[ pénte ] - ɡo͝odˈnīt

3.4K 333 10
                                    

•••

Suasana makan malam kediaman Pambudi memang tidak pernah sepi meskipun hanya ada Jonathan dan Haikal. Jika ditambah Mahen dan Jevan, tentu saja sudah seperti ada pesta di rumah tersebut. Hidangan sederhana buatan Haikal kini sudah tak tersisa, kalau boleh jujur, Jevan sangat suka apapun yang dimasak Haikal. Menurut bungsu Agung tersebut, rasanya seperti masakan seorang Ibu dan itulah alasan Jevan selalu menghabiskan apapun yang Haikal buat.

"Gue jadi banyak yang nawarin endorse semenjak pensi Commdi kemarin" cerita Jevan masih dipenuhi makanan di dalam mulutnya. Beberapa waktu lalu, fakultas Haikal, Communication and Media Studies, mengadakan acara musik tahunan sebagai salah satu cara mendapatkan nilai tambahan mata kuliah PR Event. Haikal yang sudah cukup terkenal memiliki suara merdu yang khas, menyumbangkan beberapa lagu dibantu Jevan sebagai pengiringnya. Tentu saja pembeli tiket melonjak naik mengetahui Ketua Himpunan Faculty of Automotive Engineering akan tampil membawakan gitar di atas panggung Commdi. Pasalnya, jika bukan karena Haikal, Jevan enggan tampil di depan banyak orang dan menjadi pusat perhatian. Tidak melalukan apa-apa saja Jevan sudah menjadi atensi banyak orang, apalagi jika dia benar-benar mencari perhatian publik? Dia hanya tidak suka akan hal itu.

Jonathan ingat bagaimana sang putra bersinar di atas panggung karena Jonathan datang untuk melihatnya ditemani Mahen tentu saja. Dia tau Haikal memiliki bakat di bidang musik, namun sayang anaknya belum memiliki niat serius dalam mengasah kemampuannya dan lagi, Jonathan tidak suka memaksa sang putra. "Patha juga banyak yang kirim DM twitter semenjak main ke kampus Adek" timpal Jonathan mengingat banyak sekali yang menanyakan nomor teleponnya melalui direct message, dan jika diingat kembali, kebanyakan memang mahasiswa mahasiswi yang berusia tak jauh dari Haikal putranya.

"Uhuk! Uhuk!" Haikal terbatuk cukup keras. Tersedak karena dikejutkan dengan fakta yang baru saja sang ayah lontarkan. "Serius Yah?!" Nada tinggi berhasil menembus gendang telinga Jonathan. Pertanyaan tadi Haikal lontarkan sebagai bentuk penegasan, meyakinkan apa yang baru saja dia dengar salah atau tidak.

Beberapa waktu lalu, Jonathan dan Haikal sempat membuat Fakultas Commdi menjadi perbincangan hangat para mahasiswa Acme University, kampus Haikal, Jevan dan Mahen. Kesibukan Haikal menjadi panitia membuat Jonathan yang tidak biasa ditinggal lama sang putra menjadi sedikit kelimbungan. Dapat terhitung hampir setiap hari Jonathan akan berada di kantin Fakultas Commdi hanya untuk menjenguk Haikal yang sibuk dan tidak sempat pulang ke rumah. Bahkan, Jonathan rela menyewa satu unit studio di Apartement dekat kampus Haikal agar mereka bisa tetap tinggal berdua dan Haikal tidak perlu menginap di kontrakan temannya dengan alasan lokasi rumah dan kampus yang jauh.

Selain karena wajah asing yang membuat para mahasiswa kebingungan, paras Jonathan yang dapat dibilang rupawan mampu menjadi buah bibir mahasiswa dan mahasiswi di sana. Tapi Haikal sungguh tidak menyangka akan ada yang menghubungi sang ayah hingga berani meminta nomor kontak pribadi. Jujur, selain merasa terkejut, Haikal sedikit kesal dan tidak suka mendengarnya.

Wajah Haikal menggelap, Mahen yang duduk tepat di hadapan Haikal pun menyadari akan hal itu. "Ada yang Patha bales gak?" tanya Haikal dingin, cangkir kosong yang sedaritadi dimainkan Haikal untuk menutupi perasaannya kini sudah di ambil Mahen. Sosok Abang tersebut memilih merapikan alat makan mereka dan mengajak adiknya meninggalkan meja makan, berniat memberi ruang untuk anak dan ayah disana berkomunikasi dengan leluasa. Tapi bukan Jevan jika mampu peka terhadap sekitar dalam hitungan detik, sang adik yang tetap berada di tempat sembari memakan kerupuk udang kini diseret paksa oleh Mahen dengan dalih membawa cucian piring serta gelas kotor.

"Ya tidak ada dong Dek" jawab Jonathan. Disandarkannya punggung tegap yang lebih tua di kursi makan agar lebih santai, karena Jonathan juga menyadari perubahan sikap Haikal menjadi tidak bersahabat. "Meskipun mereka bilang mereka temannya Adek, Patha tetep gak kasih nomor Patha ke mereka ko" lanjutnya. Haikal menoleh sedikit, melirik sang ayah mencari kebenaran dari ucapan Jonathan. "Kenapa gitu? Gimana kalo beneran dia temen Adek terus butuh banget nomor Patha?". Haikal melempar umpan, dia masih merasa ragu bahwa sang ayah benar-benar akan menolak pesan-pesan tidak jelas tersebut.

That Sun, is My Son [johnny & haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang