[ tría ] - Tayrone

4.5K 403 6
                                    

•••

07.20 A.M

"HAIKAL BANGUN !!"

Satu teriakan lolos dari mulut Jonathan. Memanggil sang anak agar terbangun dari dunia mimpi dan segera turun ke dapur untuk sarapan bersama. Jonathan membiasakan sarapan bersama semenjak mereka menempati hunian baru ini. Terlalu sibuk hingga melupakan kesehatan putranya adalah kisah gelap yang masih menghantui Jonathan setiap hari.

Banyak hal yang telah terjadi dimulai mengurus surat serah terima tanah dan bangunan, pemindahan barang-barang dan renovasi rumah, pengurusan nama lahir Haikal dan pendaftaran sekolah baru, hingga pekerjaan kantor yang tak bisa Jonathan tinggal begitu saja. Lokasi rumah baru mendandakan bahwa Jonathan harus mengatur kembali estimasi waktu dan jarak rumah menuju kantor, berujung beberapa kali melewatkan waktu sarapan dan membuat Haikal kecil pun tidak menyantap makan pagi dengan benar. Seperti yang sudah kita duga, Haikal tidak sedikitpun mengeluh. Dengan mandiri dia membeli roti di kantin sekolah barunya, iya, hanya roti. Semandiri apapun Haikal, apa yang bisa kita harap dari anak berusia 12 tahun yang baru datang di lingkungan baru?

Sekolah Menengah Pertama Haikal masuk dalam kategori sekolah elit dan memang memfasilitasi makan untuk para siswa, tapi bukan dalam bentuk sarapan. Nasib Haikal pun sedang tidak baik kala itu, jam mata pelajaran olahraganya di mulai tepat sebelum waktu istirahat makan siang. Kondisi perut yang hanya terisi sebungkus roti pagi hari, tak mampu memberikan energi pada tubuhnya yang harus beraktifitas di bawah terang sinar matahari. Haikal dilarikan ke Rumah Sakit terdekat dengan keluhan nyeri pada perutnya dan terus mengeluarkan muntah tanpa isi. Tentu saja tanpa berpikir panjang, Jonathan meninggalkan semua pekerjaannya dan lari menyusul sang putra. Semenjak kejadian saat itu, sarapan bersama menjadi peraturan wajib di kediaman Pambudi, tanpa terkecuali.

Jonathan berjalan menuju tangga, menggulungkan lengan kemejanya hingga ke siku dan menarik nafas panjang bersiap memanggil Haikal. "YA! TAYRONE!"

Terlonjak tubuh Haikal mendengar sang ayah memanggil nama belakangnya. Tanpa memperdulikan nyawa yang belum terkumpul, Haikal berjalan sempoyongan menuju pintu kamar dan berlari ke lantai satu dimana Jonathan berada. Tersungkur Haikal di bangku mini bar dapur mereka, menelungkupkan kepalanya di atas meja, berusaha mengumpulkan semua yang masih tertinggal di alam mimpi, termasuk nafasnya.

"Patha udah panggil kamu dari 20 menit yang lalu Haikal. Ini sudah mau setengah 8, Patha sampai kantor jam berapa nanti?" omel Jonathan sambil menyiapkan sarapan di hadapan Haikal agar sang anak segera memakannya. "Makan sekarang, Patha temani 10 menit sebelum berangkat" ujarnya menatap jam Rolex yang terpasang mewah di pergelangan tangan.

Haikal mengangkat kepalanya, melihat American Breakfast style yang menjadi santapan kesukaan Haikal dengan tatapan mual, Dia masih belum siap untuk sarapan tapi tak mampu membantah sang ayah. Kenapa demikian? Pertama, Jonathan akan benar-benar tidak berangkat ke kantor jika tidak melihat Haikal sarapan barang tiga empat suap. Kedua, ini benar-benar kebodohannya yang bermain game sampai pukul 3 dini hari bersama Jevan. Jadi, Haikal tidak punya alasan untuk tidak memaksakan diri menyantap sarapan hari ini.

"Udah 10 menit, Patha berangkat dulu ya Dek" Jonathan bangkit dari duduknya, menyimpan cangkir kopi pagi di tempat cuci piring tanpa membilasnya, "hari ini jadwal Adek bersih-bersih kan? Nitip cangkir Patha satu ya, jangan sampai pecah lagi". Langkah Jonathan terhenti sebentar, mengecup pucuk kepala Haikal cepat dan langsung berlari kabur menuju pintu rumah.

"AYAH GELI AAAAAAAAK!!"

•••

11.00 A.M

That Sun, is My Son [johnny & haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang