[ ˈbōnəs ] - part one

1.9K 191 11
                                    

•••

"Patha. Aku mau ke Canada nyusul Bang Mahen."

*pffftt!!*

"Uhuk! Uhuk! Maksud kamu? Uhuk!"

Hari ini cuaca begitu cerah, matahari bersinar terik, sampai membuat kedua laki-laki di kediaman Pambudi sedikit kepanasan. Sudah menyalakan AC bersuhu 16° pun masih saja tetap membuat Haikal dan Jonathan keringatan. Ditambah perkataan sang putra yang mendadak membuat Jonathan serta Haikal semakin berkeringat.

Sudah 6 (enam) tahun setelah Haikal lulus dari Acme University dan sudah selama itu pula Haikal melewati banyak fase kehidupan orang-orang dewasa pada umumnya. Dia yang sekarang tengah bekerja di kantor milik sang ayah sempat menghabiskan dua tahun untuk kerja kesana kemari mencari pengalaman. Jonathan mengira bahwa putranya kini sudah memutuskan untuk menggantikan posisinya mengurus Tychi Coorporate, namun ternyata perkiraannya salah.

Gelas Ice Americano dalam genggam Jonathan kini dia taruh di atas meja makan. Setelah Haikal bekerja di perusahaannya, mereka mulai membiasakan diri makan di meja makan, bukan minibar dapur lagi. Suasana menjadi sedikit lebih tegang karena Haikal pun merasa takut saat hendak meminta izin Jonathan atas keputusannya yang satu ini. "Kenapa tiba-tiba mau pergi ke sana Haikal?" Akhirnya Jonathan bertanya, memecahkan keheningan antara mereka. Haikal menelan ludahnya, gugup namun dia harus yakin agar Jonathan tidak perlu merasa khawatir. "Aku tau Patha berharap aku jadi penerus Tychi, jadi aku mau ambil kuliah bisnis di Canada..."

"Engga Haikal."

*deg!*

Jantung Haikal rasanya jatuh ke tanah mendapati kalimatnya dipotong sang ayah dengan tegas. Apakah Jonathan tidak memperbolehkannya melanjutkan kuliah di luar negeri? "Kalau alasannya begitu Patha tidak akan izinkan. Iya, memang benar Patha ingin putra Patha yang menggantikan Patha mengurus perusahaan, tapi bukan berarti Patha akan memaksa." Jelas Jonathan pada putranya. Dia tidak ingin Haikal mengambil langkah besar dengan menggunakannya sebagai alasan, bukan atas dasar keinginan hati sang putra sendiri.

Kembali diambil gelas kopi dingin milik Jonathan untuk menyegarkan dahaganya. "Haikal, coba kamu pikirkan baik-baik. Patha gak akan melarang kamu bahkan pergi ke ujung dunia sekalipun asalkan memang atas dasar keinginan kamu Dek. Jangan karena keinginan Patha ya?" Lanjut Jonathan sedikit lebih lembut agar putranya mengerti. Namun jawaban Haikal benar-benar membuatnya terkejut.

"Mimpiku dari kecil tuh mau jadi kaya Patha."

Tatapan anak dan ayah tersebut kini saling bertemu. Jonathan dapat melihat keyakinan dalam netra sang putra. "Aku udah 28 tahun Yah. Pengalamanku selama kerja di Tychi bikin aku makin yakin buat nerusin jejak Ayah. Tapi aku masih belum yakin sama ilmu bisnisku." Jelas Haikal. Diambil tangan Jonathan yang terlihat sudah mulai berkeriput, tak seperti dahulu, lalu Haikal usap lembut. "Bang Mahen sebentar lagi lulus ambil kelas bisnis khusus di Canada, cuman 1,5 tahun Yah. Aku yakin aku bisa selesai kurang lebih 2 tahun dan langsung bantuin Ayah ngurus Tychi. Hmmm?" Bujuk Haikal. Semua sudah dia perhitungkan dengan matang karena menggantikan posisi Jonathan adalah langkah besar dalam hidupnya, tentu saja Haikal tak ingin sembarangan. Tychi Coorporate itu hasil keringat dan darah sang ayah, dia tak mau perusahaan tersebut hancur akibat ketidakmampuannya.

Ketukan meja makan dari jemari ragu Jonathan menjadi pengisi suara di antara keheningan dua laki-laki dewasa tersebut. "Dek..." Gelisah terdengar disuara Jonathan tatkala memanggil putra sematawayangnya. "Patha gak apa-apa kalau Adek gak mau nerusin Patha, beneran Nak." Tangan sang ayah mendarat pada puncak kepala putranya yang sudah tumbuh sangat dewasa ini. Dia benar-benar tak ingin memaksakan keinginannya dan membuat Haikal tidak bahagia. "Aku gak merasa dipaksa, ini keputusan bulat yang aku ambil. Can you just trust me Patha?" Haikal mencoba bertanya dengan lembut agar Jonathan pun mengerti maksudnya.

That Sun, is My Son [johnny & haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang