10. Terbongkar

71 13 2
                                    

Kumpulan kata yang dijadikan sebuah kalimat lalu dibaitkan menjadi paragraf dan disatukan dalam sebuah karangan biasa.

Happy reading💚

"Perjalanan hidup itu sebuah awalan, seperti halaman baru pada buku yang sarat akan coretan,"- Beban Keluarga

__________________

10. Terbongkar

Fathaan mulai tersadar dari pingsannya, matanya mengerjap, ruangan yang sangat familiar terlihat samar sama seperti kamarnya. Tunggu dulu, benar ini kamarnya. Saat matanya sudah terbuka lebar, Ia mendapati sosok Mirza tengah menelpon seseorang, apakah ia benar-benar pingsan tadi? jika benar dirinya pingsan, pasti Mirza sudah mengetahuinya.

"Mirza.." lirihnya, Ia mencoba bangun, Mirza yang melihat hal itu lantas membantu dirinya untuk bangun.

"Masih pusing? atau kesemutan? kalau gak sanggup bangun tiduran aja dulu," ucap Mirza sembari memperbaiki bantal untuk menjadi tempat sandaran Fathaan.

"Kamu yang anterin aku kerumah?"

"Enggak juga, tadi gue juga minta tolong sama Mang Udin," jawabnya.

Fathaan melirik ke arah jam beker yang berada di atas nakas, sudah pukul delapan malam. Kemungkinan besar Ia pingsan selama empat jam.

"Mir, kamu gak kerja?" tanya Fathaan.

"Udah izin juga sama Mang Udin, ngejagain lo,"

"Terus Ayah sama Bunda aku kemana?"

"Katanya tadi sih mau ambil obat, kerumah dokter Bagas," jawab Mirza.

Sesaat hening menyelumuti keduanya, atensi Mirza menatap lekat ke arah Fathaan dari atas kepala hingga kaki, lalu terdengar helaan nafas berat.

"Thaan, maafin gue, dari gejala-gejala yang udah terlihat seharusnya gue sadar kalau lo itu sakit. Tapi bodohnya, gue anggap itu hal yang wajar," kata Mirza dengan sedih.

Mirza sering menangkap gelagat-gelagat aneh dari Fathaan, dari mulai sering minum, sering ke toilet, tidak bisa makan makanan manis, sering kesemutan, pusing dan lebih anehnya lagi tubuh Fathaan mulai mengurus. Mirza pikir itu hal yang wajar, karena minum air putih saja contohnya, itu kan hal yang baik dan bagus untuk kesehatan, Ia tidak menyadari sama sekali bahwa apa yang dialami oleh Fathaan adalah gejala diabetes.

"Gak perlu minta maaf, sama seperti kamu, aku gak tahu kalau aku sakit," ujarnya dengan terkekeh.

"Aku juga mikir, gejala ini hal yang wajar bahkan aku kira bagus untuk kesehatan. Tapi ternyata, kesehatan yang aku kira berakhir menjadi sebuah penyakit, dan penyakit ini bisa mengambil nyawaku," ringis Fathaan, jika saja waktu itu Ia menyadari bahwa gejala yang dialaminya ini berupa penyakit, mungkin Ia akan segera berobat sebelum penyakit ini masuk ke stadium akhir, seperti sekarang.

"Udah berapa lama lo sakit?" tanya Mirza, kini dirinya mengubah posisi duduk senyamannya.

"Hmm, sekitar empat atau lima tahun mungkin, aku juga gak tahu pasti. Tetapi pas aku sadar penyakit ini sudah masuk stadium akhir," ungkapnya dengan senyuman yang terpancar.

"Stadium akhir!? emangnya diabetes juga punya stadium? kayak penyakit kanker aja," celetuk Mirza, walaupun demikian Ia tidak berharap bahwa penyakit ini pakai stadium-stadium.

Funfflugel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang