haiii, kalian pasti udah kangen sandra kann😅
HAPPY READING.
⛄⛄⛄
Denting alat makan mengisi keheningan ruang makan, kali ini meja diisi oleh pasutri dan dua anak perempuannya.
"Za, kata mamah Sandra nangis karena kamu marahin?" Suara Jonathan memecah keheningan.
"Hem," Shaza menjawab dengan gumaman, karena mulutnya masih terisi penuh.
Padahal Sandra terlihat baik-baik saja saat itu, bahkan ia masih bisa mengatakan jika Shaza lebay, lalu mengapa tiba-tiba membuat drama.
Oke kita ikutin alurnya, batin Shaza.
"Kenapa Za?" Jonathan bertanya dengan santai.
"Gak ada pi," Shaza tetap tak ingin menjawab.
"Sandra?"
Sandra yang ditanya mendongakkan kepala, dan membuat wajahnya semelas mungkin.
"Sandra cuma liat-liat kamar kakak pah," jawab Sandra seolah tersakiti.
"Tapi kamu tau kan lantai tiga itu milik siapa?" tanya Jonathan lagi.
Sandra kesal, karena papahnya terlihat seperti membela Shaza.
"Mah, Sandra mau kamar kak Aza."
Mulai ngelunjak ni anak penyihir, batin Shaza.
"Kenapa sama kamar kamu?" Lagi-lagi Jonathan bertanya.
"Kamar Sandra kecil, gak sebesar kamar kak Aza." Sandra mulai menaikan suaranya.
"Mas, kasih aja bisa?" ucap Karina dengan lembut atau lebih tepatnya sok lembut.
"Gak tau malu, udah numpang sok mau jadi ratu." sarkas Shaza.
"Kamu gak sopan Shaza!" Karina menaikan suaranya.
"Sudah!" Suara penuh penekanan dari Jonathan, ia layangkan untuk keduanya.
"Sandra bisa di perluas kamarnya, jadi jangan ganggu kakakmu." Jonathan meninggalkan meja makan dengan langkah besarnya.
"Bitch," Shaza menaikan dua jari tengahnya ke udara, tak lupa ia keluarkan lidahnya untuk meledek ibu tiri dan adik tirinya.
⛄⛄⛄
Koridor sekolah di penuhi dengan anak kelas 10 yang akan memulai apel di bawah teriknya matahari pagi.
Langit dan teman-temannya tengah duduk di bawah pohon beringin yang terletak di pinggir lapangan, tempat strategis untuk ngadem.
"Lang kak Shaza tu," Alden menunjuk Shaza yang tengah berbincang dengan sosok laki-laki yang tak lain adalah Dafin.
"Alihin tu cowo," Langit mengajak teman-temannya menghampiri Shaza dan Dafin, sebelum itu langit mengeluarkan kertas dan bolpen dari tasnya.
Langit memimpin jalan ke arah mading, tempat Shaza dan Dafin berdiri, dari jarak dua meter Langit dapat mendengar obrolan mereka.
"Nanti makan bareng di kantin ya Za," Dafin mengusap lembut kepala Shaza.
"Emangnya harus ya Daf?" Shaza bertanya dengan raut wajah bingung, Dafin memaklumi kebingungan Shaza.
"Harus Za, kita kan udah pacaran, aku gak mau kamu di deketin cowo lain." jelas Dafin.
Langit yang sejak tadi mendengarkan berdecih sinis. Norak juga cowo ini, batin Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction"Tunggu ya, aku bakalan lebih tinggi dari kakak." "Lo berisik." "Shaza ya?" "Kakak marah sama langit?" "Kita cuma beda umur, bukan beda perasaan." Langit Artha Nevandra, memiliki darah orang terpandang di kotanya. Hobi mengoleksi Action figure yan...