17. SENDU

141 41 100
                                    

Tandai typo

Happy reading!

Berita Dafin masuk rumah sakit karena dihajar adik kelasnya sudah tersebar di penjuru MARS, anak-anak MARS yang melihat kejadian itu telah menyebarkan asumsi-asumsi mereka.

Hubungan rumit mereka sangat dinantikan kelanjutannya, sial itu sangat meyebalkan bagi Langit. Ia tak suka dirinya terlalu menjadi sorotan seperti ini.

Dan lebih sialnya lagi, panggilan dari guru BK sudah menggema di seluruh MARS.

"Panggilan kepada Langit Artha dan Shaza Jaqueenza untuk segera keruang BK."

10 IPS 3 seketika berbisik-bisik. Bisikan yang mampu Langit dengar dengan jelas.

"Langit, aku tau kamu gak salah, pasti gara-gara kak Shaza kan, kamu jadi terlibat gini?!" ucap Sandra sok tau.

"CK, sok tau." Langit berdiri dan meninggalkan kelas, teman-teman Langit jelas mengekori, karena mereka ingin berada di samping sang Bos.

****

"Lang, kasian kak Shaza," kata Arvin saat melihat Shaza yang tak berani masuk ke ruang BK.

Langit hanya diam tak membalas, tapi langkahnya dengan cepat menghampiri Shaza.

"Takut,hm?" Suara Langit yang tiba-tiba, sepertinya mengagetkan Shaza yang tengah harap-harap cemas.

"CK, kaget tau!" Shaza memukul lengan Langit seperti biasanya.

Langit tersenyum tipis, tetapi Shaza mampu menangkap senyum itu, sehingga membuat Shaza sedikit melupakan rasa cemasnya.

"Elah, buruan masuk deh Bos! Gerah gua liat kalian malah senyum-senyum." sewot Bayu.

"Itu namanya senyum saling menguatkan goblok!" ucap Bima pedas, memang sudah tak bisa dihindari jika keduanya beradu argument.

"CK, berisik!" Langit menarik tangan Shaza agar masuk bersama-sama.

****

Ruang BK saat ini tengah memanas, dan Bu Dian dengan sabar menenangkan wanita paruh baya yang tak lain adalah mama Dafin.

"Sabar Bu, kita tunggu anak-anaknya dulu ya, biar kita mendengar penjelasan dari mereka."

CEKLEK, suara pintu dibuka.

"Permisi Bu," ucap Shaza agar terlihat sopan, sedangkan Langit hanya menatap semua yang berada di ruangan dengan malas.

Sejenak ruangan menjadi hening, Shaza yang tadinya sudah mulai santai kini kembali cemas terlebih lagi saat dirinya melihat mama Dafin.

"Shaza, Langit, silahkan duduk." Bu Dian membuka suara.

Langit melihat tangan Shaza yang bergetar, menggenggam tangan itu di bawah meja, berusaha menyalurkan ketenangan untuk kakak kelasnya itu.

"Baik, Bu Anggun perkenalkan ini Shaza dan itu Langit." ucap Bu Dian.

Anggun terlihat marah saat melihat Shaza, tentu dia ingat dengan wajah Shaza saat menjenguk anaknya.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang