Kumpulan kata yang dijadikan sebuah kalimat, lalu dibaitkan menjadi sebuah paragraf dan disatukan dalam sebuah karangan biasa.
Happy Reading💚
"Ternyata, Harapan ini masih ada"- Erlangga
________________________28. Anak Hebat
Fathaan melihat jam tangannya, pukul enam sore, hampir setengah jam Ia menunggu bis. Namun, satupun bis tidak ada yang lewat, Fathaan berjalan menjauhi halte bus, Ia hendak menaiki taksi. Ketika ingin memberhentikan taksi, tanpa sengaja Ia melihat Pria paruh baya sedang menaiki mobilnya yang terparkir di sebrang jalan. Fathaan menyebrang jalan untuk menghampiri Pria tersebut.
"Pak Haryanto," panggilnya.
Pak Haryanto yang semula ingin masuk ke dalam mobil membalikkan badannya, Ia terkejut mendapati Fathaan berada di belakangnnya, "Kamu, si juara itu," ucapnya.
Fathaan mengangguk, "Iya Pak, mohon maaf jika Fathaan mengganggu Bapak," balasnya.
"Oh tidak apa, saya senang berjumpa dengan kamu. Tapi, ada keperluan apa ya?" tanya Pak Haryanto sambil memperhatikan Fathaan.
"Hmm, kalau bisa, bagaimana kita berbicara di tempat yang nyaman, Pak?" tanya Fathaan sedikit gugup.
Pak Haryanto mengangguk, menyetujui usulan Fathaan, "Baik, naik mobil saya aja, kita berbicara di restoran saya," putusnya.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk sampai di cafe Pak Haryanto, sebab jaraknya tidak terlalu jauh dari area halte bis tadi. Pak Haryanto mempersilakan Fathaan untuk duduk duluan di salah satu meja restoran itu, sedangkan dirinya pergi ke dapur restoran untuk memesan makanan.
Fathaan memperhatikan seluruh area restoran, sangat mewah dan terasa mahal jika makan disini. Pandangan Fathaan teralih pada salah satu foto yang berada di sudut restoran, foto Pak Haryanto dengan Putra pertamanya dan jelas tanpa Erlangga.
"Saya malu jika memasang foto Erlangga," ucap Pak Haryanto yang mengejutkan Fathaan.
"Anak itu tidak berbakat dan tidak pintar, buktinya dia selalu kalah dari kamu. Anak tidak berguna, tidak pantas ada dalam foto itu," lanjut Pak Haryanto, di belakangnya ada seorang pelayan yang membawakan minuman, "Ini, minum dulu jusnya, nanti makanannya menyusul."
"Baik Pak dan terima kasih banyak," balasnya, Ia langsung meneguk jus yang disajikan, karena kerongkongannya terasa kering sejak menunggu bis.
"Apa yang kamu mau bicarakan sama saya," suara Pak Haryanto membuat Fathaan fokus pada tujuan utamanya.
"Sebelumnya saya minta maaf dulu Pak, jika nanti sekiranya menyinggung Bapak," Fathaan menghirup napas dalam sebelum memulai pembicaraannya.
"Bapak sayang Erlangga?" tanya Fathaan sedikit hati-hati.
Pak Haryanto mengernyit, seolah sedang memikirkan jawaban yang tepat, "Sayang. Jika dia berbakat dan pintar."
"Pak, Bapak tahu gak, seberapa takutnya Erlangga saat ujian tiba? Dia selalu gugup, karena takut gagal. Alasan di balik takutnya itu adalah ancaman dari Bapak, yang selalu memprioritaskan nilai. Tanpa mengetahui, apakah Erlangga baik-baik saja dengan semua itu, atau malah sebaliknya, Ia tertekan dengan tuntutan itu," Fathaan menghentikan ucapannya, Ia melihat raut tidak suka dari Pak Haryanto.
"Terus, kamu ingin menyalahkan saya karena mengekang Erlangga? Fathaan seharusnya kamulah yang menjadi penghambatnya Erlangga dalam belajar," seru Pak Haryanto.
Fathaan menatap Pak Haryanto sambil tersenyum, "Pak, dalam sistem pembelajaran, wajar jika seluruh murid berlomba-lomba untuk menang. Namun, bukan berarti jika seorang diantara mereka gagal, harus dipukul, di caci maki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Funfflugel
Teen Fiction"KAMU ADALAH KIASAN FILOSOFI LUMBA-LUMBA." Devanie, dialah gadis yang membentuk persahabatan "Beban Keluarga", karena menurut ibunya Devanie adalah beban keluarga, dirinya di pandang sebelah oleh Ibunya, dan selalu dibanding-bandingkan dengan saudar...