37. Koma

52 6 2
                                    

"Tuhan, Aku mohon beri dia kesembuhan."- Devanie

37. Koma

Devanie menatap ke jendela yang menuju ke belakang sekolah, Ia melihat pohon-pohon yang bergelayut manja dikarenakan angin, disaat Ia sedang asyik menatap pemandangan yang membuat hati sejuk, Ia dikejutkan dengan usapan tangan seseorang, tangan yang begitu hangat.

"Fathaan, kapan datangnya?" tanya Devanie menatap Fathaan yang sangat pucat.

Dengan bibir yang bergetar Fathaan tersenyum, lalu Ia menjawab, "sejak kamu tersenyum melihat pohon jati itu, hati-hati loh, nanti dibalas jin senyumannya."

Devanie meringis, bukan karena takut dengan jin-jin yang ada di pohon jati tersebut, melainkan dengan ucapan Fathaan yang terdengar aneh. Sebelumnya Ia tidak pernah melihat berguyon seperti tadi.

"Udah minum obat Thaan?" tanya Devanie.

"Itu adalah to do list yang tidak bisa ditinggalkan Phin," jawab Fathaan sambil memandang ke arah pohon jati.

Devanie menghela nafas, "Kata Ella, semalam penyakit kamu kumat lagi ya?"

Semalam Devanie menghubungi Fathaan, tetapi panggilannya diterima oleh Ella, yang mengatakan bahwa Fathaan sakit.

Fathaan menganggukkan kepalanya, "Akhir-akhir ini penyakit aku sering kumat."

"Makanya Fathaan, kamu harus istirahat, jangan paksain datang sekolah," entah sudah berapa kali Devanie menasihati Fathaan, tetapi tetap saja Fathaan tidak mendengar omongannya.

Fathaan mengelus rambut Devanie, "Iya, setelah olimpiade kimia ini, aku akan istirahat."

"Beneran ya?"

Fathaan mengangguk, "Iya, aku akan istirahat."

Tidak berselang lama, Fathaan dipanggil oleh Pak Tomo yang merupakan tentor Fathaan selama persiapan olimpiade kimia. Mereka akan pergi ke gedung tempat pelaksanaan olimpiade kimia.

"Yaudah, aku pergi dulu ya, kamu nanti datangkan?" tanya Fathaan.

"Iya, pulang sekolah aku akan datang dengan teman-teman," kata Devanie.

Devanie mengamati Fathaan saat berjalan, bahkan untuk berjalan saja Fathaan terlihat sangat lunglai. Entah mengapa perasaan Devanie tidak enak, Ia takut terjadi sesuatu dengan Fathaan. Namun, dengan cepat Ia tepis perasaan itu, saat ini Ia hanya berdoa semoga Fathaan selalu di beri perlindungan oleh Yang Maha Kuasa.

Bel tanda untuk mengikuti pembelajaran pun berbunyi, kini di dalam kelas sudah lengkap dengan siswa-siswa yang hadir, bahkan teman-temannya juga sudah hadir.

"Eh Van, Fathaan udah pergi?" tanya Erlangga.

"Udah daritadi."

"Kita jadi nyusul kan? Gue udah minta izin libur kerja," kini Mirza yang bersuara.

"Jadi dong! Udah gak sabar banget nih gue," jawab Devanie sambil tersenyum.

"Gak sabar lihat dia lomba, atau gak sabar lihat wajahnya?" celetuk Megan sambil menatap sinis ke arah Devanie.

"Diem lo Megalodon!"

***
Fathaan merasakan pusing di kepalanya, bahkan Ia berulang kali berusaha untuk mengenyahkan rasa pusing tersebut, ditambah sedari tadi Ia juga merasakan kesemutan di seluruh tubuhnya, bahkan untuk menggerakkan tangannya Ia mengerahkan seluruh tenaganya. Keringat dingin turut menjadi saksi jika Ia sedang menahan rasa sakit.

Ia menatap kesekeliling, orang-orang terlalu fokus pada soal-soal yang ada dihadapan mereka. Fathaan berulang kali mengatur pernapasannya, agar bisa kembali fokus pada soal-soal kimia.

Funfflugel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang