[ eíkosi dýo ] - dōnt lēv əs

2.3K 234 26
                                    

•••

Rintik hujan menghiasi jendela sebuah bangsal dingin salah satu rumah sakit ternama di Ibu Kota. Awan mendung seolah mengerti bahwa sang surya enggan menampakan dirinya. Sama seperti matahari milik Jonathan yang kini terbaring tak sadarkan diri di atas kasur. Dia tengah lelah bersinar.

Sudah hampir satu minggu Haikal tak kunjung membuka matanya. Setelah pengaruh obat bius habis, tak ada tanda Haikal tersadar dari tidur panjang ini. Pemeriksaan lanjutan terus berlangsung takut terjadinya komplikasi dari organ vital Haikal yang berdampak sang pemuda tak kunjung sadar. Gagal pernafasan pada proses operasi Haikal beberapa waktu lalu berdampak koma yang belum menunjukan titik terang. Selama itu pula Jonathan tak pernah beranjak dari samping sang putra, terus menautkan tangan mereka berdua. "Adek..." Parau, suara Jonathan sungguh lemah setiap kali memanggil putranya yang terbaring dengan berbagai alat terpasang ditubuh tersebut. "Bangun yuk... Patha kangen Adek.." Mohon sang Ayah penuh rasa putus asa. Sesekali Jonathan usap wajah Haikal yang masih penuh luka, ingin rasanya sakit itu berpindah saja pada diri Jonathan. Tuhan, jangan sakiti anaknya lagi, Jonathan mohon.

Suara yang berasal dari mesin deteksi jantung menjadi pengiring keheningan di dalam sana. Jonathan menelungkupkan kepalanya di atas tangan mereka berdua yang saling menggenggam. Mencium tangan dingin Haikal dan mengusapnya agar sang anak merasa hangat, "Tadi ada Mang Ujo sama si kembar kesini loh Dek. Katanya mereka kangen sama Kakak Haikal." Cerita Jonathan dengan tawa tipis mengingat betapa lucunya anak dari Mang Ujo tersebut. "Oh ya tadi Patha juga gendong mereka loh Dek. Sekarang Patha ngerti kenapa Adek betah banget main di Mang Ujo hahaha" tawa kosong itu menjadi penutup cerita sang ayah. Hampa sekali ketika Haikal tak merespon candanya.

"Maafin Patha ya Haikal..."

Bagaikan sebuah rekaman yang berputar kembali, Jonathan terus teringat hal-hal bahagia antara dirinya dan sang putra. Haikal kecil berlari ke arahnya dengan senyum lebar ketika dia baru saja pulang bekerja, rasanya semua lelah terangkat dari bahu Jonathan tatkala Haikal melompat dalam pelukannya. "Patha udah pulaaaang!" Seperti memenuhi telinganya, suara Haikal kecil begitu jelas terdengar entah berasal darimana. Satu tetes air mata jatuh kembali di pipi Jonathan. Pemilik senyuman itu kini sedang tertidur dengan tenang, seperti tidak ingin ada yang mengganggu.

Diusap pipi basah Jonathan dengan kasar, dia tak ingin sang putra melihatnya seperti ini ketika terbangun kelak. "Adek inget gak waktu Adek ketiduran di teras rumah Bibi kontrakan? Katanya Adek gak mau Patha ngerasa kesepian karena setelah capek pulang kerja gak ada yang menyambut. Jadi Adek terus nungguin Patha sampai larut. Patha beruntung sekali ya punya Adek?" Beginilah Jonathan selama kurang lebih satu minggu terakhir. Mencoba berkomunikasi dengan sang putra, berharap setidaknya Haikal bisa mendengar suaranya. Kejadian yang baru saja Jonathan ceritakan benar-benar membuat hatinya kembali menghangat. Berkali-kali Haikal kecil diingatkan Bibi kontrakan untuk menunggu di kamar kos mereka namun Haikal tetap saja ingin menunggu Jonathan di sana. Beginilah Haikal ketika menunggu sang ayah yang sempat Jonathan abadikan.

 Beginilah Haikal ketika menunggu sang ayah yang sempat Jonathan abadikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
That Sun, is My Son [johnny & haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang