Hari sebelum tahun baru adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang, begitupun juga Haidar yang sedang memikirkan sesuatu di halaman belakang rumahnya. Bunda Krystal yang sedaritadi memperhatikan anaknya dari arah dapur terlihat heran, tidak biasa anaknya seperti itu. "Ngapain kamu, Dar?" tanya Krystal setelah meletakan potongan buah apel kedalam mangkuk kecil.
"Eh? Gapapa, Bun," jawab Haidar sedikit menoleh ke belakang.
"Paling galauin gebetannya, Bun. Biasa anak remaja sedang dilema cinta," sahut Kai yang tiba-tiba muncul entah darimana.
Krystal memberikan satu mangkok kecil berisi beberapa potongan apel yang langsung diambil sama Haidar. "Siapa itu namanya,Cindy bukan?" tanya bunda yang mendapat anggukan dari Kai yang duduk disebelah anaknya.
"Dih, bukan ya, Bun, ngaco mulu si Bapak. Idar tuh bingung malem tahun baru mau ngapain," kata Haidar seetelah menelan potongan apel yang diberikan oleh bundanya.
"Pergi sama anak-anak sana, biar sekalian pdkt sama Cindy. Bapak dukung kamu, Dar."
"Nah kali ini bunda setuju sama bapak."
Haidar hanya menatap melas kedua orang tuanya. Heran dia mah, gak bapak gak bunda seneng banget godain dirinya. Belum sempat dia membuka mulutnya, terdengar suara bel rumah dari depan.
"Bukain sana, Dar, bapak mau pacaran sama bunda. Siapa tau itu Cindy," ujar Kai sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Dengan setengah terpaksa, dirinya meninggalkan kedua orang tuanya untuk melihat siapa yang datang. Haidar mengkerutkan dahinya ketika tau siapa yang datang.
"Oh kalian, ada apa? Kalo mau pamer pacaran gue gebuk."
"Siapa juga yang mau pamer pacaran, nih dari Bang Mingyu. Ngga tau deh tiba-tiba Bang Mingyu masak banyak, kesrurupan jin tomang kali ya."
"Heh, gitu gitu abang kamu, El," kata Dino yang ada di sebelah Elle.
"Widiih, makasih, Cil."
"Cal cil cal cil, bukan bocil gue," tolak Elle.
"Bocil, tinggian gue daripada lo juga."
Sebelum Elle membalas ucapan Haidar, dengan segera Dino mengalihkan topik. "Bang Mingyu ajak kita ke Cikole, katanya sore mau kesana. Agak mendadak sih, lo bisa gak, Dar?"
"Siapa aja yang ikut?"
"Anak tujuh belas sama anak komplek ada yang nyusul. Tinggal lo doang nih," jelas Dino.
"Tenang, Teh Cindy ikut kok," kata Elle.
"Maksud lo?"
"Maksud gue, pasti lo mau sekalian pdkt sama Teh Cindy kan," ucap Elle seraya menaik turunkan kedua alisnya.
"Kurang ajar, tapi bener sih. Gue ikut dah."
"Bener kan gue bilang, kalo Teh Cindy ikut pasti ni anak ikut," kata Dino.
"Oke noted, info selanjutnya nanti gue kabarin. Ayo, Kak, pulang. Kena omel Bang Mingyu kalau pergi kelamaan."
"Gue nganterin bocil satu dulu ya, bye, Dar," pamit Dino yang kemudian kena cubitan kecil dari Elle.
"Pfft, bye, hati-hati Elle galak kaya kucing lagi hamidun."
"HEH ENAK AJA LO," teriak Elle yang kemudian dibekep sama Dino.
—ZERO LOCATION—
Siang menjelang sore, beberapa anak komplek dan juga anak tujuh belas sudah berada di dalam rumah Mingyu. Kalo mau tau, keadaan rumah Mingyu saat ini seperti tempat penitipan anak. Gimana gak, ada kurang lebih 30 manusia yang berada didalam rumah itu. Bayangin deh, kaya bawa orang satu RT. Sisanya kemana? Ada kok, mereka menyusul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Location
FanfictionKisah para penghuni komplek zero yang tidak bisa di tebak Penasaran?? yuk kepoin bahasa non baku dan baku alias campur