11. Mustahil

62 12 2
                                    

Jangan lupa Votmennya bestie

Kumpulan kata yang dijadikan sebuah kalimat lalu dibaitkan menjadi paragraf dan disatukan dalam sebuah karangan biasa.

Happy Reading💚

"Ketidakmustahilan dalam sebuah kemustahilan merupakan sebuah harapan bagiku."- Fathaan

11. Mustahil

"Siapa yang mau ngumpulin tugas catatan biologi keruang guru!" seru Devanie sambil menatap ke arah teman-teman sekelasnya.

Tidak ada jawaban. Mereka semua menundukkan kepala seperti sedang di introgasi, hal ini sering terjadi dikelasnya, teman-teman Devanie terlalu malas untuk berurusan dengan ruang guru, termasuk dirinya. Karena, jika sudah masuk ke dalam ruangan keramat itu, akan ada pertanyaan yang akan dilontarkan oleh sesepuh mereka alias guru mereka, mulai dari pertanyaan seputar pendidikan hingga pertanyaan kehidupan pribadi yang membuat risih, maklum saja guru-guru disekolah ini suka kepo.

Biasanya, jika tidak ada yang ingin mengantar tugas keruang guru, mereka akan memainkan permainan dengan memutar sebuah pena, jika ujung pena tersebut mengarah pada salah seorang siswa, maka siswa tersebut yang akan mengantar tugas.

"Gue aja."

Semua mata memandang kearah objek yang bersuara, Erlangga.

"Serius lo!? Sejak kapan lo mau ngantar tugas dengan sukarela?" tanya Megan sedikit kaget.

Erlangga mengerutkan keningnya, "Hmm, sejak sekarang. Tapi, hanya tugas ini aja yang mau gue anterin, lain waktu gue gak mau lagi," ucapnya.

Spontan semua siswa segera mengumpulkan tugasnya di meja Erlangga, mereka sangat senang Erlangga dengan sukarela mengantarkan tugas ini tanpa harus memainkan permainan yang biasa mereka lakukan.

Devanie juga mengumpulkan buku catatannya, tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan tangan Fathaan yang juga ingin mengumpulkan buku. Mata mereka saling memandang, sebelum akhirnya melihat ke arah lain. Devanie sangat malu mengingat kejadian semalam saat Fathaan mencium keningnya, dengan cepat dirinya kembali kemejanya dengan semburat merah yang telah menghiasi wajahnya.

Melihat gelagat Devanie yang tampak malu-malu membuat Fathaan tersenyum, tetapi untuk saat ini ia juga canggung untuk menemui gadis itu. Salahkan saja dirinya yang mencium gadis itu dengan tiba-tiba.

"Lo kenapa? Sakit lagi? Udah gue bilangin kalau masih sakit jangan sekolah dulu," bisik Mirza yang melihat Fathaan senyam senyum sendiri.

Fathaan mengalihkan pandangannya menatap Mirza, "Gak kenapa-kenapa, untuk sekarang ini aku merasa lebih sehat," ucapnya dengan tersenyum.

Tapi dengan cepat senyuman itu hilang, "Mir, pulang sekolah nanti, kamu mau temanin aku sebentar?" tanya Fathaan menatap lekat ke arah Mirza.

"Kemana?"

"Rumah sakit, aku ingin memastikan sesuatu," ucap Fathaan dengan pelan.

Disisi lain, Erlangga sedang menyusun buku yang akan Ia kumpulkan, "Udah semua terkumpul?" tanya Erlangga memastikan temannya.

"Udah," jawab mereka serempak.

"Kalau ada yang tertinggal, kumpul sendiri, jangan libatkan gue lagi," ucap Erlangga yang ingin beranjak dari kursinya.

"Mau gue temanin? Takutnya mental lo gak kuat dengan pertanyaan gila nanti," ejek Megan sambil cekikikan.

"Sialan lo! Habis ngasih ni buku sama Bu Marni, gue langsung kabur," seru Erlangga, walaupun hatinya sedikit gugup karena akan masuk ke dalam ruangan keramat itu.

Funfflugel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang