Ada baiknya vote sebelum membaca ya sayang
happy reading!
Saat ini suasana ruang BK kembali memanas, ditambah lagi dengan datangnya kepala sekolah di ruangan, Anggun mama Dafin belum berniat memberikan perdamaian.
Shaza dengan cemas duduk di samping sang Papi dan Ibu tirinya, Jonathan bilang Karina memaksa ingin ikut untuk memberikan nasihat kepada Shaza sebagai seorang Ibu.
Sedangkan Langit dengan santai duduk di samping Bundanya sambil bermain ponsel.
"Jadi, bagaimana saya menebus kesalahan anak saya sebagai bentuk pertanggung jawaban kami?" tanya Jonathan dengan sangat berwibawa.
"Saya gak butuh uang kalian, saya rasanya ingin memenjarakan anak kalian." geram Anggun.
Oma Langit yang tidak terima melemparkan tatapan sinisnya, "enak saja main penjarakan! Anak kamu juga baik-baik saja kan, kalau sampai mati baru saya setuju anda memenjarakan cucu saya!" Semua orang terkejut dengan ucapan pedas Oma Langit, ah jadi di sinilah mulut pedas Langit diturunkan.
"Ibu ini sudah tua, tapi bicaranya sembarangan," Anggun terlihat tak suka dengan ucapan Oma Langit.
"Sudah Ibu-Ibu, mari kita ambil jalan perdamaian saja, jika kita mendengar penjelasan dari anak-anak, ini hanya masalah remaja saja, untuk selanjutnya kami akan memperketat pengawasan kami dari pihak sekolah, mau bagaimana pun Dafin ini anak yang pandai dan Shaza juga termasuk anak yang teladan." ucap Kepala Sekolah menengahi.
"Langit juga masih baru memulai belajarnya di MARS, jadi mari kita ambil jalan tengahnya ya Bu Anggun," lanjut kepala sekolah yang terlihat sedikit kikuk saat melihat ke arah keluarga Langit, kepala sekolah jelas tau jika Bunda Langit adalah istri dari sang pemilik MARS.
Sebenarnya Anggun masih belum terima dengan keputusan kepala sekolah.
"Sudahlah Bu Anggun, maafkan anak kami, dia ini memang anak yang sulit diatur, beda dengan anak kami yang satunya." Karina berucap dengan gaya angkuhnya, dan yang dimaksud dengan anak satunya adalah Sandra.
Langit melirik Karina tak suka. Apa-apaan wanita itu, batin Langit.
"Sudah tau tak bisa diatur, jadi tolong diawasi, jangan sampai membawa dampak buruk lagi untuk cucu saya!" sinis Oma Langit.
Shaza yang dibicarakan hanya menunduk dalam, ia sedih karena tak ada yang membela dirinya, beda saat maminya masih ada, pasti ia akan membela Shaza dengan mati-matian.
"Mah jangan begitu," Bunda Langit merasa bersalah dengan Shaza, jelas ia tau jika ini bukan keinginan Shaza, memang dasar Langit-nya saja yang tak bisa mengontrol emosi.
"Biarkan Thal, biar gadis ini sadar diri untuk tidak mendekati Langit lagi." cetus Oma tanpa memikirkan perasaan Shaza.
Shaza berdiri dari duduknya, ia meninggalkan ruangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Jonathan yang melihat kepergian putrinya, mulai pamit untuk kembali melakukan pekerjaan yang tertunda.
****
"Aza!" Panggil Jonathan.
Shaza menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction"Tunggu ya, aku bakalan lebih tinggi dari kakak." "Lo berisik." "Shaza ya?" "Kakak marah sama langit?" "Kita cuma beda umur, bukan beda perasaan." Langit Artha Nevandra, memiliki darah orang terpandang di kotanya. Hobi mengoleksi Action figure yan...