Holiday D-3

35 4 0
                                        

Tatkala fajar yang kini tengah bertugas, menggantikan malam. Sudah 48 jam alias dua hari mereka berlibur bersama di vila yang berlokasi di Lembang, dengan lokasi yang selalu dingin dan canda tawa yang memeriahkan acara kali ini.

Hari ini merupakan hari terakhir mereka melepas penat bersama sebelum pulang ke komplek. Rasa senang dan gundah seakan bercampur menjadi satu, senang karena mereka melewati hari yang panjang, menyenangkan, dan gundah karena mereka akan kembali merindukan Lembang dengan sinyal yang tidak sekencang di kota.

Berbeda dengan hari sebelumnya, hari ini justru mereka bangun lebih telat, bunyi alarm yang sudah menggelar di penjuru ruangan selama 10 menit lantas tidak kunjung berhenti.

Wonwoo yang mendengar ringtone yang berbunyi terus-terusan langsung menghampiri sumber suara. Rupanya suara tersebut berasal dari ponsel Jenan yang tidur di depan televisi selepas bermain kartu UNO semalam bersama anak DREAM lainnya.

"Jen, alarmnya nyala, bangun."

Tepukan di pipi dan bahu serta suara Wonwoo tidak mempengaruhi Jenan untuk bangun.

Alih-alih Jenan, justru Mahesa yang bangun lebih dulu, "Eh A' Wonwoo, lagi bangunin Jenan ya?"

"Iya, alarmnya nyala daritadi soalnya. Jenannya tolong bangunin ya, gue mau ngebangunin yang lain sekalian siapin sarapan."

"Emang mau bikin sarapan apa A'?"

"Gatau sih, mau liat bahan yang masih ada di kulkas dulu," ujar Wonwoo yang diangguki oleh Mahesa.

Agenda pagi yang tidak boleh terlewatkan alias sarapan pagi sudah disajikan oleh tim masak kali ini. Bukan Erina ataupun Mingyu, hari ini anak DREAM dibantu Wonwoo dalam urusan memasak sarapan.

"Good Morning," sapa Erina dengan senyumnya.

"Morning too, how's your sleep?"

"Nice, aku tidur nyenyak. Sarapan bareng yuk," ujar Erina.

Wonwoo mengangguk tanda menyetujui. Ia langsung mengambil sarapannya dan segelas susu, lalu duduk di samping Erina, "Enak gak makanannya?"

"Enak kok, selalu enak!"

"Kamu minum kopi pagi-pagi?" tanyanya sambil melihat segelas kopi milik Erina.

"Iya. Mau juga?"

"Jangan sering-sering Na, kasian lambung kamu. Minum susu aja nih, sengaja aku bawain. Kopinya boleh diminum tapi siang setelah makan siang, oke?"

"Nu, Lama banget kalo harus nunggu jam makan siang," bantah Erina.

"Lebih lama lagi perjalanan dari sini ke rumah sakit."

"Aku gak pernah kenapa-kenapa kok kalo minum kopi pagi-pagi. Kok kamu ngelarang aku?"

Wonwoo menolehkan kepalanya, tatapannya terkunci pada netra Erina, "Na aku khawatir sama kamu."

"Nu, aku gapapa kalo minum kopi, lambung aku kuat."

"Tetep gak boleh, susu aja."

"Please??? Bolehin dongg, boleh ya? yaaa???" pinta Erina dengan puppy eyes-nya.

Wonwoo masih diam menatap netra sang lawan, menahan untuk tidak luluh dengan larangannya barusan.

"Kok kamu diem aja? Please bolehin yaa?? Jangan disita gitu dong kopi aku," ujar Erina dengan bibir pout-nya.

"Na gaboleh-"

"Wonuuuuu aaaa masa gak boleh??" Erina merengek sesekali memukul pelan lengan Wonwoo.

Wonwoo berdiri, hendak menaruh kopi Erina di kulkas, "Enggak na, enggak."

Zero LocationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang