Pertemuan bukanlah sesuatu hal yang menyakitkan, melainkan rancangan indah menuju pertemuan selanjutnya...
Bara Narendra Bramasta ✍️_-_-_
Berjanjilah, bahwa ini bukan pertemuan terakhir kita, karna aku ingin akan selalu ada pertemuan manis di antara kita
Zea Anantasya Alexander ✍️
°°°°
Tok ... Tok ... Tok ...
Suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangan kantornya, "Masuk!" ucap Bara dari dalam.
"permisi tuan, ini sekilas info dari perempuan yang anda cari, sebelumnya kami minta maaf tidak bisa menemukan biodatanya secara detail. Sepertinya ia bukan orang asli Amerika," ujar tangan kanan Bara yang bernama Reyhan Aditama, sambil meletakkan Map tersebut di meja Bara.
"baiklah, selebihnya biar aku yang mencarinya sendiri, kau bisa keluar" ujar Bara mengambil Map tersebut lalu melihat isi dari kertas tersebut.
"baik tuan saya permisi pamit" ujar Reyhan seraya beranjak pergi dari ruangan Bara.
"Zea Anantasya Alexander ... Di panggil Gendis," gumam Bara membaca kertas tersebut sambil terkekeh geli.
°°°
Suara hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang, banyaknya abu yang berterbangan, volusi dan panasnya trik matahari memberi kesan permusuhan pada Zea yang sedang berjalan tanpa arah di pinggir trotoar.
"gua harus kerja apalagi ya Tuhan." teriaknya histeris, ah jika ia lihat saat ini mungkin orang yang berlalu lalang akan menganggapnya seperti gelandangan sekarang.
Sudah banyak tempat ia hampiri setiap harinya, namun tak ada satupun yang menerimanya untuk bekerja dengan alasan yang sama, ijasahnya hanya sampai SMA membuat mereka mempertimbangkan kemampuan Zea.
"fyuh, capeknya" keluh Zea setelah sampai di tempat favoritnya, yaitu jembatan yang memiliki arus sungai deras di bawahnya. Ah, bisa dibilang ini adalah rumah keduanya setelah apartemen miliknya, Zea duduk di pinggir jembatan tersebut, ia memejamkan matanya sambil menikmati deruan arus yang deras, di tambah angin yang berhembus kencang membuatnya nyaman.
"Tuhan, aku capek ... Aku lelah" ujar Zea, "tau ga sih lama - lama aku bakal jadi orang gila berbicara sendiri seperti ini" ucapnya lagi sambil menatap arus yang sangat deras.
"bunuh diri ..." entah jiwa apa yang sedang merasuki Zea saat ini, ia berdiri sambil melangkahkan kakinya mendekati jembatan itu. 'mari kita akhiri semua' ucap Zea dengan bibir yang mengulas senyuman. Perlahan ia rentangkan tangan kanan dan kirinya secara bebas, Zea memejamkan matanya dan Langsung menjatuhkan badannya.
Ia sudah lelah berjalan sendiri, lelah hidup sendiri, lelah untuk memendam masalahnya sendiri, lelah untuk kesendirian yang ia buat selama saty tahun ini, Zea lelah! 'maafkan Zea ya Tuhan ....
Namun aneh, kenapa dia tidak kunjung merasakan sentuhan arus air yang deras? Apakah nyawanya sudah di cabut deluan sebelum dia lompat? Benarkah Zea sudah mati sekarang?

KAMU SEDANG MEMBACA
ZeBara
Chick-Lit"vin ... Maafkan aku, oke aku janji bakal berhenti kerja disitu, asal lo bertahan, kita cuma memiliki satu sama lain, kalo Lo pergi ... gua sama siapa?" lirih Zea menangis tersedu-sedu. "lo pasti bakal dapat cowok yang lebih baik dari pada gua" ucap...