"Izinkan aku meminta padamu untuk bertahan, demi aku dan juga mereka."- Devanie.
_______________________34. Berita Besar
Sudah lebih dari seminggu sejak pulangnya mereka dari pantai, Fathaan dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu juga, banyak sekali pelajaran yang tertinggal, apalagi dalam beberapa minggu kedepannya mereka akan melaksanakan UN. Hari ini, diantar oleh Fairuz, Fathaan akhirnya masuk sekolah, sempat berdebat dengan kedua orangtuanya, tapi keras kepalanya Fathaan membuat orangtuanya mengalah.Fathaan yang masih tampak pucat memperhatikan sekolahnya, baru kali ini Ia memperhatikan bangunan itu selama ini, biasanya Ia langsung masuk ke kelas tanpa memperdulikan detail bangunan yang disebut sekolah itu. Fathaan mengehela nafas, entah mengapa ada rasa aneh saat Ia menatap sekolahnya, mungkin takut dengan perpisahan.
Tak jauh dari tempat Ia berada, Devanie memperhatikan pria yang lebih kurus dari sebelumnya, ingin sekali rasanya Devanie memeluk Pria yang telah resmi menjadi kekasihnya.
"Fathaan!"
Devanie segera menuju ke tempat Fathaan yang kini sedang menolehkan kepalanya kebelakang. Tapi, Devanie melihat wajah Pria itu yang masih tampak pucat, sontak rasa khawatirnya langsung timbul, tanpa sadar kedua tangannya menangkup pipi Fathaan.
"Kalau masih sakit, kenapa sekolah. Seharusnya istirahat dulu dirumah," kata Devanie yang kini sudah mengelus pipi Fathaan, tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang merasa aneh dengan kelakuannya.
"Sampai sembuh. Sakitku ini gak akan sembuh Phin, ya mungkin aja sembuh, tapi kalau aku udah beda alam," jawab Fathaan dengan senyum canda sembari memegang tangan Devanie.
"Ish! Ucapan itu doa, jadi jangan ngucap yang enggak-enggak. Kamu tuh harus yakin, kalau kamu bisa sembuh," seru Devanie, Ia sedikit kesal mendengar ucapan Fathaan sebelumnya.
"Iya-iya, bawel banget pacar aku ini," Fathaan mengelus rambut Devanie.
"Pacar!"
Devanie dan Fathaan terkejut mendengar suara familiar, keduanya menolehkan kepalanya dan terkejut melihat Ella di belakang mereka.
"Ella, bukannya tadi kamu masih di rumah?" tanya Fathaan, karena sebelum Fathaan diantar ke sekolah, Ella tidak ikut dengan mereka lantaran menunggu jemputan.
"Kalian, pacaran? Sejak kapan?"
Alih-alih menjawab pertanyaan Fathaan, Ella malah bertanya balik ke kedua sejoli itu.
Devanie menatap Fathaan, seolah menunggu jawaban apa yang akan di lontarkan oleh laki-laki yang ada di sampingnya ini.
"Iya, kami pacaran. Hmm, sejak pulang dari pantai," jawab Fathaan sembati menatap Devanie.
"Tapi El, jangan bilang sama yang lain dulu. Karena kami belum ngomong apapun sama mereka," bisik Devanie.
Ella menaikkan sebelah alisnya yang fleksibel,"Kalau aku sih, gak bakalan ember. Tapi... gak tahu sama dia," dagu Ella menunjuk ke belakang Devanie dan Fathaan.
Otomatis kedua orang itu melihat ke belakang, dan betapa terkejutnya kedua orang itu, saat melihat keberadaan Erlangga yang sedang menatap dengan tatapan meledek ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Funfflugel
Teen Fiction"KAMU ADALAH KIASAN FILOSOFI LUMBA-LUMBA." Devanie, dialah gadis yang membentuk persahabatan "Beban Keluarga", karena menurut ibunya Devanie adalah beban keluarga, dirinya di pandang sebelah oleh Ibunya, dan selalu dibanding-bandingkan dengan saudar...