[ dódeka ] - ˈfrajəl

2.4K 213 7
                                    

•••

Mahen kembali terbangun entah pukul berapa. Kali ini terusik karena mendengar suara isak tangis seseorang. Merinding bulu kuduknya karena dia tau bahwa ini bukan suara sang adik. Setelah mengumpulkan seluruh keberanian, Mahen mengangkat sedikit kepalanya untuk melirik siapa sosok yang ada di belakang tubuhnya. Lolos jantung Mahen setelah mengetahui bahwa dia adalah Haikal, syukurlah pikirnya.

Putra sulung keluarga Agung tersebut kini bangkit dari posisi tidur dan menyeret tubuhnya mendekati Haikal. "Kal?" suara serak khas bangun tidur Mahen mampu membuat Haikal berhenti terisak. Tubuh yang membelakangi Mahen kini diam membeku, tidak menyangka dia akan membangunkan sahabatnya. Setelah mendengar kisah panjang dari Jonathan, Haikal memutuskan untuk kembali ke ruangan dimana Mahen dan Jevan terlelap. Sempat di ajak tidur bersama sang ayah, Haikal menolak karena dia sudah tidak tahan untuk menangis. Selama Jonathan bercerita tentang masa lalu, Haikal selalu merespon dengan respon ceria bagai semua hanyalah dongeng belaka. Namun tanpa Jonathan ketahui, hati Haikal merasakan hancur yang dirasakan kedua orangtuanya kala itu, meskipun dia tak menyalahkan siapapun termasuk Pappous.

Dengan lembut Mahen mengusap bahu kiri Haikal. Menenangkan tubuh yang tengah mematung, berusaha menipu Mahen seakan sosok tersebut sedang terlelap. Tanpa menunggu perintah, Mahen menyamankan dirinya di dekat Haikal, memeluk sahabat kecilnya itu dari belakang, sesekali dia usap kepala Haikal dari arah kening hingga ke puncak kepala secara lembut. "Nangisnya besok aja ya Kal. Sekarang lo tenang, tarik nafas, inget kalo lo gak sendirian.." ujar yang lebih tua. "Bahu gue dan Jevan siap nampung semua air mata lo Kal. Setelahnya gue harap lo bisa bahagia. Bahagia tanpa tanya. Bahagia tanpa beban. Haikal yang bener-bener bahagia" tutup Marahendra sembari menepuk lembut puncak kepala Haikal.

Untaian kata yang terucap dari Mahen berhasil menjatuhkan air mata Haikal. Kini sang muda membalikan tubuhnya dan menelungkup masuk di dada Mahen. Tau bahwa Haikal sedang butuh tempat mengadu, Mahen tak menolak dan mengeratkan pelukannya pada bahu Haikal. Isakan kecil terdengar, berhasil membuat siapapun yang mendengarnya merasa teriris. Mahen tak pernah melihat Haikal serapuh ini. Dia yang selalu mewakilkan mentari kini tengah lelah bercahaya. Mahen taruh dagunya tepat di atas kepala Haikal, bersenandung pelan hingga sang muda terlelap dalam peluknya.

Dalam lamunan, Mahen mengingat kembali alasan yang membuat Haikal jadi begitu berharga baginya. Bagaimana mereka tumbuh bersama, berbagi tangis dan tawa bersama, saling mendukung, menjaga, serta membela satu sama lain. Membuat Mahen sudah menganggap Haikal adalah adiknya sendiri. Jika Jevan tidak bertemu Haikal, mungkin tidak ada Jevan yang sekarang. Tidak akan ada Jevan yang manja, yang berani, yang bisa mengungkapkan isi kepalanya, dan yang paling penting adalah, tidak akan ada Jevan yang tersenyum manis dengan mata berbentuk bulan sabit. Adik kesayangan seorang Marahendra itu memiliki masalah dalam psikologisnya. Meskipun mereka berdua selalu bersama bahkan ketika bertahan hidup di keluarga yang tidak harmonis, Jevan kecil tak sekuat Mahen, berujung sang adik terkena dampak secara psikis.

Bagaikan sang surya yang menyapa dunia, Haikal datang dalam hidup kedua putra Agung. Jika sekarang Jevan dan Mahen yang selalu menjaga Haikal bahkan mungkin sedikit berlebihan, berbeda dengan masa kecil mereka dulu. Haikal lah yang selalu menjaga Jevan bahkan Mahen pun beberapa kali dilindungi oleh Haikal. Dengan sabar Haikal menenangkan Jevan yang menjerit setiap kali Mahen harus pergi ke tempat les. Dengan penuh kasih sayang Haikal menemani Jevan yang terus meronta karena Mahen harus meninggalkannya di rumah. Bahkan tanpa diminta pun Haikal sudah berada di kediaman Agung selepas pulang sekolah demi bermain bersama Jevan. Hingga di tahun mendekati masuknya Jevan dan Haikal ke jenjang SMA, sang adik sudah berhasil lepas dari jadwal terapi dan mampu menjalani hari tanpa membuat Mahen dan Daddy mereka khawatir. Jadi jika melihat Mahen dan Jevan yang sangat amat menjaga Haikal bahkan mungkin sedikit berlebihan, alasannya sudah sangat jelas, Haikal adalah salah satu penyelamat dua putra Agung.

That Sun, is My Son [johnny & haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang