Zea

84 52 68
                                    

Perlahan-lahan ... Aku mulai mempercayaimu, terimakasih telah hadir di hidupku ... Untuk saat ini :)

Zea Anantasya Alexander 🌼

°°°°°°

Hujan mengguyur dengan deras

Zea sedang bosan melihat rintikan air hujan yang berjatuhan melalui jendela kamarnya, ia sangat membenci hujan bukan tanpa sebab, ia membenci hujan Karna suara yang dihasilkan oleh hujan tersebut, seperti petir, Guntur dan suara serangan tetesan air yang menyeramkan menurut Zea.

Duarrr!!!

Zea terjerembab kaget ketika terdengar suara petir mengelegar di telinganya, dengan cepat ia langsung lompat kekasur menutupi kedua telinganya dengan bantal lalu membungkus tubuhnya dengan selimut.

Dasar anak sialan!

Mama ga sudi punya anak sepertimu

Gua benci punya adek pembunuh!

Zea pembunuh ... Zea pembunuh

Zea biang masalah

“hiks, pergi ... Pergi!” lirih Zea, “lo gak nyata!”

Zea mendapatkan serangan panik, ia menutupi kedua telinganya rapat-rapat menghilangkan suara halusinasi yang mampu membuatnya ketakutan.

Serangan ini bukan yang pertama kalinya ia alami, kejadian seperti ini sering terjadi semenjak kejadian beberapa tahun yang lalu yang membuatnya di benci oleh keluarganya, di maki dan selalu di salahkan oleh keluarganya sampai di usir sama keluarganya sendiri.

Sejak saat itu ia hidup sendiri tanpa bekal apapun. Membuatnya hampir gila, hidup sendiri dengan keadaan mental yang down, tanpa adanya bantuan pisikater, selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa dirinya akan baik - baik saja tanpa mantan siapapun.

Tapi Tuhan masih baik padanya, sehingga mengirimkan sosok Kevin hadir dalam hidupnya, seorang pria seusianya yang broken home entah berawal dari mana ia mengenal Kevin, Zea sudah lupa.

“hiks stop aku mohon berhenti!” jerit Zea ketika suara halusinasi tersebut tidak kunjung hilang.

Dengan badan yang bergemetar Zea berlari ke arah kamar mandi, mengisi badhup dengan air dingin lalu menenggelamkan seluruh tubuhnya di dalam bad hoob.

“cepat berakhir aku lelah” lirih Zea menutup matanya.

°°°

Mobil berwarna hitam elegand memasuki perkarangan masions, dengan sigap beberapa maid berdiri di ambang pintu, menyambut Bara yang keluar dari mobil sambil memegang payung untuk melindungi dirinya dari tetesan air hujan.

“kemana Zea?” tanya Bara sambil memberikan payungnya kesalah satu maid.

“nyonya Zea sedang tidur di kamarnya tuan,” jawab salah satu maid dengan tertunduk.

Mendengar Zea sedang tidur membuat Bara tersenyum membayangkan betapa manisnya wajah Zea saat tertidur.

“baiklah siapkan kopi hangat dan susu strawberry hangat” ujar Bara sambil berjalan menuju kamar Zea.

ZeBara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang