[ éxi ] - our ˈlidl sən

3.2K 320 9
                                    

•••

Penat. Begitulah yang dirasakan Jonathan kali ini. Sudah hampir seminggu perusahaannya kewalahan akibat pencurian dana yang cukup besar. Kecurigaan serta saling tuduh membuat suasana kantornya menjadi lebih kacau dan tidak kondusif. Dalam beberapa hari, Jonathan akan melakukan kerjasama kontrak dengan perusahaan besar dari Jepang yang pastinya sudah menjadi impian Jonathan sejak lama. Namun dewi fortuna sedang tidak berada dipihaknya. Jika masalah besar ini terdengar oleh Naka Corps, Jonathan tidak yakin kerjasama antara perusahaan akan tetap dilanjutkan.

Kerugian yang Tychi Coorporate terima memanglah tidak besar, bahkan bisa dibilang tidak mempengaruhi finansial perusahaan. Namun hama tetaplah hama, Jonathan tidak mau perusahaannya dipenuhi oleh tikus kecil pengganggu. Maka dari itu, sebelum waktu kerjasama datang, Jonathan mengerahkan seluruh tenaga, pikiran, dan waktunya untuk membersihkan kembali perusahaan dari pengganggu.

Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Sosok tegap besar bersurai hitam sedang memijat pelipisnya hingga dikejutkan denting notifikasi dari perangkat seluler di atas meja.

✉️
"Gak akan pulang Yah?"

Pesan singkat Haikal berhasil membuat Jonathan bangkit dari singgasana kerjanya. Melihat jam dinding membuat Jonathan semakin panik dan langsung beranjak meninggalkan kantor untuk segera pulang ke rumah. Tak biasanya Jonathan pulang selarut ini, bahkan bisa dibilang ini adalah kali pertama dia mengambil lembur hingga larut bekerja di kantor. Sesibuk apapun Jonathan, dia akan lebih memilih melanjutkan pekerjaannya di rumah agar tetap bisa makan malam bersama sang putra. Sekretaris pribadi Jonathan pun tau akan kebiasaan tersebut dan selalu mengatur jadwal Jonathan agar pulang tepat waktu. Tapi kali ini ternyata berada diluar kendalinya, dia benar-benar tidak sadar.

Suara deru mobil khas Jonathan terdengar dari pekarangan rumah. Pukul 00.03 dini hari. Kamar Haikal yang berada di bagian depan dapat sangat jelas melihat serta mendengar siapa yang baru saja masuk pekarangan. Sang ayah berjalan terburu-buru ke dalam rumah dengan kemeja berantakan tanpa jas, sungguh pemandangan yang tidak biasa pikir Haikal.

20 menit berlalu, berkali-kali Haikal mengubah posisi tidur dengan gelisah namun Haikal belum juga bisa memejamkan matanya. Kesibukan Jonathan akhir-akhir ini bukan hanya mengganggu mental dan fisik kepala keluarga, tapi ternyata juga mempengaruhi sang putra. Sekali dua kali Haikal hiraukan saat sang ayah tidak menemaninya makan malam. Namun hanya meninggalkan satu dua pesan singkat yang memintanya untuk makan terlebih dahulu tanpa perlu menunggu Jonathan selama seminggu, tentu saja Haikal mulai terganggu.

Langit-langit kamar Haikal kini terasa sangat dingin. Rasanya seperti sedang ditatap balik oleh sang dinding yang menyadarkan betapa sepinya hati Haikal kala itu. Kembali Haikal memutar badannya dan memeluk erat guling, membelakangi pintu kamar, berusaha memejamkan mata untuk terlelap.

*tok! tok!*

Ketukan pintu membuat Haikal sedikit terkejut dan langsung memilih untuk berpura-pura tertidur. Haikal sangat khawatir akan kondisi sang ayah, jadi dia tidak mau menambah beban Jonathan bahwa sang anak pun tengah merasa terganggu. "Adek udah tidur? Patha masuk ya?" Langkah demi langkah Jonathan ambil demi mendekati sosok anaknya di atas kasur. Rasanya semua lelah dan beban kini menguap begitu saja setelah melihat wajah tenang Haikal dalam tidur. Jonathan mengusap rambut sang putra lembut, satu helaan nafas pun lolos dari mulut Jonathan. "Maafin Patha ya Dek. Patha gak tau apa yang Adek rasain sekarang, tapi Patha bener-bener ngerasa salah udah sibuk banget kaya gini".

Setelah sedikit lega akan rasa bersalahnya, Jonathan bangkit dari kasur Haikal dan kembali meninggalkan sang putra sendiri di kamarnya. Haikal yang sebenarnya belum tidur pun kini membuka mata, menatap kosong, berusaha mengumpulkan potongan-potongan kecil yang hampir merubuhkan benteng pertahanan sedihnya. Haikal sadar, dia sekarang adalah laki-laki dewasa, sudah sewajarnya dia mengerti urusan sang ayah diluar sana terutama dalam hal mencari nafkah. Namun Haikal tetaplah seorang anak dari Jonathan. Dia yang tidak terbiasa ditinggal sarapan serta makan malam sendiri pun mau tak mau memicu rasa sedih di hatinya.

That Sun, is My Son [johnny & haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang