5. MABOK NI LANGIT

263 82 270
                                    

Jangan lupa selalu suport Langit dan Shaza yaaa.

Kalian punya nama panggilan yang gak nyambung sama sekali sama nama asli kalian? kaya di Bayu.

HAPPY READING.

⛄⛄⛄

"Anjing, panas banget!" Langit terus menggerutu di dalam rumah yang mereka sebut markas.

Mos hari pertama telah usai sejak dua jam yang lalu, dua jam lamanya pula langit tak henti-hentinya mengomel.

"Lo lagi cosplay jadi emaknya Bima ya Lang," Bayu bertanya sambil terus memandangi kelakuan Langit.

Bima, Alden, Arvin dan Bayu sedari tadi hanya diam melihat segala tingkah Langit, dan menebalkan telinga mendengar ocehan Langit yang terus di ulang-ulang.

"Lo tadi kenapa bos?" Bayu membuka suara.

"Apanya yang kenapa?" Bukannya menjawab, Langit malah balik bertanya.

"Itu di kantin tadi, kayak nya lo gak suka banget liat adegan uwu-uwu kak Dafin sama ceweknya." Bayu jelas ingin tahu alasan Langit bertingkah demikian.

"Alay, jijik gua liatnya." Dusta Langit.

Mereka semua membenarkan ucapan Langit, mereka setuju jika adegan di kantin tadi sangat menggelitik perut.

"Fix kita sepemikiran, emang alay banget tu ketos. Gua heran dia udah kelas 12, tapi kenapa masih mimpin kegiatan Mos sih," Arvin mengutarakan rasa penasaran nya yang ia pupuk sejak tadi.

"Budek lo?" Nista Bima. "Makanya dengerin kalo anak cewe gosip, Dafin tu udah mantan ketos, cuma emang apesnya ketos kita yang sekarang lagi sekarat di rumah sakit." Bima menjelaskan kepada Arvin, karena ia menguping gosip anak-anak prempuan di kelompok mereka.

"Kalo gua jadi tu cewe, bakal gua tolak mentah-mentah cowo alay begitu." ucap Bayu dengan tak berperasaan.

"Uwu kagak, malu iya." lanjutnya.

" Eaaakkk..." ucap mereka kompak, disambung gelak tawa menggelegar mengisi kesunyian markas.

Langit hanya menatap malas ke arah teman-temannya, ia lupa memungut di mana manusia bobrok ini.

"She is Shaza," Langit bersuara saat temannya sudah meredakan tawanya.

"Gua ketemu dia 2 tahun yang lalu, waktu itu gua masih kelas 2 SMP, mungkin dia juga baru masuk SMA saat itu."

Mereka semua mendengar tanpa ingin memotong, karena mereka tau jika Langit di ganggu saat bercerita, Langit jadi malas melanjutkan.

"Dia cewe yang selama ini gua cari,"

"OMO!!" Bima terkaget-kaget mendengarnya.

"Jadi itu cewe yang selama ini lo cari?"

Bima hanya sebatas tau jika Langit terus mencari keberadaan perempuan yang Langit tolong saat duduk di kelas 8.

"Hm, waktu itu gua masih sebatas dagu dia." Langit tersenyum, sekilas mengingat kejadian dua tahun lalu.

"Pantes lo obsesi banget untuk tinggi Bos," Bayu menepuk bahu Langit, sebagai tanda dirinya menyemangati Langit.

"Gak nyangka lo jadi sadboy gini Lang," Arvin jadi kasihan melihat Langit.

"Najis," Langit kembali ke mode kang ngomel.

"Sebelum janur kuning melengkung, gas aja bos!"

"Bener kata Usro, lagian tu cewe keliatan gak suka sama di Dolpin," Alden menimpali.

"Kalo gak suka, gak bakal di terima!" Langit menenggelamkan wajahnya di bantal sofa.

⛄⛄⛄

"Makasih Daf, mau masuk dulu?" Shaza turun dari motor, sambil membenarkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Boleh?" Tanya Dafin.

Uh, niatku cuma basa-basi. Shaza membatin dengan gemas.

"Hehehe..." Shaza memberikan wajah konyolnya.

"Aku bercanda Za, aku masih harus ada yang di urus di sekolah, nanti aku kabarin ya." Dafin segera pergi karena tau jika Shaza merasa tidak nyaman.

Dafin harus membuat Shaza nyaman jika bersamanya, ia tak boleh menyia-nyiakan memiliki pacar seperti Shaza, gadis yang menjadi incaran di MARS.

"Bagus deh, dadah Dafin." Shaza melambaikan tangan, padahal Sudah tak melihatnya.

"Huftt..." Shaza menghela nafas panjang.

"Non," sapa pak Bahri, salah satu yang menjaga Mansion ini.

"Kata tuan besar, ia akan sedikit pulang terlambat."

"Oke," Shaza memperbolehkan pak Bahri pergi.

Shaza mendekati lift dan memencet angka tiga, sampai di kamarnya Shaza melihat Sandra tengah berdiri di depan meja rias nya.

"Ngapain!" Sentak Shaza, Ia paling tidak suka dengan orang yang naik ke lantai tiga, apalagi ini yang dengan lancang memasuki kamarnya.

Shaza memang sengaja tak mengunci pintu, agar mempermudah mba Santi orang yang sudah Shaza percaya untuk membersihkan kamarnya.

"Kak," Sandra terlihat panik.

"Keluar!" Perintah Shaza penuh penekanan, Ia berusaha untuk tidak berteriak.

"Aku cuma mau lihat-lihat kamar kakak kok, biasa aja kali!" Sandra mulai ngelunjak.

"Gua gak suka di bantah, apalagi sama orang kaya lo, Cassandra." Tanpa sadar Shaza merubah gaya bicaranya menjadi Lo-gua.

Shaza memang tak pernah menggunakan gaya bahasa seperti anak-anak kekinian.
Tetapi kali ini, Shaza kelepasan karena orang seperti Sandra.

Sandra pun di buat terkejut mendengar suara Shaza yang tak seperti biasanya, Sandra sedikit ketakutan di tempatnya.

"Lebay banget sih," Berusaha tetap tenang, Sandra meninggalkan lantai tiga dengan tergesa.

⛄⛄⛄

"Jangan sampe mabok Lang," Bima memperingati Langit yang tengah minum, minuman beralkohol.

Kalau kalian tanya, kenapa mereka bisa masuk padahal usia saja belum mereka genap 16 tahun.

NIGHT BAR adalah nama tempat yang sedang mereka kunjungi, tempat ini milik keluarga Arvin, dengan bermodalkan orang dalam maka disini lah mereka duduk di temani minuman soda.

"Stres banget kaliatannya," Alden menatap Langit yang sesekali menghembuskan kepulan asap ke atas.

Langit bukan tipe orang yang suka dengan tempat seperti ini, lagi pula ini pertama kalinya mereka datang ke tempat ini, tapi entah setan mana yang merasuki Langit, sehingga ia mengajak teman-temannya kesini dan memaksa Arvin agar mereka dapat masuk kesini.

"Strong, stres tak tertolong." Celetukan Bayu disambut gelak tawa, oleh bocah-bocah yang salah tempat.

TO BE CONTINUED.

Makasih udah mau nemenin Langit dan Shaza sampe part ini.

Next?

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang