[ eíkosi tría ] - parádeisos

2.1K 254 20
                                    

•••

Padang rumput dengan bunga daisy terhampar luas dan menari indah diiringi semilir angin menyejukan. Gemericik air menjadi pengiring alunan musik mengikuti irama daun yang silih menyapa. Suasana tenang serta damai kini masuk dalam relung seorang pemuda yang terbangun dari tidurnya. Menatap heran tempat dia berada sembari mengingat mengapa dia berada disini.

Berdiri sosok tersebut hendak menuruti rasa penasarannya. Tubuh ini terasa begitu ringan, begitulah ucap batin sang pemuda. Melangkah tak tentu arah, berkeliling terus mencari jawab. Entah sudah berapa lama hingga dia melihat sosok cantik tengah menatapnya dengan senyum hangat.

"Mithi?"

Tanpa ragu sang pemuda mendekati sosok Bundanya, berlari dan terus berlari tak peduli sejauh apa jarak di antara mereka. Terlihat begitu dekat namun terasa begitu jauh, tangan sang pemuda berusaha meraik sosok tersebut hingga keduanya berhasil memeluk erat satu sama lain. "Mithi..." Parau suara sang muda menahan tangis. Namun pertahanannya runtuh ketika usapan lembut mendarat di kepala belakangnya, "Haikal anak Mithi sudah besar" Bagaikan lantunan musik klasik, suara tersebut begitu indah hingga menghangatkan hati sang pemuda yang terasa sepi.

Enggan melepas pelukannya, Haikal terus memejamkan mata, menikmati setiap cinta yang tak sempat dia rasakan dari sang Bunda. "Adek sayang Mithi, maafin Adek..." Akhirnya kata maaf berhasil dia sampaikan pada pahlawan cintanya, pahlawan yang sudah mempertaruhkan nyawa demi hidupnya.

"Ssshhh..."

Wanita cantik tersebut dengan perlahan melepas pelukan sang putra, menuntun bahu Haikal agar mereka dapat bertatapan. "Tak ada yang perlu dimaafkan dan meminta maaf sayang.. Melihat kamu tumbuh bahagia seperti sekarang sudah membuat Mithi turut bahagia... Kamu terlahir ke dunia dengan penuh berkah tanpa cela.. Putra Mithi adalah anugerah, jadi apapun yang terjadi, itu semua bukan salah Haikal ya?" Satu kecupan pada dahi menjadi penutup kalimat sang Bunda pada putra tercintanya Haikal.

Tangis tak terbendung membasahi wajah Haikal, begini rasanya cinta dari sosok ibu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Membuat Haikal terbuai. Membuat sang muda ingin tetap seperti ini. "Mithi..." Panggil Haikal sembari menatap pada netra cantik sang Bunda. "Apa Mithi selama ini lihat Adek?" Lanjut Haikal bertanya.

Anggukan kepala pun menjadi sebuah jawaban membahagiakan bagi sosok Haikal. "Bukan hanya melihat sayang, tapi Mithi selalu ada disetiap langkah Haikal. Bagaimana senyum putra Mithi selalu menjadi penyemangat Patha. Bagaimana sabar putra Mithi selalu menjadi pelipur lara Patha. Bagaimana luasnya hati putra Mithi selalu menjadi pelindung Patha. Semua Mithi tau sayang, dan biarkan Mithi berterimakasih ya?" Jawab sang Bunda, mengusap air mata di pipi lucu Haikal.

"Terimakasih sudah bersama Patha ketika Mithi tak bisa menemaninya.."

"Terimakasih sudah menggantikan Mithi menjaga Patha ya sayang..."

"Terimakasih sudah menjadi hadiah terindah untuk Patha dan Mithi, Haikal kami..."

Pelukan lembut kembali menyelimuti Haikal. Sang muda tersenyum sembari memejamkan matanya, menikmati setiap detik bersama sang Bunda. "Mithi..." Panggil Haikal lagi. Rasanya dia tak akan pernah bosan untuk terus memanggil dan memanggil Bundanya.

Keheningan menyeruak seketika, "Adek boleh sama Mithi aja gak?" Pinta Haikal. Senyum hangat dan kecupan pada puncak kepala Haikal yang masih memeluk sang Bunda pun menjadikan keheningan semakin nyata. "Haikal sayang mau ikut Mithi saja?" Tanya sang Bunda meyakinkan pilihan putranya dan dijawab anggukan kepala.

That Sun, is My Son [johnny & haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang