. Senopati."

Si gondrong melihat Shaza dengan pandangan menilai, setau dirinya Green House adalah area Perumahan orang-orang cukup terpandang.

"Aku beneran loh, kalau udah sampe bilang aja cari Shaza." Shaza memberi tahu identitasnya, kerena terlihat jika orang itu tidak percaya.

"Oke gua lepasin, asal lo gak nipu gua. Sampe gua tau lo nipu, gua cari lo!" Si gondrong menarik adiknya meninggalkan Shaza yang bernafas dengan lega.

"Hufftt hampir aja, untung otak aku pinter." Shaza menghembuskan nafas lega.

"Pinter banget," Seseorang menghampiri Shaza.

"Bersyukur, karena tu preman bego." lanjut orang itu sambil mendudukan dirinya di samping Shaza.

"Kamu dari tadi liat?" Shaza hampir berteriak.

"Hm," jawab orang itu seadanya.

"Ngeselin kamu ya, kalau liat kenapa gak bantu aku!" Shaza memukuli bahu orang itu dengan tenaga yang super duper letoy.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang