“satu suap lagi ... aaa', ” Ucap Bara yang sedang menyuapi Zea sarapan bubur rumah sakit.
“ugh ... Udah eneng, aku mau mual makannya!” tolak Zea sambil menutup rapat mulutnya menggunakan kedua tangannya.
“satu suap lagi Zea, kau baru makan 2 suap” bujuk Bara.
Zea tetap menggeleng, sudah 3 hari ia menginap di rumah sakit, membuatnya tak tahan dengan makanan aneh yang Bara sugukan untuknya 3 hari belakangan ini. Bubur rumah sakit yang rasanya hambar di tambah aroma obat-obatan membuat Zea pening ingin muntah.
“mau pulang .... ” Rengek Zea memohon dari yang kesekian kalinya.
“No! Kau masih belum pulih,” jawab Bara sambil meletakkan mangkuk yang berisi bubur ayam di nakas.
“aiiih aku ga tahan sama bau rumah sakit, ayo pulang ...! ” rayu Zea lagi dengan manja sambil mengedipkan matanya lucu, 'aih gadis kecilku ini sangat pandai merayu' batin Bara.
Padahal ini adalah ruangan VVIP, tak ada bau obat-obatan sama sekali di sini, malahan aroma wangi musk yang mendominasi ruangan tersebut.
Fyuh!
Bara mengembuskan napasnya, “baiklah nanti aku bilang ke dokternya, apa kita boleh pulang hari ini atau tidak” ujar Bara.
“yeeees! Serius yah ... ” Ucap Zea dengan girang.
Bara tak membalas ucapan Zea, melainkan memeluk tubuh Zea sambil mengusap-usap kepalanya.
“maafkan aku, karna ceroboh dalam menjagamu ... Maafkan aku telah membuatmu menjadi seperti ini” ujar Bara dengan sendu.
Zea yang mendengar tutur kata Bara jadi merasa bersalah, Zea membalas pelukan Bara seraya berkata, “kamu ga salah ... Aku juga bingung kenapa aku melakukan itu, rasanya kaya aku ga sadar apa yang sedang aku lakukan”
Tanpa di jelasin secara detail Bara sudah tau apa yang terjadi pada Zea, ia terkena gangguan post-traumatic stress disorder atau gangguan stres pascatrauma. Bara tak tau apa penyebabnya, bisa jadi masa lalu Zea yang membuatnya seperti ini.
Keduanya saling berpelukan dengan waktu yang cukup lama, "aku berjanji kejadian ini ga akan terulang lagi" batin bara berjanji pada dirinya sendiri
moment yang langkahkan melihat mereka seharmonis ini!
Brak!
Suara dobrakan pintu terbuka, mengagetkan Zea dan Bara yang sedang berpelukan.
“woy! Ini rumah sakit bukan rumah cinta kasih, di larang bucin paham?!” ucap Vano ngegas.
Bara memutar bola matanya malas, melihat Vano yang datang bersama kedua temannya, “ck! Ganggu aja” gerutu Bara.
Plak,
“nama rumah sakitnya emang rumah sakit cinta kasih, Goblok!” ucap Marco menggeplak kepala Vano.
“awh, anjir lo gua capek-capek belajar di Boston dan lo bilang gua Goblok? Pencemaran nama baik ini namanya ” ujar Vano merasa ternistakan.
Renald dan Marco tak menerge ucapan Vano, langsung melenggang masuk ke ruangan inap Zea.
“hay Zea?” sapa Marco pada Zea, namun lebih ke pertanyaan.
Zea tak membalasnya melainkan memutar wajahnya menatap Bara, setelah mendapat anggukan dari Bara Zea kembali menatap Marco seraya tersenyum.
“hay” sapa Zea balik.
“siapa yang nyuruh kalian kemari?” ujar Bara sambil duduk di sofa.
Renald memutar bola matanya malas,“sewot lo”, ujarnya seraya mendekati bankar Zea.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZeBara
ChickLit"vin ... Maafkan aku, oke aku janji bakal berhenti kerja disitu, asal lo bertahan, kita cuma memiliki satu sama lain, kalo Lo pergi ... gua sama siapa?" lirih Zea menangis tersedu-sedu. "lo pasti bakal dapat cowok yang lebih baik dari pada gua" ucap...