kehidupan ZeBara.

108 73 86
                                    

05:55 EST..

   Bara bangun dari tidurnya, menatap kosong tepat tidur yang seharusnya di isi dua orang tersebut.
Bara memang mengkalim bahwa Zea adalah miliknya tapi bukan berarti ia akan memaksa Zea harus tidur bareng dengannya selayaknya pasutri, cukup dengan Zea tidak mengukir nama lain di hatinya selain Bara Narendra menurutnya sudah cukup. Tapi Bara juga tidak ingin munafik, ia menginginkan Zea yang pertama kali ia lihat ketika bangun tidur, ah rasanya Bara sedang menanti momen dimana Zea akan membalas cintanya.

“Ah masih pagi saja sudah di awali dengan memikirkan Zea” ujar Bara sambil terkekeh lalu ia beranjak ke kamar mandi membersihkan tubuh dan bersiap akan pergi ke kantor.

“di mana Zea?” suara bariton Bara terdengar dingin kepada para maidnya yang sedang menata makanan di meja makan.

“non Zea sepertinya belum bangun tuan, bibi akan membangunkannya” ujar bi Imah selaku kepala maid.

Bara menggeleng, “biar saya saja  yang membangunkannya, dan saya minta tolong buatkan susu hangat untuknya” tutur Bara pada bi Imah, lalu berjalan meninggalkan meja makan ke kamar Zea.

Para maid ternganga tak percaya, seorang Bara Narendra meminta tolong! Ah ini moment yang hampir punah.

“i .. itu tuan Bara?” ujar salah satu maid tak percaya.

“kenapa aku jadi khawatir jiwanya tertukar yah?” balas salah satu maid yang lain.

“hey kalian ini bicara apa, sudah cepat bereskan kerjaan kalian. Masih banyak kerjaan yang harus di kerjai” ujar bi Imah melerai.

“ah di mansion ini ada CCTV kan, aku akan memintanya pada bodyguard momen ini harus di abadikan ...” imbuh salah satu maid dengan pemikirannya yang gila, lalu langsung kembali fokus dengan pekerjaannya, Bi Imah hanya menggeleng kecil seraya terkekeh.

Cklek ..!

Bara membuka pintu kamar Zea dengan hati-hati, ia berjalan dengan pelan takut menggusik tidur Zea, padahal memang itu tujuannya mengusik Zea agar bangun.

Di perhatikannya wajah damai Zea ketika tidur, begitu cantik dan tenang.
Bara menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Zea ke belakang daun telinga.

“pipinya terbuat dari apa sih, bening banget ... Kenyal lagi” ujar Bara sambil menoel-noel pipi gembul Zea.

“ughhh” lenguh Zea menggeliat karena tidurnya terusik.

Bruk!

“iii ga tahan gemush bangat” ucap Bara sambil terjun di kasur menindih tubuh Zea posesif membuat Zea terjerembab kaget tiba-tiba.

“aduh .... BERAAAT!” teriak Zea sesak, sepertinya pagi Zea bakal tak tenang selama ia tinggal di mansion Bara.

“bangun bangun udah pagi, ayo sarapan” ucap Bara sambil mengunyel-unyel pipi Zea.

“ish BARA resek banget sih”

Cup ...

Satu kecupan mendarat di pipi kanan Zea, “hukuman karna kau berkata kasar.

“resek bukan kata kasar!” bela Zea tak terima.

Cup ...

Satu kecupan lagi mendarat di pipi kiri Zea. “nah tuh ngomong lagi!”

“ish nyebelin banget sih, awasin badannya berat tau” rengek Zea mengeliat ingin menjatuhkan badan Bara yang bosor.

“sebentar pengen peluk dulu” ucap Bara sambil memeluk tubuh kecil namun berisi tersebut.

ZeBara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang