Kumpulan kata yang dijadikan sebuah kalimat, lalu dibaitkan menjadi sebuah paragraf dan disatukan dalam sebuah karangan biasa.
Happy reading💚
"Mengapa gue harus tahu, dengan cara seperti ini."- Devanie
________________________23. Menemukan Fakta
Sepulang dari sekolah, Devanie memutuskan untuk pergi ke rumah Bagas, tentu saja ingin meminjam kembali laptop yang akan Ia gunakan untuk menulis laporan. Walaupun ini adalah hari terakhir mereka rapat, laporan tetaplah laporan yang harus Ia selesaikan.
Ketika sampai di rumah Bagas, Ia melihat pintu rumah dokter tersebut tertutup, seperti tidak ada orang di dalamnya. Devanie memutuskan untuk menghubungi tetangga yang bisa Ia andalkan itu.
"Halo Bang!" seru Devanie tatkala sudah tersambung dengan Bagas.
"Napa!?"Terdengar suara ketus dari seberang telepon.
"Yaelah, belum juga gue ngomong, biasa mau pinjam laptop," balas Devanie,
"Ambil aja di rumah," terdengar lagi suara Bagas, kini sudah dengan nada normal.
"Masalahnya, rumah lo gak ada orang. Kayaknya Bude lagi keluar," sahut Devanie.
"Buka aja pintunya, kunci di bawah pot," ucap Bagas, langsung memutuskan telepon ketika Devanie ingin membalas ucapan Bagas.
Lantas Devanie segera mencari kunci rumah Bagas, untung saja mudah ditemukan karena pot bunga khusus menyimpan kunci sengaja diletakkan dekat pintu. Tanpa membuang waktu lagi Devanie segera masuk ke dalam rumah Dokter itu dan langsung menuju kamar Bagas.
Devanie mengambil laptop yang berada di atas meja, sedikit berbeda dari laptop yang biasa Ia pinjam, "Laptop Dinas", kata Devanie membaca tulisan yang ada di depan laptop. Ia mengendikkan bahu, lalu pergi keluar dari kamar Bagas.
Setibanya Ia di rumah, Ia melihat keadaan rumah yang sangat bersih, lantai telah tersapu, dan Ia tidak melihat sampah snack yang biasa Akbar makan. Disaat Ia ingin masuk ke dalam kamar, terdengar dari arah dapur suara piring dan gelas, seolah ada orang yang mencucikannya. Devanie berjalan menuju dapur dengan hati-hati.
"Ibu," katanya, ketika melihat Mirna sedang mencuci piring.
"Ibu gak kerja?" tanyanya lagi, biasanya jam segini ibunya masih berada di rumah sakit.
"Hari ini Ibu libur, sesekali," jawab Mirna, tanpa menoleh ke arah Devanie.
Devanie mendekati Ibunya, Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ketika memikirkan sikap aneh ibunya sekarang ini.
"Bu, biar Devanie aja yang cuci piringnya, Ibu istirahat aja," ucap Devanie.
"Gak apa, biar ibu aja, kamu istirahat. Kalau ada tugas, dikerjain," sahut Mirna lembut.
Devanie terkejut dengan jawaban Ibunya, sebelumnya tidak pernah sekalipun terlontarkan kalimat lembut seperti tadi.
"Ini Mak gue, apa bukan sih," gumam Devanie.
"Ibu, tumben banget-", belum sempat Devanie melanjutkan kalimatnya, ketika mendengar helaan napas dari Ibunya.
"Nak, Ibu minta maaf, ya. Selama ini, Ibu udah kasar sama Devanie, tanpa Ibu tahu perasaan Devanie," kata Mirna dengan suara lirih, matanya yang semula kering, kini terdapat bening liquid yang mengambang.
"Ibu juga minta maaf, udah ambil uang Devanie, padahal Devanie butuh uang itu untuk biaya kuliah nanti. Maaf juga, ibu egois mementingkan keinginan sendiri, tanpa memperdulikan Devanie," Akhirnya, cairan itu jatuh di kedua pipi Mirna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Funfflugel
Fiksi Remaja"KAMU ADALAH KIASAN FILOSOFI LUMBA-LUMBA." Devanie, dialah gadis yang membentuk persahabatan "Beban Keluarga", karena menurut ibunya Devanie adalah beban keluarga, dirinya di pandang sebelah oleh Ibunya, dan selalu dibanding-bandingkan dengan saudar...