Kumpulan kata yang dijadikan sebuah kalimat, lalu dibaitkan menjadi sebuah paragraf dan disatukan dalam karangan biasa.
Happy Reading💚
"Kebersamaan yang sederhana ini membawa keceriaan bagi kami,"- Beban Keluarga.
__________________
16. Mie Instan
Tidak terasa sudah seminggu mereka menjalani Ujian Tengah Semester, raut-raut bahagia dari wajah para murid mendominasi sekolah tatkala mereka keluar dari ruangan. Sudah seminggu penuh mereka berkutat dengan pikiran dan tenaga untuk mengerjakan soal-soal Ujian, disaat seperti inilah ketenangan otak dibutuhkan.
Devanie mengangkat kedua tangannya sambil menguap, akhir-akhir ini pikirannya juga kacau, dia butuh ketenangan untuk menstabilkan emosinya. Apalagi, Ia tidak hanya ujian sekolah tetapi juga ujian dengan keluarganya, perihal ponsel Akbar tempo hari sampai saat ini menjadi permasalahannya, ditambah lagi Ia belum mengadu hal tersebut kepada Bapak, Devanie takut akan menambah beban Bapak memikirkan tingkah Ibu.
Devanie menuju ruang osis untuk berkumpul dengan teman-temannya, karena hanya diruangan osis itu menjadi tempat tongkrongan mereka. Mengingat jabatan osis tahun mereka akan berakhir membuat mereka ingin memanfaatkan tempat tersebut, salah satunya membuat tempat itu menjadi tempat tongkrongan.
Saat Devanie tiba diruangan osis, Ia melihat keempat temannya sudah berkumpul dan ada juga beberapa teman osisnya lainnya yang sekedar mampir. Devanie melihat Fathaan bersama Ruhmini sedang mendiskusikan masalah anggaran kegiatan, Devanie menuju sebuah kursi yang berada dekat jendela, dan duduk diatasnya.
"Makan-makan yuk," ucap Mirza sambil memainkan komputer diruangan itu.
" Ayo, kayaknya makan Mie Instan cocok nih, cuaca mendung-mendung begini," Megan menatap ke luar jendela dan melihat langit yang mulai menghitam. Akhir-akhir memang sering sekali hujan, mungkin saatnya masuk musim penghujan.
"Dirumah gue aja gimana? Kita masak Mie Instan," sahut Devanie.
"Diizinin gak, entar Nyokap lo marah lagi," timpal Erlangga yang sedang tiduran di atas karpet.
"Gampang, Mak gue lembur, Akbar palingan gak ada dirumah," Semenjak tragedi ponsel kemarin, Akbar selalu menghindar darinya, entah kerumah Nenek maupun ikut Ibu kerja.
"Yaudah gass! Sini kumpul duit, biar gue yang beli Mie Instannya," Mirza menepuk-nepuk meja yang menjadi tumpangan komputer.
Devanie, Megan, dan Erlangga meletakkan uang goceng di atas meja, kini tinggal Fathaan yang belum mengumpulkan uangnya, "Thaan, tinggal lo doang nih," seru Mirza pada Fathaan yang baru selesai berdiskusi dengan Ruhmini.
"Ada apa nih? Kenapa semuanya ngumpulin uang?" tanya Fathaan yang ikut nimbrung bersama mereka.
"Kita mau makan-makan di rumah Devanie, makan Mie Instan, jadi butuh dana. Tinggal lo doang nih yang belum ngumpul," jawab Megan sembari menyusun uang yang sudah terkumpul.
"Mie Instan?" beo Fathaan.
"Iya, sekali-sekali kita makan Mie.... Haa! Jangan, jangan Mie Instan, yang lain aja," Mirza baru teringat jika Fathaan tidak bisa memakan sembarang makanan, apalagi Mie Instan, tentu itu akan membuat penyakitnya kambuh.
"Lhaa.. kenapa? Mie Instan budgetnya murah," seru Devanie, Ia sempat meraba sakunya, namun tidak ada sepeser pun lagi uang di sakunya.
"Yang lain aja deh, kayak roti atau minum teh. Eh, jangan yang manis-manis," Mirza frustasi, kenapa bisa mengatakan dua makanan yang penuh dengan gula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Funfflugel
Teen Fiction"KAMU ADALAH KIASAN FILOSOFI LUMBA-LUMBA." Devanie, dialah gadis yang membentuk persahabatan "Beban Keluarga", karena menurut ibunya Devanie adalah beban keluarga, dirinya di pandang sebelah oleh Ibunya, dan selalu dibanding-bandingkan dengan saudar...