[ eíkosi éna ] - ˈinto͞o pieces

2.2K 245 13
                                    

•••

Hidup memang tak pernah berjalan seperti apa yang kita harapkan. Terkadang begitu manis hingga kita merasa terbuai, namun terkadang begitu pahit hingga kita merasa sesak. Saat ini, pemuda yang tengah merenung di sebuah taman kota, berada dalam fase pahitnya kehidupan untuk kesekian kali. Begitu banyak yang terjadi dalam waktu singkat tanpa memberinya jeda bernafas. Sampai pada titik dia merasa muak akan permainan semesta.

Hari dimana Haikal pergi meninggalkan Jonathan adalah hari saat mata dan hatinya tertutup rapat. Dia benar-benar merasa sangat kecewa akan perbuatan Jonathan hingga merugikan orang lain. Kekuasaan membuat Haikal muak. Apa semua orang yang memiliki kuasa itu berhak menghancurkan hidup seseorang? Merenggut hak dan juga mengambil kebahagiaan orang lain? Sungguh Haikal tak habis pikir. Bagaimana bisa ayahnya yang sangat dia banggakan kepada semua orang bisa berbuat hal sekejam itu. Dan yang membuat dirinya semakin marah adalah dirinya sendiri. Karena dirinya lah Jonathan berlaku seperti itu.

"Lucu banget hidup lo Kal." ucapnya pada diri sendiri. Sudah cukup dirinya sebagai penyebab kepergian sang Bunda, kini lagi-lagi dirinya yang menjadi penyebab perilaku kejam sang Ayah. "Memuakan." maki-nya pada semesta.

Tak memiliki cukup uang tersisa pun membuat Haikal kini pergi meninggalkan Hotel tempat dia berteduh selama beberapa hari ke belakang. Berjalan tanpa arah dan tujuan, Haikal memilih untuk menghirup udara segar di taman kota yang tak sengaja dia temukan. Taman yang cukup luas dengan pepohonan rimbun meneduhkan pikiran kalutnya. Apa yang harus dia lakukan? Tak mungkin dia menggunakan credit card yang diberi Jonathan karena kartu tersebut tersambung pada ponsel sang ayah. Satu hembusan nafas panjang pun terdengar, Haikal butuh menenangkan diri. Ternyata 3 (tiga) hari tidak cukup membantunya berdamai dengan diri sendiri, tak cukup pula membuatnya mampu untuk menatap sang ayah.

Ditatap langit cerah di atas sana sembari menyandarkan tubuhnya pada bangku taman. Sejuknya udara segar membuat hati Haikal sedikit damai dan tenang. Selama 3 (tiga) hari ini, Haikal hanya mengurung diri di dalam kamar Hotel, dia benar-benar menghindari kontak dengan manusia lain, entahlah, rasanya Haikal hanya ingin menyendiri saja.

*tuk!*

Bola menggelinding menyentuh kaki Haikal dan menyadarkannya dari lamunan. Haikal terbangun hendak mengambil bola tersebut sampai datang seorang anak laki-laki, mungkin usianya masih 5 (lima) tahun. "Itu punyaku Ka." Ucap anak tersebut sembari meminta bola dalam genggaman tangan Haikal. "Kakak lagi sedih ya?" Pertanyaan anak tersebut menarik atensi Haikal yang mengira bahwa dia akan pergi setelah mengambil bolanya, namun kini tetap berdiri di hadapan Haikal dan menatapnya khawatir. Belum sempat Haikal menjawab, sang anak kecil dengan mata berbinarnya kembali berucap. "Kata Ayah, aku boleh nangis kalau sedih. Jadi Kakak juga boleh nangis ko" sang anak melangkah mendekat. "Biar disini gak sakit lagi." lanjutnya sembari menyentuh dada Haikal.

Pandangan mata Haikal merabun tertutup genangan air mata namun masih bisa dia tahan. Sampai terdengar suara yang berhasil membuatnya mematung seketika. "Adek?" Haikal dan juga anak kecil di hadapannya menoleh pada sumber suara. "Ayaaah!" teriak sang anak, "Semoga Kakak cepat sembuh ya!" ucapnya kepada Haikal sebagai salam perpisahan mereka berdua. Satu dua tetes air mata lolos dari pertahanan Haikal, panggilan hangat tersebut sempat membuatnya berharap bahwa dia adalah Jonathan, sang ayah. Mendapati Jonathan tak ada di sana bersamanya, membuat perasaan menyesal menguasai setiap rongga dadanya. Tak seharusnya Haikal semarah itu pada sang ayah yang hanya ingin melindunginya. Tak seharusnya Haikal pergi meninggalkan sang ayah tanpa memberi kesempatan untuk menjelaskan. Dan tak seharusnya dia mengatakan kalimat yang akan menyakiti hati sang ayah. Haikal menangis tersedu-sedu sendirian, hanya semilir angin yang menemaninya agar tak kesepian.

That Sun, is My Son [johnny & haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang